Aku tak pernah berfikir tentang apa arti diriku lagi sebab pada akhirnya pertanyaan semacam itu hanya akan menyakiti hatiku, kau...
Aku sadar betapa meluluhkanmu sangatlah sulit bahkan hingga bisa sampai saat ini. Dan sebab itulah aku takkan pernah mau melepasmu baik kini ataupun nanti...
.
.
Aku terdiam diruang kelas yang sepi ini, sebenarnya hari ini adalah hari libur akan tetapi entah mengapa ingin rasanya menikmati suasana kelas yang dulunya selalu menemani pagiku, kesibukanku diistana serta jadwal pertemuan serta pelajaran ketata negaraan membuatku sulit untuk bisa menikmati kehidupan pelajar normal lainnya. Meki begitu tak ada penyesalan bagiku sebab sejak awal inilah pilihanku dan sebelumnya akupun telah menyadari akan hal hal seperti ini.________________
__________Tiba tiba pintu ruang kelasku terbuka, memunculkan sosok tinggi dengan seragam yang sedikit agak berandal lengkap dengan sebelah tangan memanggul almamater dan satunya lagi berada disaku celana, lelaki berambut raven itu bersender diambang pintu sambil menatapku intens, aku mengenalnya begitupun dengannya. Atau bahkan bisa dibilang kami saling mengenal baik, dan tak salah jika kukatakn dia mengenalku lebih baik dari Nathan, Ya... dia adalah Regis.
"Melamun dipagi hari... sepertinya itulah kebiasaanmu!" Ucap Regis lalu berjalan santai kearahku.
"Yahhh aku menyukai ketenangan dan setelah menjadi putri hal itu justru sangat jauh dariku..." ucapku sambil merilexkan diri.
"Kau tau kenapa raja yang lalu memilih turun tahta sebelum kematiannya?" Tanya Regis sambil bersandar dimeja depanku, menyandarkan punggungnya pada bingkai jendela dan melioat kedua tangannya didepan dada.
"Hmm... mungkin ia lelah!"
"Ya... dia lelah dan baginya sudah cukup untuk memerintah, negeri ini butuh kebijakan baru dan akhirnya raja pun naik tahta dan menggantikan ayahnya! Seperti itulah, jabatan sebenarnya adalah sebuah beban daj penjara bagi seorang bijak dan sebuh senjata dan kebahagiaan bagi seorang ceroboh!"
"Ya mungkin seperti itu... tapi aku sendiri tak mengerti dengan posisiku, terkadang aku merasa aku ingin, aku layak dnaku ampu tapi tak bohog juga jika aku merasa lemah, aku merasa kecil dan aku merasa terasing! Bagiku kerajaan bukanlah sesuatu yang lazim dan biasa... ini seperti sebuah penjara dan siksaan"
Tiba tiba Regis menarik bahuku dan membawaku kedalam dekapannya, menyandarkan diriku pada dadanya yang hangat, membiarkn meja dihadapan kami menjadi batasan jika hanya sebatas ini yang dapat kami lakukan, sebab...
KRIEEET....
Tepat setelah bunyi pintu dibuka seorang lelaki berambut pirang nampak menyembul disana, dengan itis matanya yang indah bal lembayung senja yang memukau, ia menatap kami dengan kesal hingga...
"Ahh maaf!" Ucapku lalu melepaskan dekapan Regis, aku lantas segera menghapus airmataku dan berjalan kearah Nathan, lelaki itu nampak bengis dengan tatapan tajam yang menatap bergantian kearahku dan Regis hingga saat aku tersenyum menyapanya ia malah melewatiku begitu saja dan berjalan lurus kearah Regis. Spontan aku berbalik dan mendapati tatapan tajam dari keduanya, seolah bendera perang tengah mereka layangkan sekarang.
Tiba tiba Nathan berbalik dan langsung menarik pergelangan tanganku cepat, genggamannya yang begitu erat meremas pergelanganku sehingga mau tidak mau aku harus tertatih tatih mengikuti langkahnya yang cepat.
"Nathan kumohon berhenti... atau setidaknya lepaskan, ini sak..."
Belum selesai aku mengucapkannya Nathan langsung berbalik dan melesat memelukku, merengkuhku dalam dekap peluknya, menyembunyikanku dalam dada bidngnya seolah ia ingin mekindungiku dari segala hal, dari orang lain yang akan memisahkanku daerinya...
"Kumohon... kumohon apapun yang terjadi, jangan pergi!"
"Aku... aku tidak akan pergi! Aku berjanji tidak akan pergi...!" Ucapku sambil membelas pelukannya...
*'
Sementara itu dari jauh, tepatnya diujung koridor seorang lelaki berdiri pedih menatap pasangan itu, menangis dalam ketidakberdayaannya lagi yuk kedua kalinya...__________________________________
________________________________________Aku terdiam diranjangku, membaca buku tebalku tentang ketata negaraan hingga tiba tiba Nathan memasuki kamarku. Lelaki itu menatapku dari ambang pintu dan aku hanya tersenyum melihatnya, ia lantas berjalan kearahku dan duduk disofa dekat ranjangku sementara aku hanya memperhatikannya sambil memangku bukuku.
"Kau belajar?"
"Kakak menyuruhku menyelesaikan semuanya, ini cukup rumit tapi aku suka dengan hal seperti ini, setidaknya ini salah satu keahlianku!" Ucapku santai lalu kembali pada bacaanku sementara Nathan sibuk dengan buku yang juga sempat ia bawa saat kesini.
Tiba tiba ponsel Nathan berdering, ia segera meraih ponselnya itu dan menatap layarnya sesaat lalu menatap kearahku.
"Angkatlah mungkin itu penting!" Balasku asal tanpa berpaling dari bukuku.
Sontak Nathan mengangkat panggilan itu dn berlalu meninggalkan kamarku, ia nampak berdiri didepan pintu kaca kamarku dan tengah bercakap cakap dengan sang penelpon yang telah kuketahui adalah Pamela. Aku diam, jika ditanya apa aku marah? Ya aku tak senaif itu tentunya, aku kesal meski mungkin itu hanya sekedar basa basi atau sapaan semata, aku benci mengucapkan ini tapi... disini akulah pasangannya, akulah istri sahnya. Tapi kenapa masih harus ada gadis itu dihatinya, aku senang bahwa sekarang kami dapat akrab dan dekat tapi perasaan tetaplah perasaan, hati takkan berubah menjadi ginjal dan sedekt apapun kami kini aku tak dapat bohong jika aku cemburu ketika Nathan masih berhubungan dengn Pamela meski tak sedekt dulu.
Tiba tiba pintu kamarku terbuka, Nathan nampak berdiri disana sambil menatap kearahku. Wajahnya tenang tapi matanya, aku menangkap kekhawatiran disana.
"Barusan itu dari Pamela!"
"Aku tau...
Pergilah Nathan... aku tau dia membutuhkanmu!" Ucapku lirih.Nathan hanya mengangguk kemudian menunduk pasrah hendk mengatakan sesuatu hingga akhirnya ia menghela nafas panjang dan mendongak menatapku.
"Aku harus kerumah sakit sekarang, Pamela sedang sakit!" Ucapnya yang sedetik kemudian lelaki itu beranjak meninggalkanku seoeang diri lagi. Lagkahnya berpindah cepat meninggalkanku, nampak jika ia amat sangat cemas saat ini dan yang dapat kulakukan saat ini adalah menunggu...
Menunggu bahwa suatu saat dia akan kembali lagi.Tiba tiba bulir airmata menetes membasahi pipiku, menyisakan garis sendu dipipiku yang nampak basah tersapu kesedihan, ini bukan pertama kalinya memang tapi bukan berarti hal seperti ini tak menyisakan luka, justru sebaliknya disekian kali ia pergi perasaanku justru semakin sakit dan sakit akan goresan goresan perih dihatiku karena menunggunya.
*'~
"Kamu... bukankah kamu selalu begitu? Datang dan pergi sesukamu! Aku bukannya membencimu tapi aku tak bisa bohong jika itu melukaiku, berapa kali lagi kau akan melakukannya? Berapa lama lagi ku harus menunggu dan berapa banyak lagi aku agar terbiasa, rasanya semakin sakit setiap kali kau meninggalkanku, rasanya semakin perih saat melihatmu menjauh, aku buknanya egois. Aku... hanya takut kau tak akan pernah kembali disisiku setelah kau merasa nyaman bersama dengannya seperti dulu!"

KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOU PRINCE
De TodoEntah hal seperti apa yang diinginkan gadis seusiaku pada umumnya, benarkah kecantikan, kekayaan, status atau cinta...? Leona Lorald Helen, begitulah kiranya kedua orangtuaku memberiku nama, aku bukanlah gadis dengan segala kriteria diatas, aku han...