A Hurt!

39 6 0
                                    

"Aku mungkin tak sekuat yang terlihat olehmu tapi perasaanku jauh lebih kuat dari perasaan sakitku..."

Aku menunduk, membiarkan airmataku mengalir menetes jatuh dipermukaan buku tebal yang telah usang ini, halamannya telah rapuh dan menguning tapi lihatlah betapa buku ini telah melahirkan sosok pemimpin yang menguasai negeri ini, betapa buku tua seperti ini telah mengubah seorang individu menjadi seorang raja dan ratu.

Tiba tiba terdengar ketukan dari pintu kamarku dan setelahnya seorang wanita paruh baya muncul dengan gaun kerajaannya yang indah. Wajahnya boleh saja telah berumur tapi kecantikan masih kekal menghiasi wajah ratu. Beliau lantas berjalan kearahku dengan senyumnya yang khas, mendudukkan dirinya disofa sambil memangku kedua tangannya anggun. Sontak aku bangkit dari posisi rebahanku dan duduk manis dihadapan beliau.

"Ada apa ratu?"

"Kau tidak pergi? Tadi kulihat pangeran keluar tergesa gesa, dia bilang ada temannya yang sakit, apa kau tak ikut menjenguk?" Tanya ratu sedang aku hanya menggeleng pelan.

"Aku tidak akrab dengannya, lagipula kedatanganku hanya akan memperburuk kondisinya!" Ucapku asal, sedetik kemudian ratu menatapku bingung hingga akhirnya tatapannya menajam.

"Apa mereka masih..."

"Mereka berhak melanjutkannya... akulah yang seharusnya sadar akan posisiku!"

"Bicara apa kau puteri? Kau itu seorang puteri calon ratu dimasa mendatang, tak ada gadis yang lebih pantas darimu... Nathan akan sadar akan hal itu kelak kau hanya perlu menunggu!" Ucap ratu meninggi.

"Aku tak bisa selamanya menunggu ibu...!" Ketika aku menekankan kata 'ibu' wajah wanita itu langsung melunak, matanya berkaca kaca dan kedua lengannya langsung merengkuhku erat, mengelus puncak kepalaku dan membiarkanku untuk menumpahkan segala kesedihanku.

"Aku bisa menunggunya, berapa lamapun itu tapi jika ia berjanji akan kembali, berjanji akan mendatangiku dan menetap! Dia tak berjanji tuk kembali bu... dia pergi begitu saja tanpa berkata kapan akan kembali lalu sampai kapan aku harus menunggu, dan bagaimana jika ternyata ia tak pernah kembali?"

"Maaf Leona... maaf! Seharusnya aku membiarkanmu pergi sejak awal!" Ucap ratu tiba tiba dan sontak aku terdiam kaku.

"Aku tau kau tak bahagia, kesalahankulah yang terlalu menyayangimu tanpa tau betapa kau terluka berada disini!"

***

Aku duduk dibingkai jendela yang berada diloteng, memandangi halaman paviliun yang luas dengan taman taman yang indah, dari jauh sebuah mobil memasuki area paviliun Nathan dan disana ia nampak keluar dari mobil dengn wajah yang lelah. Ya... sejak kepergiannya kemarin ia baru kembali saat ini, aku yakin ia menunggui Pamela seharian penuh, terlihat dari wajah dan pakaiannya yang tak lagi rapi.

Sejenak aku terdiam memandangi lelaki itu hingga kemudian pandanganku jatuh pada sebuah bintang jatuh yang bersinar terang diufuk timur. Bintang itu bergerak cepat melintasi langit dan berakhir entah disuatu tempat.

"Tuhan mungkinkah sepanjang hidup aku hanya akan menunggu ia untuk datang? Atau akan ada masa dimana ia yang akan menungguku? Kuharap sesuatu kelak akan berubah!"

Pintu diketuk pelan dan kak Bella muncul seorang diri dengan hormat sementara aku hanya melirik sekilas lalu kembali menatap langit.

"Puteri ini sudah pukul 12 malam anda harus sekolah besok pagi!" Ucapnya lirih aku lantas segera beranjak dari tempatku dan berjalan menuruni tangga menuju kamarku. Sebenarnya tadinya loteng itu hanya sebuah ruang kosong tapi ketika aku pindah aku meminta agar tempat itu direnovasi dan kujadikan ruang pribadiku sekaligus ruang planetarium.

______________________________________
_________________________________________

"Leonaa....!" Teriak Nadine sambil memelukku erat.

"Hwaaa sudah berapa lama kita tak bertemu... aku bahkan hampir tak mengenalimu!" Ucapnya lagi.

"Kita tak bertemu hanya sekitar 3 minggu bagaimana kau bisa melupakan wajahku sementara wallpaper ponsel, desktop dan tab mu adalah foto kita berdua, bahkan dompet dan bingkai foto disamping tempat tidur.."

"Ayolah Leona... hentikan semua itu, kau tak tau betapa kesepiannya aku tanpamu! Ditambah lagi ulah Krish yang selalu merusak hariku!"

"Kau sangat serasi dengannya!" Balasku malas sambil membaca buku tata negaraanku.

"Kau terlalu banyak belajar, bahkan sekarang kau juga mempelajari ilmu ketata negaraan, aku tak mengerti seberapa banyak sebenarnya jaringm yang ada diotakmu?" Ucapnya heran.

"Jaringan? Mungkin sekitar 1 milyar, sama denganmu hanya jumlah yang tersambungnya saja yang berbeda!" Sautku santai.

"Baiklah nona jenius kita sudahi pasal jaringan, aku lebih menyukai jaringan internet daripada jaringan otak bahkan jika itu milikku sendiri!" Ucapnya menegaskan dan aku hanya mengangkat bahuku sambil mengangguk menyetujui.

Tiba tiba seorang guru memasuki kelas dengan seorang lelaki yang mengikuti dibelakangnya, lelaki tinggi berambut legam dengan mata peridot yang sama denganku ditambah lagi dua tindikkan ditelinga kirinya, lelaki itu adalah...

"Raven...!" Tanpa sadar aku mengucapkan kata itu dengan keras hingga semua murid sekarang menatapku bingung sementara lelaki itu hanya menyunggingkan seringai.

Jika kalian bertanya siapa itu Raven, akan kujawab. Dia adalah sahabatku sejak berusia 5 tahun dan jika kalian bertanya kenapa dia baru muncul. Itu karena ketika berusia 12 dia pindah bersama keluarganya untuk urusan bisnis dan baru kembali sekarang, bahkan ajaib aku dapat mengenali wajah seseorang yang tak pernah kujumpai selama sekitar 5 tahun lamanya sementara penampilannya telah jauh berubah, namun rambut legam dengan mata peridot itu. Aku selalu ingat betapa kedua hal itu sangat identik dengannya bahkan jika itu orang lain maka mereka akan mengingatkanku padanya.

"Perkenalkan namaku... Raven Alexander Torn!" Ucapnya lantang dan saat itu juga aku kembali ingat akan pertemuan kami 12 tahun lalu.

Flasback~'

"Namaku Raven Alexander Torn!"

"Namaku Leona Lorald Helen!"

"Kita memiliki rambut dan mata yang sama...!" Ucapnya lagi dan saat itulah kami mulai menjadi teman.

Flashback End~'

Tiba tiba Raven telah berada dihadapanku dan tersenyum, senyuman khas yang selalu ia pancarkan padaku dan hanya kepadaku, dan mungkin senyuman itulah yang dulu sempat menjadi sebuah mimpi panjang dalam setiap tidurku sepanjang malam.

"Lama tak bertemu Leona...!" Ucapnya santai.

Dadaku berdesir, entah bagaimana perasaan yang sama bisa terulang kembali seperti ini namun yang jelas aku benar benar berada didepannya, didepan lelaki yang dulu adalah bagian dari jiwaku, orang yang memiliki arti penting dalam hidupku.

"Kau... kembali..?"

"Ya... seperti janjiku! Aku kembali..." ucapnya santai sambil kembali tersenyum.

"Senyuman itu... apakah itu senyuman yang pernah membuatku terpikat..?"

*'
*''

Pelajaran telah berakhir, namun aku memutuskan untuk diam dikelas lebih lama untuk merenung sebentar namun tak kusangka jika Raven juga masih berada disini ikut duduk tenang sembari sibuk dengan fikiran kami masing masing...

"Apakah kamu ingat, dulu hal seperti ini juga pernah terjadi..?"


=============================

Gimna gmna...
Gomene klo crtanya agak absurd tapi ttep baca ya!
Sorry klo typo bertebaran T_T
sorry juga klo up nya lama soalnya writer sbuk persiapan buat UKK!

LOVE YOU PRINCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang