Donghae

259 30 3
                                    

Jadi begini toh rasanya punya fans.

Aku selalu merasa diriku ini ganteng, tapi hell, ini toh rasanya punya fangirl-ku sendiri. Aku sama sekali nggak nyangka bahwa Krystal Jung--si artis yang katanya terkenal tapi aku sama sekali nggak tahu dia siapa itu bakal menggilaiku sampai seperti ini.

Sejak pertama kali aku menginjakkan kaki di ruangan bernama studio ini, Krystal nggak berhenti menatapku dengan mata berbinar--dan dia juga melakukan itu kepada Yuri, sih, tapi nggak sesering seperti kepadaku. Dia bilang dia melihat fotoku di internet--aku sendiri nggak tahu bahwa fotoku dan Yuri tersebar di internet se-bebas itu. Mungkin Yuri yang memasangnya kali ya. Aku harus tanyakan itu nanti.

Hell, apa aku se-ganteng itu ya?

Beralih dari masalah kegantenganku--kita bakal butuh waktu seharian penuh buat ngomongin itu, hehehe--rasanya aku harus cepat-cepat mengaktifkan otakku kembali. Setelah tempo hari menguras otak gara-gara kasusnya Yoona, sekarang aku sudah di hadapkan dengan kasus baru lagi. Sekalipun kasus yang dialami oleh Krystal ini kelihatan ringan, nggak tahu kenapa, aku punya perasaan bahwa kasus ini akan berujung menjadi sangat serius--dan nggak menutup kemungkinan, penuh dengan darah.

Dan perlu aku ingatkan lagi, perasaanku biasanya benar.

Yuri selalu mengatakan kepadaku untuk jangan terlalu berprasangka buruk dengan perasaanku sendiri--tapi aku juga nggak bisa membohongi diriku sendiri kalau itu semua memang benar terjadi.

Coincidence? I don't think so.

"Jadi, apa pendapatmu tentang isi surat itu, Donghae-ssi?" tanya Sehun, membuyarkan lamunanku yang sudah berakar itu. Oh iya, aku malah lupa memikirkan isi surat itu.

Wait, isi suratnya apa sih?

"Kalau menurutku, bisa jadi cuman kerjaan anak iseng, sih." sambar Yuri cepat, membuatku hanya gelagapan. Sial, dia tahu kalau aku sedang melamun. "Tapi kalau sampai dikirim setiap hari sih keterlaluan namanya."

"Yup." sahutku, membuat perhatian Yuri, Krystal dan Sehun tertuju padaku. "Aku harus mengatakan bahwa isi surat ini sedikit--menyeramkan."

"Setuju." sahut Krystal. "Maksudku, aku memang sudah sering mendapat surat penggemar, tapi nggak seperti ini."

"Siapapun yang mengirim surat ini pasti tergila-gila sama kamu." kata Yuri. "Coba kamu ingat-ingat lagi, sejauh ini, ada nggak penggemar yang bersikap sedikit 'arogan' saat bertemu denganmu?"

Krystal mengerutkan dahinya, tampak sibuk berpikir, sementara Sehun mengetuk-ngetukkan ujung sepatunya dengan pelan ke lantai, terlihat seperti orang yang sedang menahan kencing. Bukan, aku tahu banget dia nggak sedang menahan kencingnya, dia gelisah gara-gara sesuatu.

Dan kayaknya, aku bisa menebak apa yang menjadi kegelisahan cowok itu.

"Beberapa penggemar yang pernah kutemui memang selalu histeris ketika melihatku, tapi rasanya mereka semua baik. Nggak ada dari mereka yang bersikap arogan atau semacamnya, tuh." jawab Krystal polos.

"Katamu, surat semacam ini selalu datang setiap hari?" tanyaku, yang langsung dibalas dengan sebuah anggukan penuh semangat dari cewek itu.

"Surat yang aku bawa adalah surat yang kuterima tadi pagi." jawabnya.

"Jadi kemungkinan surat itu bakal datang lagi besok, ya." aku mengangguk-angguk kemudian memasang pose berpikirku. "Aku ada ide."

"Yeah?" tanya Yuri sambil menaikkan satu alisnya, gaya yang menurutku mirip banget sama ibu tirinya Cinderella.

"Bagaimana kalau aku dan Yuri akan mencegat siapapun yang mengirimkan surat itu besok pagi, dan kalau kita beruntung, pelakunya bakal langsung ketahuan. Yah, ini baru gambaran kasarnya saja sih, kita bisa membicarakannya lebih detail kalau kau," aku menunjuk Krystal, yang--lagi-lagi--menatapku dengan mata berbinar. "Dan Sehun-ssi setuju dengan usulanku ini. Gimana?"

Krystal membulatkan matanya kemudian mengangguk sementara Sehun tampak berpikir sebentar--lalu menghela napasnya yang terlihat berat itu.

"Kurasa, idemu bukan ide yang buruk. Aku sendiri sebenarnya sudah kepikiran untuk melakukan itu sebelumnya, tapi berhubung jadwal Krystal lumayan padat dan aku harus mengatur semuanya, aku nggak punya cukup waktu. Jadi, ya, aku setuju."

Krystal bersorak tertahan, terlihat benar-benar girang sementara Yuri menatapnya dengan canggung dan aku hanya bisa menunjukkan senyum-menawan-tapi-garing-ku.

"Bagus, kalau begitu kita bisa mulai besok. Oh iya, ngomong-ngomong, toiletnya dimana, ya?" tanyaku, kali ini berpura-pura memasang tampang kebelet pipis andalanku.

"Sial, kamu mules lagi?" tanya Yuri blak-blakan, membuatku memelototinya.

"Ya nggak lah adikku, aku pengen pipis. AC di ruangan ini dingin banget." jawabku sambil membela diriku sendiri. "Sehun-ssi, bisa tolong antar aku ke toiletnya?"

Sehun--yang tentunya sama sekali nggak nyangka bakal diminta antar ke toilet apalagi oleh sesama cowok membalas pertanyaanku dengan gelagapan.

"B-bisa, tentu saja." jawabnya seperti orang gagu.

"Really? Harus di anterin? Kamu takut nyasar?" Yuri meledekku, sementara Krystal tertawa kecil melihat drama kami.

"Aku takut diculik, sayang." balasku. "Ayo, antar aku ke toiletnya sekarag sebelum studio ini banjir oleh pipisku."

Sehun menuruti kemauanku--meskipun dengan muka yang luar biasa abstrak, tapi dia menemaniku sampai kami akhirnya keluar dari studio, kemudian dia berjalan mendahuluiku menuju sebuah lorong yang terasa sempit.

"Toiletnya ada di sebelah kiri." kata Sehun, menunjuk sebuah pintu yang berada di ujung lorong, membuatku jadi teringat dengan toilet di rumahnya Yoona. Iya, toilet yang berlubang di langit-langitnya itu.

"Aku sarankan supaya nggak mengunci pintunya, Donghae-ssi, pintunya sudah agak rusak."

"Sebenarnya aku nggak ingin pipis, sih." kataku, membuat Sehun mengerutkan keningnya. "Aku cuman pengen nanya sesuatu ke kamu, tapi jangan sampai Krystal tahu."

"Uh--oke." Sehun menelan ludahnya yang terlihat berat.

Sial, kenapa aku jadi merasa seperti om-om pedofil, ya?

"Si pengirim surat itu sudah menghubungimu, ya?"

Aku berani bersumpah, selama beberapa detik, Sehun seakan-akan berhenti bernapas. Matanya membulat kaget, keringat dingin sebesar biji jagung mengalir di pelipisnya.

"Donghae-ssi, darimana... Kamu tahu?"

"Panggil hyung aja, biar lebih akrab." aku menyunggingkan senyum terlebarku. "Dan ngomong-ngomong, kelihatan jelas dari gerak-gerikmu sejak pertama kali kita ketemu, kok."

Sehun terkekeh kecil--yang aku tahu banget dia lagi berusaha mati-matian buat menutupi kegelisahannya--kemudian menghela napasnya.

"Ya, tadi, tepat sebelum aku turun ke lobi untuk menemui hyung dan Yuri--noona, aku menerima sebuah pesan singkat." Sehun menjawab dengan suara yang kelewat pelan, seperti takut akan ada orang lain yang mendengar percakapan ini. Padahal, nggak ada siapa-siapa di lorong sempit yang mencekam ini selain kami berdua.

"So, dia bilang apa?" tanyaku lagi.

"Dia bilang dia nggak akan berhenti untuk mengganggu Krystal." Sehun menelan ludahnya kemudian menarik napas. "Dan dia akan melukai siapa saja yang merebut Krystal darinya. Siapapun pengirim pesan ini, aku yakin dia tergila-gila banget sama Krystal dan jujur saja, itu membuatku takut."

Uh, oke, aku nggak pernah mengira akan berurusan dengan penggemar yang kelewat obsesi seperti ini. Hell, aku mungkin menggemari Kwon BoA karena dia cantik dan suaranya keren, tapi aku nggak pernah ada keinginan gila untuk memilikinya dan menjadikannya sebagai pacarku. Maksudku, astaga, itu sih terlalu muluk.

Rasanya seperti berurusan dengan psikopat saja.

"Dia cuman bilang itu?"

Sehun menggeleng. "Ada lagi. Dia bilang," kali ini, matanya yang segaris itu menatapku tajam. "Dia nggak akan segan-segan untuk mencelakai hyung dan noona kalau kalian berdua berusaha mencari tahu siapa dia sebenarnya."

Shit. Sudah kubilang kan, perasaanku selalu benar.

The LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang