Yuri

206 24 2
                                    

Dalam satu minggu ini, aku sudah dua kali masuk rumah sakit.

Iya sih, bukan aku yang sakit, aku hanya bertugas mengantar dan menunggu saja. Kalau sebelumnya aku ke rumah sakit untuk mengantar Jongin—si tukang kebun berbadan kekar yang naksir sama cewek imut itu—, kali ini aku mengantar Krystal dan Sehun.

Kondisi Krystal baik-baik saja sebenarnya, hanya terdapat beberapa lecet kecil di lengannya tapi selebihnya dia baik-baik saja. Berbeda jauh dengan Sehun yang kondisinya lumayan menyeramkan.

Sehun menderita luka bakar stadium dua di punggungnya gara-gara ledakan di mobil—yang ternyata, adalah mobil Krystal. Kemeja yang dikenakannya sampai bolong gara-gara terbakar api, dan sekilas aku bisa melihat kulit punggungnya Sehun yang berwarna kemerahan. Aku yakin rasanya pasti sakit banget.

Jadi gini, waktu itu Krystal mau mengambil sesuatu di mobilnya tapi Sehun datang menghampirinya. Mereka mengobrol sebentar kemudian Sehun menyadari ada sesuatu yang aneh di mobil Krystal. Sehun mengintip dari balik jendela mobil lalu—katanya—melihat beberapa alat mencurigakan yang kemudian dia ketahui sebagai alat peledak. Setelah itu, Sehun buru-buru menyuruh Krystal untuk berlari menjauh tapi sayangnya mobilnya keburu meledak. Krystal selamat—sekalipun terbanting cukup keras dan mengalami lecet di lengan, karena Sehun langsung menindih badannya dan menggunakan punggungnya sendiri sebagai tameng.

Beberapa orang kru langsung bergegas menolong Sehun—termasuk Jimin si anak pramuka itu— sementara aku buru-buru menelepon ambulans. Donghae datang beberapa detik kemudian dengan Dara di belakangnya, wajahnya terlihat benar-benar panik begitu melihatku. Aku tahu banget dia mengkhawatirkanku—dan astaga, aku cukup terharu mengetahui bahwa kakakku mengkhawatirkanku—tapi saat itu kondisi Sehun yang paling genting.

Aku memberitahu Donghae bahwa sesuatu terjadi kepada Sehun—tapi, alih-alih berlari menuju Sehun, Donghae malah berlari secepat kilat mengejar seseorang dengan hoodie hitam yang kelihatan sedikit mencurigakan. Dan asal kalian tahu saja, dia berlari seperti orang kesetanan. Aku dan Dara sudah berkali-kali memanggilnya tapi setiap kali kami meneriakkan namanya dia semakin menjauh, jadi akhirnya kami memutuskan untuk membiarkannya saja. Dara bilang sih, dia yakin banget kakakku itu sedang mengejar siapapun yang bertanggung jawab atas ledakan yang terjadi di mobil Krystal.

Singkatnya, setelah semua kerusuhan di taman kota itu, Sehun dan Krystal dibawa ke rumah sakit dengan ambulans sementara aku dan Dara mengikuti mereka. Donghae—yang kembali tidak lama kemudian dengan celana jeans sobek dan lutut berdarah—tentunya memilih untuk tinggal di taman kota dengan alasan ingin menyelidiki semuanya lebih lanjut. Jimin si anak pramuka menemaninya, tentu saja, karena dia juga membawa beberapa orang polisi untuk melakukan olah TKP secara resmi.

Gitu.

Nah, sekarang ini aku lagi duduk dengan canggung di ruang tunggu IGD, sendirian. Dara, Krystal, dan seorang kru dari pemotretan—atau apalah itu namanya—menunggu Sehun yang masih tertidur karena efek anestesi di dalam ruangan IGD dan aku memutuskan untuk menunggu di luar saja.

Hell, rasanya seperti déjà vu.

"Permisi." sebuah suara pelan berhasil membuyarkan lamunanku. Aku menoleh lalu melihat seorang cowok dengan setelan jas berwarna krem, rambut yang terlihat acak-acakan tapi klimis, lengkap dengan sepatu kets berwarna putih yang aku yakin harganya pasti mahal banget—taruhan, mereknya kalau bukan Nike pasti Adidas. Dilihat dari penampilannya, aku langsung tahu bahwa cowok ini kelas tinggi. Berapa usianya, 25 tahun?

"Apa benar ini ruangannya Oh Sehun?" tanya cowok itu, tutur kata dan gerak-geriknya kelewat sopan, membuatku semakin yakin bahwa cowok ini pasti dari kalangan atas.

The LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang