Ini mungkin jadi sarapan ter-aneh yang pernah aku lakukan.
Maksudku, makanannya memang tidak buruk—malah, rasanya enak banget—tapi suasananya yang membuat semuanya jadi terasa aneh.
Krystal terlihat syok, tangannya menggenggam sendoknya erat-erat tanpa menyuapkan sedikitpun makanan kedalam mulutnya. Donghae berusaha untuk terlihat cool tapi aku yakin banget dalam hatinya dia sudah menjerit-jerit seperti cewek alay. Aku—tentunya, berusaha untuk tetap terlihat swag tanpa menghiraukan isi surat barusan dan meneruskan makanku, karena aku lapar dan aku butuh asupan energi secepatnya.
Well, tetap saja, aku tidak bisa melupakan bangkai burung kenari yang malang itu.
Siapa orang gila yang sudah mengirimkannya?
"Krystal, kamu harus makan." kata Donghae, memecah keheningan diantara kami bertiga.
Krystal hanya menggelengkan kepalanya. "Mual."
Ugh, sebenarnya aku juga kok.
"Aku tahu, tapi perut kamu nggak boleh kosong di pagi hari kayak gini." lanjutnya, kali ini terdengar benar-benar lembut—entah karena dia memang ingin menenangkan Krystal atau dia cuman modus.
"Kegiatanmu padat hari ini, kan?" tanyaku.
Krystal mengangguk. "Aku rasa...aku bisa nggak sarapan dulu pagi ini. Aku nggak begitu lapar."
"Kamu yang traktir kita sarapan seenak ini tapi kamu sendiri malah nggak makan. Ayolah, lima suap aja." bujuk Donghae, yang entah kenapa terdengar seperti rayuan om-om senang di telingaku.
Krystal tampak menghela napasnya panjang kemudian akhirnya mengangguk sambil tersenyum tipis kearah Donghae.
"Oke."
Donghae tersenyum kemudian mengacungkan jempolnya, sementara aku melanjutkan sarapanku yang sudah tinggal setengahnya.
Tepat setelah aku menghabiskan makananku, Sehun datang dengan tergesa-gesa. Mantelnya yang panjang itu dia biarkan terbuka, memperlihatkan kaus tipis yang dikenakannya yang tampak basah karena keringat. Aku bisa melihat dengan jelas keringat sebesar biji jagung mengalir dari pelipisnya dan mukanya mengkilap karena minyak, membuatnya terlihat seperti orang yang sehabis berlari jauh.
"Jalanan macet parah, aku berlari dari apartemenku sampai kesini." katanya dengan napas tersengal-sengal.
Sialan, ternyata dia beneran lari toh.
"Kamu nggak apa-apa?" tanya Sehun kepada Krystal yang dibalas oleh cewek itu dengan sebuah anggukan kecil.
"Cuman syok."
"Sehun-ah, kurasa kamu juga harus lihat." kata Donghae, bangkit dari tempat duduknya kemudian menghampiri Sehun. "Tapi jangan disini."
"Uh—oke."
Kemudian, kedua cowok itu pergi keluar, meninggalkan aku dan Krystal berdua. Oh iya, aku lupa memberi tahu kalian kalau saat ini kami tengah berada disebuah kedai bubur ter-enak yang pernah aku datangi. Letaknya tidak terlalu jauh dari apartemen Krystal, jadi kami hanya perlu berjalan kaki untuk sampai kesini. Kalau sebelumnya kami belum melihat isi surat itu, mungkin kami bisa menikmati sarapan kami dengan lebih tenang dan lebih santai.
"Eonni." bisik Krystal, membuatku menghentikan kegiatan makanku kemudian menatapnya.
"Kenapa?"
"Aku takut." jawabnya pelan.
"Kenapa harus takut?" tanyaku, kemudian mendekatkan posisi dudukku kepadanya. Aku bisa melihat dengan jelas bahu cewek itu yang bergetar hebat, terlihat benar-benar ketakutan. "Nggak ada yang perlu kamu takutkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Letter
FanfictionDonghae dan Yuri di hadapkan dengan sebuah kasus baru. Kali ini, mereka dimintai tolong untuk mengungkap siapa pengirim surat teror yang ditujukan untuk Krystal Jung, artis terkenal yang lagi naik daun. Masalah semakin serius saat Krystal menerima s...