Semuanya nyaris sempurna.
Sedikit lagi, tinggal sedikit lagi sampai aku berhasil mendapatkan apa yang selama ini aku mau. Apa yang selama ini menjadi obsesiku, apa yang selama ini selalu menghantuiku siang dan malam. Sebentar lagi, semua impianku akan menjadi kenyataan, dan aku tidak bisa lebih bahagia lagi daripada ini.
Ayah mungkin tidak ada disekitarku, tapi aku tahu, dia selalu memantauku. Huh, peduli setan, sekalipun dia tahu apa yang tengah aku lakukan, dia tidak akan bisa melakukan apa-apa. Jeruji besi itu—dan ratusan kamera pengintai di sekitarnya, tidak akan bisa membuatnya bergerak.
Sudah sepantasnya.
Meskipun begitu, aku ini anak yang baik. Aku memang tidak terlalu menyukai ayahku—si tukang pukul yang merangkap jadi milyuner kaya dan sok dermawan itu—tapi, aku masih menuruti perintahnya. Bukan semata-mata untuk kepentingan pribadinya saja, tapi, ini juga demi kepentingan pribadiku.
Aku ini orang yang ambisius. Apa yang aku inginkan, harus aku dapatkan. Aku punya seribu satu cara untuk mendapatkan apa yang aku mau, meskipun dengan begitu aku harus membunuh orang. Tidak masalah, aku suka membunuh orang.
Tidak dengan tanganku sendiri, tentunya. Aku suka melihat mereka sekarat, aku suka melihat mereka memohon ampunan untuk nyawa mereka, aku suka melihat mereka tersiksa, aku suka mendengar suara tangis putus asa mereka.
Dan asal kalian tahu saja, mempermainkan mereka itu benar-benar menyenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Letter
FanfictionDonghae dan Yuri di hadapkan dengan sebuah kasus baru. Kali ini, mereka dimintai tolong untuk mengungkap siapa pengirim surat teror yang ditujukan untuk Krystal Jung, artis terkenal yang lagi naik daun. Masalah semakin serius saat Krystal menerima s...