Hari ini kacau banget.
Kadang aku berpikir bahwa semua ini hanya mimpi, tapi setiap kali aku mencubit tanganku aku sadar bahwa semua ini nyata.
Oke, sejak kapan aku jadi lebay begini?
Intinya, hari ini buruk. Pagi-pagi kami sudah mendapat bangkai burung kenari kecil yang malang. Beberapa jam kemudian mobilnya Krystal meledak. Kemudian, yang terakhir, lagi-lagi kami mendapat bingkisan ratusan bangkai burung kenari dalam kotak jumbo di tengah jalan—which is, aneh banget menurutku.
Untuk yang terakhir itu, aku dan Donghae yakin banget bukan ditujukan buat Krystal lagi, tapi buat kami berdua.
Untungnya, saat ini kami sudah berada di hotel dalam kondisi baik-baik saja. Well, Donghae memang kelihatan agak pucat sih, tapi selebihnya dia baik-baik saja. Setidaknya itu yang dia bilang. Aku sudah berkali-kali menyuruhnya untuk tidur dulu—tapi yah, kalian kan tahu sendiri Donghae kepalanya sekeras apa. Omonganku lebih sering masuk telinga kanan keluar telinga kirinya.
Terserah dia sih.
"So, Dara jadi kesini?" tanya Donghae, yang saat ini tengah duduk bersandar pada headbord kasurnya, sementara aku duduk di pinggir kasurku.
Fyi, aku memang memberi tahu Dara tentang apa yang baru saja aku dan Donghae temukan—dan nyaris kami tabrak—lalu tahu-tahu Dara mengatakan dia sudah dalam perjalanan menuju kemari.
"Yup." jawabku.
"Shit, kalau gitu aku harus mandi dulu."
"Buat apa?"
"Masa aku ketemu dia dalam keadaan bau begini?"
Sialan, benar juga sih. Bau badan kami berdua memang lumayan menyengat—bau darah, aku tahu, menjijikan banget—gara-gara ratusan bangkai kenari yang kami temukan barusan. Aku rasa aku juga harus mandi.
"Kalau gitu cepet, jangan lama-lama. Nggak usah luluran." kataku, membuat Donghae terkekeh pelan.
Donghae kemudian berjalan menuju duffle bag-nya yang tersimpan rapi di ujung kasurnya sementara aku menyalakan televisi—kemudian langsung di sambut dengan berita meledaknya mobil Krystal. Yah, aku justru bakal heran banget kalau kejadian ini sampai tidak di liput berita manapun.
"Itu kita?" tanya Donghae, sambil menunjuk kearah layar tivi yang tengah menampilkan gambar mobil Krystal yang terbakar dan orang-orang di sekelilingnya yang berusaha memadamkan api sementara si pembaca berita tengah menceritakan kronologisnya.
"Mana?" tanyaku, memicingkan mataku untuk melihat lebih jelas detail gambar tersebut.
"Ya ampun, masa aku segitu gantengnya nggak kelihatan sih? Kamu ada di samping aku persis, kok."
Aku mengerlingkan mataku. Dasar narsis.
"Oh, iya juga sih." kataku, saat akhirnya aku melihat sosok seorang gadis dengan rambut ekor kuda dan kemeja kotak-kotak berwarna merah. Yup, itu aku. Hell, badanku kurus juga ya.
"Ini cuman gambar-gambar aja, ya? Belum ada video amatir atau apa gitu?" tanya Donghae lagi, kali ini duduk di sampingku.
"Belum kayaknya, mungkin besok. Setahuku barusan nggak ada banyak pers yang datang."
Donghae menghela napasnya kemudian meregangkan kedua tangannya keatas. "Aku yakin banget Kim Taehyung itu punya peran dalam kasus ini."
Aku membelalakkan mataku kemudian menepuk pundaknya.
"I was thinking the same thing!" seruku.
"Uh—yeah, tapi nggak perlu mukul juga." katanya, sambil mengusap-usap pundaknya yang barusan aku pukul. Dasar lebay. "Dan yup, maksudku gini. Apa nggak aneh dia tiba-tiba muncul begitu saja saat kita lagi menyelidiki kasus ini—bahkan sampai mengantar kamu segala?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Letter
FanfictionDonghae dan Yuri di hadapkan dengan sebuah kasus baru. Kali ini, mereka dimintai tolong untuk mengungkap siapa pengirim surat teror yang ditujukan untuk Krystal Jung, artis terkenal yang lagi naik daun. Masalah semakin serius saat Krystal menerima s...