Aku berani bersumpah, kalau aku lagi nggak dalam keadaan terluka dan kesakitan begini, aku pasti sudah mengeluarkan ratusan kata kasar dengan energi penuh.
Tapi, berhubung kondisiku saat ini lagi payah banget, aku cuman bisa mendengus sambil memelototi Hyukjae yang sama sekali nggak terusik dengan tatapanku yang pasti sudah mirip singa garang ini. Asal kalian tahu, aku kaget setengah mati.
Gimana aku nggak kaget? Pria brengsek itu—ayahku, yang sudah nggak ada kabar selama belasan tahun tiba-tiba 'datang' dengan berita kayak gitu, aku jelas-jelas kaget sampai rasanya jantungku bisa copot kapan saja. Aku bisa pastikan bahwa Yuri juga sama kagetnya denganku—atau mungkin lebih kaget lagi.
"Darima kamu bisa tau?" tanyaku, berusaha untuk terdengar se-kalem mungkin. "Darima kalian bisa tau?"
"Donghae," kata Dara, tangan kirinya memegang pundakku yang nggak terluka. "Itu yang mau aku coba jelaskan dari beberapa hari yang lalu."
Aku mengerutkan keningku kemudian langsung teringat dengan percakapanku dan Dara di taman beberapa hari yang lalu.
Oh, yang itu.
"So... Itu juga yang mau kamu coba ceritakan padaku ya, Jimin?" tanya Yuri, dengan nada yang agak dingin, membuat Jimin mengkeret di tempatnya.
Anak pramuka itu mengangguk pelan lalu menjawab dengan suara yang lebih mirip seperti bisikan. "Iya, noona."
Yuri menghela napasnya kemudian memijat-mijat pelipisnya—satu hal yang menjadi kebiasaan adikku kalau dia lagi pusing atau terlalu banyak pikiran di kepalanya. Aku tahu, aku sering memperhatikannya.
"Kamu belum jawab pertanyaanku." kataku kepada Hyukjae.
Hyukjae menghela napasnya kemudian menatapku dengan serius.
"Ayah kalian berdua berhasil mengungkap kasus korupsi itu secara diam-diam. Atasanku di kepolisian hanya tau bahwa aku yang mengungkap kasus itu, tapi sebenarnya ayah kalian yang sudah meninggalkanku begitu banyak jejak jadi secara teknis dia yang mengungkapnya. Tentunya, hal ini hanya aku, Dara dan Jimin yang tau, soalnya sampai saat ini status ayah kalian masih buronan."
"Dia bahkan menunjukkan kami tempat persembunyiannya selama ini." sela Dara, membuatku kembali menatapnya.
"Sebuah flat kecil di Busan, tempat persembunyian yang bagus." lanjutnya.
"Dimana dia sekarang?" tanya Yuri.
Hyukjae menggelengkan kepalanya. "Kami nggak ada petunjuk tentang keberadaannya sekarang. Dia beberapa kali mengirimiku e-mail—dan bukan dari e-mail pribadinya, tentunya, jadi kami kesulitan melacaknya."
"Apalagi hanya kami bertiga yang tau tentang ini." kata Dara lagi. "That's why I keep following you since the first time you decided to search for your dad."
Hening yang cukup lama memenuhi ruangan ini. Aku dan Yuri sama-sama berkutat pada pikiran kami masing-masing, masih nggak terlalu percaya dengan semua perkataan Hyukjae dan Dara barusan. Kenapa ayah bisa mengontak Hyukjae sementara ke anaknya sendiri nggak? Kenapa ayah malah menghubungi Hyukjae selama ini, dan bukannya aku?
Sial, memikirkan semua ini membuatku merasa pusing lagi.
"Jadi, hubungannya dengan Taehyung?" tanya Yuri, kali ini terdengar lebih santai.
"About that," Hyukjae berdehem pelan kemudian memasukkan kedua tangannya ke saku trench coat-nya yang agak cupu. "Begitu ayahnya ditahan, Taehyung mengambil alih kuasa perusahaan. Orion Corp sempat bangkrut selama beberapa bulan tapi Taehyung berhasil membuat dirinya kaya lagi dengan mudah—membuat kami, obviously, merasa curiga dengan cara yang dipakainya. Selama ini dia terlihat baik-baik saja tapi kami tau ada sesuatu yang nggak beres dengan dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Letter
FanfictionDonghae dan Yuri di hadapkan dengan sebuah kasus baru. Kali ini, mereka dimintai tolong untuk mengungkap siapa pengirim surat teror yang ditujukan untuk Krystal Jung, artis terkenal yang lagi naik daun. Masalah semakin serius saat Krystal menerima s...