Part 5

4.7K 308 1
                                    

"Lo kemarin kemana lagi sih, Vin?" Tanya Gabriel dengan suara lirih pada Alvin yang duduk di depannya bersama Rio. Gabriel tidak ingin duduk bersama Rio karena ia tidak ingin disangka kembar dengan Rio. Ya, walaupun kenyatannya mereka berdua memang kembar.

Gabriel mengingat kejadian tawuran kemarin dimana lagi-lagi sang pentolan sekolah menghilang entah kemana ketika tawuran sedang berlangsung. Hal tersebut kontan saja membuat yang lain khawatir jikalau Alvin diculik oleh murid SMA Kusuma. Gabriel bernapas lega saat berangkat tadi ia mendapati pentolan sekolah itu duduk santai di meja guru.

Alvin menghentikan aktivitas menyalin catatan dari papan tulis ke bukunya, lantas ia melirik sebentar pak Bagyo yang masih fokus mencatat beberapa rumus senyawa.

"Gue dibawa kabur" jawabnya tak kalah lirih.

"Sama cewek jin itu lagi?" kini Rio yang bertanya dan dijawab Alvin dengan anggukan. Terserahlah CORO itu mau memanggil Via jin, sundel bolong, gundul pringis ataupun saudara dedemit-dedemit itu.

Teng. . . Teng. . .

Bel pulang sekolah berbunyi. Alvin dengan semangat membereskan peralatan tulisnya dan memasukkannya kedalam tas. Terkesan buru-buru malah hingga membuat Gabriel dan Rio saling tatap heran.

"Buru-buru banget, Vin?" Tanya Rio.

"Iya, nih. Gue ada janji sama orang"

"Siapa? Mantan lo itu?" Alvin menghentikan kegiatannya menutup resleting tasnya ketika mendengar pertanyaan Gabriel.

"Ngaco lo!" tandasnya. Alvin berdiri dan menggendong tasnya di punggung.

"Oh, iya---" Alvin seperti teringat sesuatu. Gabriel dan Rio mendongak dan menatap Alvin dengan pandangan bertanya. "Gue pinjam motor kalian dong!"

"Boleh aja sih, Vin. Tapi kita berdua pulangnya gimana?" Tanya Gabriel.

"Biar diantar sama Deva. Eh, itu dia!" Alvin berlari ke arah pemuda berkulit putih yang berdiri di dekat parkiran mobil. Gabriel dan Rio mengikuti di belakang.

"Lo anterin CORO dulu ya, dek. Gue mau pergi bentar. Nih kunci mobilnya!" Alvin melemparkan kunci mobilnya yang langsung ditangkap oleh Deva dengan sigap.

"Kuncinya, Yo!" Alvin menengadahkan tangannya di depan Rio. Alvin tahu betul jika Rio-lah yang biasa mengendarai Ninja hitam miliknya dan Gabriel.

Rio merogoh saku celana abu-abunya dan menyerahkan kuncinya pada Alvin.

"Gue cabut dulu, ya. Hati-hati, dek, bawa mobilnya!"

Setelah kepergian Alvin, Gabriel dan Rio menyemburkan tawa yang sedari tadi mereka tahan.

"Dek?" koor keduanya lantas kembali tertawa. Panggilan Alvin untuk Deva terdengar manis sekaligus menggelikan bagi saudara kembar itu. Sementara Deva menatap dua kembar itu dengan geram.

"Puas ketawanya? Ikut gue atau gue tinggal." ucapnya tajam. Tanpa menunggu Gabriel dan Rio, Deva melangkahkan menuju mobil sport milik kakaknya.

Gabriel dan Rio b tersadar dan menghentikan tawanya. Keduanya kompak menatap Deva yang berjalan santai.

"Yo?"
"Hmm"

"Lo mau ngga gue pangil 'dek'?"

Rio menoleh dan menatap Gabriel dengan mata menyipit.

"Najis!" tandasnya. Rio segera berlari menyusul Deva dan meninggalkan Gabriel yang tertawa dibuatnya.

***

Alvin menghentikan ninja hitam milik CORO di pinggir taman kota. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling taman. Senyumnya merekah ketika menemukan sosok yang ia cari kini tengah duduk disalah satu bangku panjang. Alvin segera menghampiri sosok itu.

Love Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang