Dua orang pemuda turun dari mobil sport warna putih. Deva membetulkan lengan seragamnya yang terlipat di bagian ujung. Sementara pemuda satunya yang berwajah oriental berjalan dengan santai meninggalkan Deva. Sesekali ia bersenandung kecil. Hal yang sangat langka bagi seorang Alvindra Pramuditya Anggara.
"Kakak lo kenapa, Dev?" Deva mengelus dadanya dan menatap sebal dua orang pemuda yang kini berdiri dengan cengiran tanpa dosa.
"Ngga tau. Kemarin pulang tawuran dia dimarahin bokap sama nyokap malah senyum-senyum sendiri." jelas Deva seraya mengangkat bahunya.
Gabriel dan Rio serta-merta saling menatap. Ada yang tidak beres dengan pentolan sekolah mereka itu.
"Jangan-jangan Alvin kesambet jin di lapangan, lagi." Sahut Rio asal yang membuat Gabriel dan Deva mengerutkan dahinya.
"Kan di dekat lapangan kemarin tempat kita tawuran ada gedung tua ngga terpakai tuh, katanya disitu ada jinnya. Bisa aja kan Alvin kesambet tuh jin sampe dia jadi aneh kaya sekarang." Imbuh Rio dengan wajah serius membuat Gabriel sedikit percaya. Namun tidak dengan Deva. Ia malah memutar bola mata jengah.
"Bisa jadi, Yo. Gih, cepat kita susulin Alvin."
"Duluan ya, Dev. Ganteng twin mau nyelamatin kakak lo dulu. Daaah. . ." Gabriel dan Rio lari pontang-panting menyusul Alvin. Tas punggungnya naik-turun seiring dengan lari mereka yang tak beraturan.
Deva mengawasi duo kembar itu hingga hilang di tikungan koridor. Lalu pandangannya beralih untuk mengawasi keadaan sekitar.
"Ck, kembar konyol kaya gitu aja banyak yang naksir." Deva berdecak ketika mendapati kaum hawa yang menatap kagum Gabriel dan Rio meskipun duo kembar itu bertingkah konyol.
Yap. Gabriel dan Rio adalah saudara kembar. Gabriel Stevent Alonso lahir 15 menit lebih awal dari kembarannya, Gafrio Stevano Alonso. Keduanya sama-sama memiliki sifat yang susah diatur. Cenderung bertindak semaunya sendiri. Meskipun memiliki banyak fans, Gabriel dan Rio sama-sama belum memiliki kekasih. Mereka berdua sepakat untuk jadian bersama dan menikah bersama. Sebenarnya Rio tengah dekat dengan salah satu siswi SMA nya. Namun berhubung kembarannya belum memiliki gadis pujaan, Rio pun memilih untuk tidak menembak gadis pujaannya terlebih dahulu.
Gabriel dan Rio memiliki postur tubuh tinggi, jangkung. Cenderung kurus malah, hingga keduanya dijuluki CORO(Cowok Separo) karena menurut teman-temannya seharusnya tubuh Gabriel dan Rio digabungkan menjadi satu agar ideal.
"Vin, lo kemarin kemana sih? Main kabur aja." Gabriel menepuk pundak Alvin yang kini duduk diatas meja guru. Sepertinya Gabriel dan Rio telah melupakan misi mereka untuk mengusir jin dari dalam tubuh Alvin.
"Siapa juga yang kabur? Orang gue ditarik sama orang kok" jawab Alvin santai. Mengingat kejadian kemarin saat dirinya tiba-tiba ditarik oleh Via dari area tawuran membuat senyum Alvin mengembang. Tanpa sadar tangannya mengelus lengannya yang diperban oleh Via.
"Siapa? Cewek atau cowok?" Alvin menatap Rio dengan satu alis terangkat.
"Sejak kapan tangan lo diperban?" tanya Gabriel.
"Sejak kemarin"jawab Alvin sekenanya.
Gabriel dan Rio saling tatap. Alvin bukan tipe orang yang gampang dibawa ke rumah sakit. Jadi siapa yang merban luka Alvin? Apa mamanya? Tapi tidak mungkin.
"Siapa yang merban luka lo?" tanya Gabriel dan Rio bersamaan.
"Ada deh." Sahut Alvin cuek. Lantas Alvin turun dari meja dan berjalan ke bangkunya.
Gabriel dan Rio saling tatap dan kompak mengangkat bahu.
***
Ruang BP kini dipenuhi oleh sekumpulan murid laki-laki yang kemarin terlibat tawuran. Bu Sinta tengah berdiri di depan jejeran anak didiknya yang duduk di lantai dikarenakan kursi yang tersedia tidak memadai kapasitas.
"Sudah berapa kali Ibu peringatkan jangan pernah tawuran. Kalian ini golongan pelajar tapi tidak terpelajar."
"Aduh, Ibu ini kaya Via aja, deh." Seketika seluruh orang yang berada diruang itu menoleh ke sumber suara. Dilihatnya si pentolan sekolah yang duduk seraya menopang dagu.
"Jadi jin itu namanya Via, Vin?" Alvin mengernyit mendengar pertanyaan Rio. Jin? Jin apaan? Lagipula, Via kan manusia, bukan jin.
"Lo tadi senyum-senyum gara-gara kerasukan jin kan?"
PLETAK
"Adaaaw."
Alvin menjitak kepala Gabriel yang barusaja menuduhnya kerasukan jin. Tunggu dulu, apa tadi Gabriel mengatakan jika Alvin senyum-senyum sendiri? Alvin bahkan tidak menyadari itu. Apa mungkin ini karena Via? Ah, gadis itu. . .
"Sembarangan."
"Ya terus Via itu siapa?" tanya Rio penasaran.
"Ada deh" sahut Alvin dengan senyum tipis yang bahkan tak ia sadari.
Gabriel dan Rio menatap Alvin dengan tatapan ngeri. Pasti Alvin bukan hanya kerasukan jin, tapi bapaknya jin!
"Woy, Jin! Keluar lo dari tubuhnya Alvin!" Rio berteriak seraya menggoyang-goyangkan tubuh Alvin, begitupun dengan Gabriel.
"CORO, BERHENTI!" Alvin ikut berteriak hingga mengagetkan Rio dan Gabriel, serta murid-murid lain. Jika Alvin marah seperti ini berarti jin itu sudah keluar dari tubuh Alvin. Rio dan Gabriel bertos-ria, menganggap bahwa misi mereka berdua telah berhasil.
"Udah gue bilang, gue ngga kerasukan." Ucap Alvin kesal.
"Apa lo pada liat-liat?" Alvin memelototi murid-murid lain yang sibuk menonton aksinya bersama dua kembar konyol itu.
"ALVIN, GABRIEL, RIO" merasa namanya disebut, tiga orang tadi mendongak dan mendapati wajah guru BP nya yang merah padam. Ketiganya meringis pelan seraya mem'V'kan jari mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Like You Do
Fiksi RemajaAlvin Pramuditya Anggara. Pentolan SMA Pelita. 3 kali dalam seminggu masuk ruang BP bersama dua sahabatnya, si kembar: Gabriel dan Rio. Alvin si trouble maker dipertemukan dengan Via, cewek asli Solo yang menyelamatkannya sewaktu tawuran. Sejak saa...