Via duduk angkuh di sofa dengan tangan bersedekap di dada. Via menatap tajam Alvin yang duduk di sofa seberang dengan wajah menunduk. Tangan Alvin memegangi pelipisnya yang terdapat noda darah yang sudah mengering. Kepalanya terasa berdenyut-denyut akibat pukulan dari Riko. Untuk sekedar menatap Via saja Alvin merasa tak sanggup.
'Ayolah, jangan memasang wajah seperti itu.' rutuk Via dalam hati saat melihat Alvin yang terus saja meringis menahan sakit. Hal itu membuat Via yang sebenarnya kesal dengan Alvin akhirnya luluh. Via beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kamar, entah untuk apa.
Alvin memejamkan matanya saat sakit itu kembali menyerang kepalanya hingga ia tak menyadari seseorang barusaja mengambil posisi duduk di sebelahnya. Tiba-tiba dagunya ditarik ke samping dan saat itulah Alvin sadar jika Via kini duduk di sampingnya. Alvin diam saja saat luka lebam di pipi serta pelipisnya diobati oleh Via. Ia justru sibuk mengamati wajah Via yang hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya. Tiba-tiba hati Alvin menghangat. Mengapa gadis ini begitu perhatian dan penuh kasih sayang?
"Dia siapa?" tanya Via disela-sela kesibukannya mengobati lebam di wajah Alvin. Ia tidak sadar jika sedari tadi Alvin mengamati wajahnya.
"Dia yang mana?"
Via berdecak, lantas menjawab, "Cowok tadi. Kenapa dia mukul lo?"
"Namanya Riko. Pentolan SMA Kusuma. Orang yang paling benci sama gue." jawab Alvin sedikit malas.
"Kenapa dia benci sama lo? Apa karena. . ." Via menggantung ucapannya sekaligus aktivitas mengobati lebam Alvin. Via mencoba mengingat-ingat nama cewek yang tadi disebut-sebut oleh Riko.
"Karena Prissy?" tanya Via dengan ragu-ragu. Alvin mengangguk-angguk.
"Dia mantan gue pas kelas satu. Gue sama Prissy cuma bertahan satu bulan."
"Lo mutusin dia?"
"Gue ngga pernah benar-benar suka sama Prissy. Gue cuma. . ."
"Lo mainin dia? Jahat ya lo!" Via memberengut kesal, benar-benar tidak menyangka bahwa pemuda di depannya ini adalah seorang yang kejam.
"Lo ngga ngerti." desah Alvin. Ia menyandarkan punggungnya di sandaran sofa dan mencoba memejamkan kedua matanya. Kenangan masa lalu yang menyakitkan kembali bermunculan di fikirannya, membuat kepala Alvin berdentam.
Via menatap wajah Alvin yang tampak lelah. Via akhirnya memutuskan untuk diam dan membiarkan Alvin beristirahat sejenak. Via merasa ia telah melanggar batas privasi Alvin. Maka dari itu Via tidak akan bertanya lebih-lanjut.
"Kalau lo ngira Riko suka sama Prissy, lo salah besar."
Via mengernyit. Alvin benar. Via saat ini memang sedang memikirkan hal tersebut. Jika Riko tidak menyukai Prissy, untuk apa cowok itu ingin membalas dendam pada Alvin?
"Mereka sepupuan. Riko ngga terima karena gue sudah nyakitin Prissy. Lo tau?" Alvin membuka matanya, lantas menatap intens kedua manik indah milik Via.
"Gue ngga bermaksud nyakitin Prissy. Bukankah lebih menyakitkan apabila gue tetap bersama Prissy sementara gue ngga ada rasa sama dia?" Alvin melontarkan pertanyaan yang sama-sekali tak membutuhkan jawaban.
"Kalau lo ngga ada rasa sama Prissy, kenapa lo harus minta dia jadi cewek lo?" protes Via yang tidak terima dengan tindakan Alvin. Ia mengerti betul bagaimana perasaan Prissy. Disaat kita benar-benar mencintai seseorang kita harus menerima kenyataan bahwa orang yang kita cintai sama-sekali tak memiliki rasa yang sama dengan yang kita rasakan.
"Lo boleh bilang gue jahat karena menjadikan Prissy sebagai pelampiasan.""APA?"
Alvin hanya tersenyum miris mendengar teriakan Via. Alvin sadar benar jika ia teramat jahat menjadikan Prissy sebagai pelampiasan sakit hatinya atas gadis di masa lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Like You Do
Teen FictionAlvin Pramuditya Anggara. Pentolan SMA Pelita. 3 kali dalam seminggu masuk ruang BP bersama dua sahabatnya, si kembar: Gabriel dan Rio. Alvin si trouble maker dipertemukan dengan Via, cewek asli Solo yang menyelamatkannya sewaktu tawuran. Sejak saa...