Alvin berdiri tegap di depan pintu kost Via. Pagi ini Alvin akan menjalankan aksinya untuk meyakinkan Via. Atau justru menghasut Via.
Cklek
"Via!" Alvin buru-buru menarik tangan Via sebelum Via kembali masuk ke dalam rumah. Sebenarnya Alvin tidak mengerti kenapa Via kembali masuk ke dalam rumah padahal Via sudah berseragam lengkap layaknya akan berangkat sekolah.
"Apa lagi?" tanya Via malas. Via menarik kasar tangannya yang dicekal oleh Alvin.
"Gue mau jelasin."
"Jelasin apa, sih? Buru, ah, gue mau berangkat." ujar Via setelah mengunci kostnya.
"Ini kesempatan bagus agar lo benar-benar yakin kalau Cakka emang suka sama lo."
Via mengernyit tidak mengerti.
"Dengan status lo sebagai cewek gue dan intensitas kebersamaan kita, gue yakin Cakka ngga akan tinggal diam. Itu pun kalau dia beneran suka sama lo." Alvin mengangkat bahu di akhir kalimat.
"Maksud lo apa, sih?"
"Cowok kalau lihat cewek yang dia suka jalan sama cowok lain pasti cemburu dan ngga akan tinggal diam."
"Terus?"
"Cakka pasti akan ngelakuin segala cara biar lo jatuh ke pelukan dia. Yah, dengan begitu lo jadi yakin kalau Cakka emang mau berjuang buat lo." Alvin mengangkat kedua alisnya berusaha terlihat meyakinkan.
Via berpikir sejenak. Via sebenarnya sudah yakin jika Cakka benar menyukainya. Tetapi Via butuh diyakinkan lagi agar Via tak salah memilih dalam Cakka. Mungkin perkataan Alvin ada benarnya.
"Gimana?"
"Oke." jawab Via yang senantiasa disambut hela nafas lega Alvin. "Apa yang bisa gue lakuin buat balas kebaikan lo?"
Hati Alvin merasa ngilu mendengar Via menyebut kata 'kebaikan'. Padahal Alvin sadar jika perbuatannya tersebut sama-sekali tak bisa disebut baik. Jika saja Via tahu jika Alvin hanya memanfaatkannya, Alvin tak tahu harus bersikap seperti apa. Namun untuk saat ini Alvin hanya ingin menjalankan rencana pembalas dendamannya.
"Lo bisa bantuin gue minta maaf sama Riko dan Prissy?" ini juga salah satu dari rencana Alvin.
"Akan gue coba." jawab Via cepat meskipun Via belum terfikir apapun.
Alvin tersenyum lebar. Pasti akan sangat menarik.
"Gue berangkat dulu, ya." pamit Via. Baru dua langkah berjalan, Alvin sudah mencekal pergelangan tangan Via dan menggiringnya menuju ninjanya yang terparkir di halaman rumah kost.
"Gue anter dan gue ngga ngga menerima penolakan."
"Idih, mekso!" cibir Via namun menurut juga.
***
Alvin, Gabriel dan Rio tiduran bertiga di atas dipan di tepi lapangan dinaungi pohon besar berdaun rimbun. Berlandaskan bantal, bertutupkan sebelah tangan di mata menghalau sinar matahari di jam yang menunjukkan pukul sepuluh lebih lima menit pagi tepat pada waktu istirahat pertama. Tanpa menghiraukan siswa kelas XI IPS 4 yang masih betah bermain bola di teriknya matahari, padahal istirahat akan segera berakhir dalam sepuluh menit, ketiga pentolan pensiun itu tetap syahdu menikmati posisi tidur berdempetan layaknya gelandangan tak punya tempat.
"Gila, Yo, ketek lo kecium sampai sini!" Gabriel mulai berulah.
"Heh, buntelan eek kodok! Yang di samping lo itu Alvin bukan gue. Yakali bau ketek gue nyampe situ!" dengus Rio.
"Asem lo ngatain gue buntelan eek kodok! Lo tuh upil basah goreng! Siapa lagi keteknya yang bau milkshake jengkol gini selain lo?"
"Enak aja! Ketek gue itu--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Like You Do
Novela JuvenilAlvin Pramuditya Anggara. Pentolan SMA Pelita. 3 kali dalam seminggu masuk ruang BP bersama dua sahabatnya, si kembar: Gabriel dan Rio. Alvin si trouble maker dipertemukan dengan Via, cewek asli Solo yang menyelamatkannya sewaktu tawuran. Sejak saa...