Part 18 - Alv's Birthday

3.1K 229 11
                                    

Waktu menunjukkan pukul 23.50 malam ketika Via mengetuk pintu kost Alvin. Entah apa yang ada di pikiran Via hingga ia mengabaikan tetangga yang kemungkinan akan terganggung dengan aktivitasnya hanya untuk memberi kejutan kepada Alvin.

Sekali lagi Via mengetuk. Api lilin yang ia nyalakan di atas piring kecil hampir padam terkena angin malam. Kesabaran Via hampir habis hingga kemudian ia mendengar suara langkah kaki dari dalam rumah. Via terkikik.

Cklek

"Siapa sih malam-malam gini ganggu--"

"Happy birthday Alvin. Happy birthday Alvin. Happy birthday, happy birthday, happy birthday Alvin."

Alvin yang semula kesal langsung terkekeh ringan melihat kehadiran Via di depan pintu kostnya. Alvin tidak menyangka Via 'sekurang kerjaan' ini sampai harus membawa puding berbentuk hati juga lilin kecil hanya untuk memberinya kejutan di hari di mana ia tepat berumur 17 tahun. Namun bagaimanapun juga, Alvin senang dengan apa yang Via berikan.

"Tiup dong lilinnya."

Alvin yang sudah siap meniup sumbu lilin pun mengurungkan niat saat tangan Via menutupi api lilin tersebut. Alvin mengernyit.

"Make a wish dulu."

Alvin mengangguk. Dengan mata terpejam, Alvin berdoa. "Tuhan, semoga apa yang akan aku lakukan menyangkut gadis di depanku ini tidak akan membuatnya tersakiti."

Fiuhh.

Api di lilin itu pun padam. Kini hanya cahaya dari lampu kecil yang menggantung di teras kost Alvin lah yang menjadi penerangan. Wajah Via dalam redupnya malam terlihat seperti pahatan patung karya seniman profesional. Begitu indah. Hingga Alvin terbutakan.

"Vin, halo? Lo masih di sini, kan?" tangan Via melambai di depan wajah Alvin, membuat pemuda itu mengerjap-ngerjap.

"Eh, iya. Masuk yuk, Vi!"

Via menurut. Ia lantas duduk di sofa sederhana yang ada di ruang tamu, tepat di samping Alvin.

"Kenapa harus repot-repot sih, Vi? Lo pasti belum tidur sama-sekali ya?"

"Ngga repot kok. Sudah ah, ngga penting." Via mengibaskan tangan. "Cobain dong, puding buatan gue." Via memotong puding berbentuk hati dengan sendok kecil yang ia bawa dari kostnya lantas memberikannya pada Alvin. Alvin menerima suapan dari Via. Kelembutan puding buatan Via seketika meleleh di dalam mulut Alvin. Alvin bisa merasakan potongan buah kiwi diantara rasa manis puding coklat tersebut. Sangat lezat.

"Gimana?"

"Ini enak banget, Vi. Manis, kaya yang buat."

"Apaan, sih!" dipukulnya lengan Alvin guna menyembunyikan rona merah di pipinya. Via bersyukur lampu di ruang tamu Alvin tidak dihidupkan, melainkan hanya diterangi cahaya dari lilin yang kembali dinyalakan olehnya.

Alvin tersenyum geli, hingga rasanya ingin mencubit pipi chubby milik Via.

"Oh ya, lo tahu kalau gue ulangtahun dari mana?" sepertinya Alvin tidak pernah memberitahu perihal tanggal lahirnya pada Via.

"Dari Ify. Dia yang maksa gue ngasih lo kejutan."

Kejujuran Via membuat Alvin merasa sungkan. "Sorry, Vi. Cewek itu emang lebaynya over." Dalam hati Alvin merutuki perbuatan Ify.

"Ngga papa kali, Vin. Sekali-kali ngasih kejutan buat teman ngga salah juga."

"Teman?" Alvin mengernyit tak suka. "Ralat Vi, p-a-c-a-r." Alvin memberi tekanan di kata terakhir. Via hanya menggeleng pasrah dengan senyum geli di bibirnya.

Love Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang