Yang lupa alurnya, silahkan baca part sebelumnya. Vote dulu sebelum baca, oke? Wkwk
.
.
.
"Ntar gue ngga bakal dikacangin kan?" adalah pertanyaan sama yang ke lima kali sepanjang perjalanan menuju Cafe yang diajukan oleh Via.Alvin mendengus. Harus berapa kali Alvin berkata pada Via jika teman-temannya tak akan mengabaikan Via. Cewek itu memang terlalu minder bila di antara murid Pelita. Padahal sama-sama berseragam putih abu-abu.
"Ini musti gue jawab ngga?" dengus Alvin. Via manyun sebentar namun langsung nyengir.
Via mengekor di belakang Alvin yang kini memasuki pintu Cafe. Via meremas kemeja kotak-kotak berwarna merah-hitam yang ia pakai, lalu menghela napas.
'Baju gue malu-maluin ngga ya? Pasti anak Pelita modis deh.'
"Datang juga lo, Vin."
Rio bertos dengan Alvin, diikuti Gabriel. Tiga cewek lainnya masih setia memainkan jari di layar ponsel. Sesekali mencomot kentang goreng yang tersedia di meja. Ketiga cewek tersebut sepertinya enggan menyambut kedatangan Alvin.
"Eh, Mbak Jin ikut juga?" ujar Rio saat menyadari seorang cewek berdiri di belakang Alvin.
Via tersenyum kaku. Sepertinya Rio dan Gabriel orangnya asik. Tetapi tetap saja Via merasa gugup. Terlebih tiga cewek teman Alvin diam saja, bahkan menoleh pun tidak.
"Mbak Jin?" serentak tiga cewek tadi. Lantas dengan kompak menolehkan kepala ke belakang.
"Loh Via?"
Senyum Via seketika pudar mendapati seorang cewek berambut sebahu yang tidak ingin Via temui kini berada satu ruangan dengannya. Rasanya Via ingin sembunyi saja di bawah kolong meja kasir.
"Lo kenal Via, Shill?" tanya Alvin kaget namun wajahnya sumringah.
"Kenalah. Via ini--"
"Gue temannya Shilla. Kita ngga sengaja ketemu di minimarket. Ya kan, Shill?" Via segera memotong sebelum Shilla mengatakan yang sebenarnya. Via memelototkan matanya dengan gigi bergemeletuk. Bermaksud agar Shilla mengerti arti tatapan mengancamnya.
Shilla mengernyit tak mengerti. Mengapa Via harus berbohong? Shilla berpikir. Hingga kemudian Shilla menghela napas berat. Yah, Shilla pasrah mengikuti alur permainan yang dibuat oleh Via.
"Iya. Waktu itu gue ngga sengaja jatuhin parfum Via yang mau dia beli."
Kelima murid Pelita yang lainnya pun ber'oh' ria yang seketika disambut Via dengan hela napas lega.
Agni mempersilahkan Via duduk. Via memilih duduk di samping Alvin karena cowok itulah satu-satunya yang paling akrab dengannya. Shilla tidak masuk dalam daftar.
"Gue Ify."
"Gue Agni."
Via bergantian menjabat tangan Ify dan Agni seraya menggumamkan namanya.
"Dan kita berdua--"
"CORO. Sudah tau."
Gabriel dan Rio yang sudah bergaya narsis dengan jari telunjuk dan jari tengah yang disatukan membentuk tanda ceklis bersama jari jempol yang ditempelkan di dagu langsung beringsut kecewa saat Via memotong ucapan mereka.
"Ngga asik lo, Mbak."
"Taik lah."
Via tertawa renyah melihat tampang kusut cowok kembar yang duduk di samping kiri Alvin.
"Mampus lo, CORO. Makanya ngga usah narsis." cibir Shilla.
"Berasa situ kece saja." timpal Agni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Like You Do
Teen FictionAlvin Pramuditya Anggara. Pentolan SMA Pelita. 3 kali dalam seminggu masuk ruang BP bersama dua sahabatnya, si kembar: Gabriel dan Rio. Alvin si trouble maker dipertemukan dengan Via, cewek asli Solo yang menyelamatkannya sewaktu tawuran. Sejak saa...