Budayakan vote sebelum baca.
***
Besok Alvin berulangtahun sementara Via sedang tidak memiliki cukup uang untuk membeli kado. Terpaksa Via harus meminta uang tambahan pada bapaknya yang selama ini tidak pernah Via lakukan. Bagaimana lagi. Toh, tidak mungkin Via meminta pada ibuknya yang di Solo untuk mentransfer uang. Via tahu jika masnya juga sedang membutuhkan uang untuk membayar biaya kuliah.
Tok tok tok
Via mengetuk pintu rumah baru bapaknya. Tak membutuhkan waktu lama, pintu jati tersebut sudah terbuka dan menampakkan seorang cewek cantik yang terlihat terkejut akan kehadiran Via.
"Eh, Via. Masuk dulu, yuk!"
"Ngga perlu. Gue kesini cuma mau ketemu sama Bapak."
"Iya, Papa lagi ada di dalam. Makannya--"
"Yaudah, panggilin!"
Shilla hanya mampu menghela napas akan sikap ketus Via. Akhirnya Shilla memutuskan untuk masuk ke dalam rumah dan memanggil ayah mereka. Dalam hal ini 'Bapak'nya Via juga 'Papa'nya Shilla.
Via mengamati halaman rumah Shilla. Via tidak tahu mengapa bapaknya betah tinggal di rumah bergaya modern seperti ini. Padahal dulu sewaktu mereka masih tinggal bersama di Solo, bapaknya bersikeras mempertahankan rumah bergaya joglo meskipun ibuknya menginginkan rumah direnovasi agar lebih modern.
"Via. . ."
Via berbalik. Tahu-tahu dia sudah berada di dalam dekapan bapaknya. Rasanya masih nyaman seperti dulu.
"Ayo, duduk dulu!"
Via menurut. Via duduk di kursi rotan bersebelahan dengan bapaknya namun dibatasi oleh meja kecil.
"Apa kabar, Nduk?"
"Masih sama seperti saat terakhir kali Bapak memeluk Mas Dayat."
Damar terdiam. Jawaban sama yang selalu Via lontarkan setiap kali dia menanyakan kabar. Damar ingat saat di mana dia membawa Via ke Jakarta dan memutuskan meninggalkan putra sulungnya bersama mantan istrinya di Solo, saat itu Via memukuli punggungnya yang sedang memeluk Dayat, putranya. Meskipun tidak ingin, Damar sadar jika itu terakhir kalinya dia memeluk putranya. Karena sejak keputusannya untuk menikahi seorang janda dan menetap di Jakarta, Damar belum pernah kembali mengunjungi Solo. Pukulan Via waktu itu mungkin karena Via tahu jika masnya yang sangat ia sayangi tak akan merasakan pelukan hangat seorang bapak lagi. Damar ingin kembali ke Solo untuk menumpahkan kerinduannya pada putranya, tapi ada hal yang membuat niat Damar tak pernah terlaksana. Dan Damar selalu menyalahkan dirinya setiap kali mengingat alasan itu.
"Bapak kayaknya banyak berubah ya." ujar Via setelah hening menyelimuti.
"Berubah gimana?"
"Dulu Bapak ngga mau punya rumah bergaya modern. Tapi sekarang, sepertinya Bapak sangat menikmati suasana rumah ini. Ah, pasti karena orang-orang baru di hidup Bapak bisa membuat Bapak lebih bahagia dibandingkan keluarga Bapak yang dulu ya?"
"Via, dulu ataupun sekarang kalian tetap keluarga Bapak."
"Siapa? Aku sama Mas Dayat?"
Hening kembali. Via tak berkata karena ia takut airmata akan menetes jika ia mengingat ibuknya yang tak lagi dianggap sebagai keluarga oleh bapaknya. Sementara Damar memilih diam sebab ia tahu akan semakin menyakitkan bagi Via jika ia mengatakan apa-apa yang menyangkut mantan istrinya.
Via menghela napas. "Aku kesini mau minta uang tambahan buat beli kado. Boleh kan, Pak?" Via sengaja memanggil 'Pak' agar bapaknya ingat jika dulu Dayat selalu memanggilnya dengan panggilan 'Pa'e'.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Like You Do
Dla nastolatkówAlvin Pramuditya Anggara. Pentolan SMA Pelita. 3 kali dalam seminggu masuk ruang BP bersama dua sahabatnya, si kembar: Gabriel dan Rio. Alvin si trouble maker dipertemukan dengan Via, cewek asli Solo yang menyelamatkannya sewaktu tawuran. Sejak saa...