Part 13

3.3K 260 13
                                    

Budayakan vote sebelum baca.

***

Alvin menatap puas dua motor ninja di pelataran rumahnya. Yang satu berwarna merah -cenderung muda- dan putih di beberapa bagian miliknya dan yang putih milik Deva.

"Widih, mantap deh Ayah!" Deva berdecak kagum. Akhirnya ia dibelikan motor dan diizinkan berkendara sendiri. Deva harus berterimakasih pada Alvin.

"Walaupun agak sayang ngelepas mobil sport gue yang sudah nemenin selama satu tahun terakhir, tapi gue senang punya motor sendiri." Alvin mengusap-usap kedua telapak tangannya. "Asik nih bisa boncengan berdua sama cewek gue."

Deva mendelik. "Emang lo punya cewek?"

"Punyalah. Emang elo!" Alvin tersenyum mencibir.

Cakka yang saat itu berdiri di belakang Deva langsung merasa was-was. Baru kemarin Alvin mengatakan mengincar Via, tapi sekarang Alvin mengumumkan sudah memiliki pacar. Apa mungkin yang dimaksud Alvin adalah Via? Haruskah secepat itu? Bahkan Cakka belum sempat memperingatkan Via untuk tidak berdekatan dengan Alvin. Terlambat kah Cakka?

"Gue kan milih-milih," sahut Deva tak terima.

"Halah, alasan lo basi, kaya Gabriel!" Alvin teringat akan Gabriel yang selalu menjawab 'gue kan milih-milih.' acapkali ada yang bertanya kapan ia akan melepas status jomblo.

Deva hanya menyinyirkam bibir. "Emang cewek lo siapa, Kak?" tangannya mengelus tangki besar ninja baru miliknya.

Alvin naik ke jok ninja merah-putihnya. "Via. My savior."

Alvin sengaja menyebut nama Via untuk memancing emosi Cakka. Diliriknya Cakka yang kini mengatur napas dengan kedua bola mata berkeliaran. Alvin tahu, Cakka tengah berusaha menatap apapun kecuali dirinya. Alvin tersenyum miring.

Deva mengangguk-angguk sok kenal dengan Via. Padahal aslinya Deva tak tahu siapa itu Via. Yang Deva tahu menurut cerita Alvin, Via adalah sosok yang disebut-sebut Alvin sebagai 'Savior' yang telah menyelamatkan kakaknya itu dari aksi tawuran. "Emang lo sudah damai sama masa lalu, Kak?"

Rahang Alvin mengeras. Pertanyaan Deva adalah pertanyaan terakhir yang ingin Alvin dengar. Karena hingga detik ini Alvin belum tahu apa jawabannya. Sudahkah Alvin berdamai dengan masa lalu di saat sosok yang menjadi tersangka utama kini berada di lingkup pandangannya? Dia adalah Cakka.

"Jangan buat niat gue buat mukul Cakka jadi tambah kuat dengan pertanyaan lo, Dek." Ditatapnya sinis Cakka yang juga menatapnya penuh rasa bersalah. Cih, persetan dengan Cakka.

"Sorry." Deva merutuki kebodohannya. Deva lupa akan kehadiran Cakka yang bisa menyulut kemarahan Alvin kapan saja jika ada yang menyentil tentang masa lalu keduanya. Deva menoleh ke belakang guna melihat Cakka. Deva bergumam lirih, "Sorry, Kka."

Cakka hanya tersenyum tipis, berusaha baik-baik saja.

"Gimana? Kalian suka ngga sama motornya?" tiba-tiba Hendra datang mencairkan suasana menegangkan. Hendra berdiri berkacak pinggang dengan sebelah tangan merangkul pundak Cakka.

"Suka banget, Yah. Ayah the best deh pokoknya." Deva mengacungkan kedua jempolnya. Alvin mengedikkan kedua alisnya menyetujui ucapan Deva.

Hendra mengangkat dagu, sombong. Hendra beralih pada keponakannya. "Kamu juga pingin nukar satriya kamu jadi ninja ngga, Kka? Biar Om yang nambahin uangnya nanti."

"Ngga usah sok tajir deh, Yah." Deva memutar kedua mata.

Hendra dan Cakka tertawa ringan.

Love Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang