Sudah beberapa hari ini Gio sering mengirimku pesan. Tak jarang juga dia meneleponku, hanya sekadar mengucap hallo atau hai saja.
Dering ponsel membangunkan tidurku. Kulihat ke arah jendela, sebuah sinar terang menelusup ke sela-sela tirai.
"Hallo," sapaku.
"....."
"Ya, aku baru saja bangun. Maaf semalam tak membalas pesanmu lagi, aku tertidur."
"....."
"Hari ini aku gak ada jadwal ke kampus, sih. Kenapa emang?"
"....."
"Kemana?"
"....."
"Sekarang juga?"
"....."
"Boleh deh, lagian aku bosan kalau diam di rumah terus."
"....."
"Ah jangan, aku bawa mobil sendiri aja."
"....."
"Memangnya kamu tahu tempat tinggalku?"
"....."
"Oke, kalau itu mau kamu. Ya udah, aku siap-siap sekarang. Aku hubungi sekitar satu jam lagi."
💞
Deru mesin mobil terdengar ke kamarku. Aku berjalan ke arah jendela, melihat sumber suara.
Itu dia.
Aku segera keluar untuk menemuinya. Sebelum mebukakan pintu, kurapikan pakaianku.
"Hai, sudah lama?" tanyaku.
"Hai, Nay. Ah enggak, baru aja sampai." Ia menatapku dengan matanya yang selalu terlihat bersinar.
"Ya udah, ayo kita berangkat, tunggu apa lagi."
Aku menutup pintu rumahku.
"Eh tunggu dulu, aku harus minta izin dulu sama orang tua kamu. Nanti aku dikira nyulik anak mereka."
Aku tersenyum mendengar perkataannya.
"Gak usah. Aku tinggal sendiri."
"Lho, kamu tinggal sendiri, Nay?" tatapan matanya seolah tak percaya.
"Iya. Orang tuaku di Jogja. Kamu mau ke Jogja dulu buat minta ijin?" aku tertawa geli.
"Tentu aja. Nanti aku akan ke sana, minta ijin untuk menikahi putri mereka." Ia menaikkan alisnya.
Sontak aku berhenti tertawa saat mendengar ucapannya.
"Ish ... kamu bilang apa?"
"Enggak, bukan apa-apa. Ayo kita berangkat, makin siang makin panas."
Gio pergi begitu saja, berjalan menuju mobil. Aku tidak bertanya kembali. Hanya berjalan mengikutinya dari belakang.
"Mau kemana?" tanyaku.
"Lihat aja nanti." Ia menjawab tanpa menoleh ke arahku.
Wajahnya begitu serius menatap ke depan. Entah karena dia sedang menyetir atau hanya perasaanku saja, dia terlihat dingin saat serius seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back On True Love
Spiritual[FINISH] --- Ketika hati jatuh untuk yang kesekian kalinya pada pemilik hati yang sama. Haruskah rasa ini ku teruskan? Seandainya saja bisa, aku akan melakukannya. Mempertahankan rasa untuknya. Namun, ada luka yang pernah kulukiskan di hatinya. Dan...