Part 3

14.8K 692 27
                                    



Carl menghembuskan nafas frustasi untuk mengakhiri kegiatan melamunnya. Semenjak bertemu dengan anak itu entah kenapa dirinya menjadi suka sekali melamun. Mungkin kondisi tubuhnya saat ini sudah membaik, tapi tidak dengan pikiran dan hatinya.

Wajah anak yang ditemuinya tadi siang itu terus terbayang di dalam pikiran Carl. Mata hitamnya sungguh berhasil menghipnotis dirinya. Apalagi pada saat membulat sempurna karena ketakutan terlihat lucu bagi Carl. Sesuatu di dalam dirinya seakan meleleh saat pandangan mereka berdua beradu.

Bibir ranumnya yang tipis sangat menggoda. Menimbulkan percikan birahi yang tidak pernah Carl rasakan selama ini. Bahkan bibir wanita berlipstik tebal yang setiap hari muncul dihadapannya hanya untuk menggodanya saja tidak dapat menimbulkan nafsu sedikit pun pada dirinya. Entah kenapa bukannya nafsu, malah jijik melihatnya.

Tidak hanya itu, Carl juga menyukai setiap inci bagian tubuh yang dimiliki anak itu. Senyumannya pada saat ia melambaikan tangan sebelum meninggalkan dirinya tadi siang itu bagai gula-gula, sangat manis. Lesung pipinya, hidung mungilnya, rambut legamnya, dan kulit putih selembut sutra itu membuat Carl jatuh semakin dalam.

Carl bukan anak kecil lagi uyang tidak mengetahui tentang perasaan yang saat ini dirasakannya. Perasaan yang kuat untuk menguasai dan memiliki seutuhnya anak itu. Setiap kali dia membayangkan wajah anak itu di dalam pikirannya, jantungnya akan berdetak begitu cepat seperti orang yang baru saja melakukan lari maraton.

Tapi karena perasaannya itu 'lah salah satu faktor yang membuat pikirannya kacau. Otaknya sedang mempertanyakan kewarasannya pada hatinya sendiri. Bagaimana bisa, dia menyukai seorang anak. Sungguh, Carl itu bukan pedofilia. Terlebih anak itu memiliki jenis kelamin yang sama seperti dirinya dan baru saja ditemuinya pula.

Pertemuan itu juga karena ketidak sengajaan. Bahkan Carl tidak mengetahui apapun mengenai anak itu selain namanya.

Carl tidak habis pikir dari sekian banyaknya wanita cantik yang terang-terangan mendekati dirinya setiap hari, hanya anak itu yang dapat membuat hatinya geisah tidak menentu seperti saat ini.

"Randy," gumam Carl. Kepalanya mencoba menerawang kembali senyuman anak itu sesaat sebelum meninggalkannya tadi siang. Tiba-tiba saja jantung Carl berdetak lebih cepat dari sebelumnya saat wujud anak itu tergambar jelas di kepalanya, lengkap dengan senyuman. Carl meletakkan salah satu tangannya di dada bagian kiri, tepat

"Apa yang terjadi pada ku. Kenapa jantungku seperti ingin terlepas dari tempatnya setiap kali mengingat wajahnya," gumam Carl lagi.

"Arrrggghhh!!" geram Carl sambil mengacak-acak rambutnya.

Carl beranjak dari sofa tempatnya duduk dan mengambil kunci mobil dengan gusar. Pikirannya sudah sangat kacau, dia perlu menenangkan pikirannya sebelum menjadi gila karena terus memikirkan ana itu. Tidak lucu bukan jika Carl menggila karena anak kecil yang baru saja ditemuinya beberapa jam yang lalu. Mungkin sedikit alkohol akan membantu menjernihkan pikirannya kembali.

Carl membuka pintu apartemennya dengan ID Card miliknya lalu menutupnya kembali. Dia melangkahkan kaki ke dalam lift, menekan lantai paling bawah tempat mobilnya terpakir. Gedung apartemen yang dihuni Carl memang menyediakan tempat parkir bawah tanah.

Sesampainya di tempat parkir Carl langsung menghampiri Mercy hitam kesayangannya itu dan melajukannya keluar dari gedung apartemen yang dihuninya itu dengan pelan. Dia sengaja memelankan laju mobilnya karena tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi jika menambahkan kecepatan diatas rata-rata dengan pikiran yang sedang kacau.

Carl mengarahkan mobilnya ke pinggir kota paris, menjauh dari pusat kota yang selalu ramai dan berharap mendapatkan sedikit ketenangan untuk dirinya didalam hingar-bingar kota besar pada umumnya.

The Puppet DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang