Part 33

5.4K 312 29
                                    



Sudah tiga hari Randy berada di rumah Ferdinand. Rumahnya cukup besar meski tak sebesar rumah Carl. Warna putih sangat mendominasi di dalam maupun luar rumah. Ada taman dan air mancur kecil di bagian belakang rumah.

Ferdinand tak mengizinkannya ke mana-mana sebelum dirinya sembuh. Bahkan saat Ferdinand sekolah pun pasti ada seseorang yang disuruh Ferdinand untuk menjaga Randy. Pemuda itu sangat baik pada dirinya, sayang dia tak bisa membalas perasaan pemuda itu. Randy yakin, siapa pun orang yang menjadi pasangannya nanti akan sangat beruntung karena Ferdinand sangat baik, perhatian, dan penyayang. Tampan pula.

Yang Randy heran, selama beberapa hari tinggal di sana dia tak pernah melihat orang tuanya. Setiap makan malam dan sarapan pasti hanya mereka berdua. Randy pernah bertanya di mana keberadaan orang tua Ferdinand, tapi pemuda hanya menjawab dengan tak perduli.

"Mereka jarang di rumah, sibuk dengan pekerjaan mereka. Bahkan aku tak yakin jika mereka ingat bahwa mereka mempunyai seorang anak," begitu jawab Ferdinand. Dan mulai saat itu Randy tak lagi mempertanyakan orang tuanya. Dia tak mau membuat Ferdinand sedih, karena dia tau bagaimana perasaan anak yang tak mendapatkan kasih sayang orang tuanya.

Akhirnya, setelah tiga hari berada di sana keadaan Randy mulai membaik. Dia sudah tak merasakan sakit dari luka-luka di tubuhnya. Dokter pun sudah memeriksanya lagi. Katanya luka di anusnya sudah sembuh, luka di tubuhnya pun sudah tidak tarasa sakit lagi. Hanya tinggal menunggu agar bekasnya menghilang.

Dan hari ini, dia memutuskan untuk kembali pada Carl. Dia sudah sehat, bahkan sudah bisa berlari-lari saat Ferdinand mengejarnya untuk mandi bersama. Ferdinand dengan berat hati mengiyakannya karena dia sudah berjanji akan memulangkannya jika kondisinya sudah membaik.

"Kau sudah siap?" tanya Ferdinand memastikan. Di depannya Randy tengah berdiri sembari tersenyum lebar. Dia mengenakan kemeja kotak-kotak dan celana jeans selutut yang dibelikan Ferdinand beberapa hari lalu. Randy mengangguk, masih dengan tersenyum. Anak itu terlihat senang padahal dia akan kemali ke orang yang telah menyiksanya. Ferdinand tersenyum miris, sepertinya benar-benar tak ada kesempatan untuknya.

"Kau terlihat senang sekali? Kalau begitu ayo, aku akan mengatarmu ke sana," Ferdinand memberi isyarat untuk mengikutinya dengan kepala. Randy yang mengerti keluar dari kamarnya. Sekedar informasi saja, selama di rumah ini mereka berdua tidur di kamar yang berbeda.

Randy mengikuti arah langkah kaki Ferdinand hingga mereka berdua sampai di garasi. Ferdinand masuk ke dalam mobil yang diikuti Randy yang duduk di sampingnya. "Pakai sabuk pengamanmu," Randy menurut, dia memasang sabuk pengamannya lalu duduk manis segali Ferdinand menyalakan mesin mobilnya.

Sebelum menjalankan mobilnya Ferdinand sempat melirik ke arah Randy, menatap wajah ceria anak itu sebentar lalu menoleh ke arah depan dan mengemudikan mobilnya menuju gerbang.

Tak ada percakapan yang bearti di antara mereka berdua sepanjang perjalanan. Ferdinand sesekali melirik Randy yang duduk di sampingnya di sela-sela mengemudi. Dia sengaja memelankan mobilnya agar bisa berlama-lama satu mobil dengan Randy. Karena setelah ini dia tak yakin dapat bersama-sama seperti beberapa hari belakangan ini. Beruntung bagi Ferdinand, meskipun saat ini sudah jam sembilan pagi tapi jalanan masih saja macet oleh orang-orang yang ingin bekerja.

Ini bukan hari libur anak sekolah, tapi Ferdinand memutuskan untuk meliburkan diri agar bisa mengantarkan Randy. Awalnya Randy menolak, dia bisa pergi sendiri katanya tapi tentu saja Ferdinand memaksa untuk mengantarkannya. Jadi Randy mau tidak mau diantarkan Ferdinand. Ini sudah keputusan pemuda itu.

Randy meminta Ferdinand untuk mengantarkannya ke kantor Carl karena jam segini Carl pasti tidak ada di rumah. Mereka berdua juga tidak akan bisa masuk karena mereka tak punya ID Card untuk membuka gerbang. Randy juga ingin cepat-cepat menemui Carl secara langsung meski ada rasa takut karena sudah tiga hari dia tak pulang. Randy berharap pria itu mau menerimanya kembali. Apa pun persyaratannya Randy akan lakukan.

The Puppet DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang