Part 23

4.6K 301 21
                                    



Randy masih saja sesunggukan meskipun Carl telah meninggalkannya beberapa saat lalu. Dia terus maracaukan namanya. Darah yang keluar sudah mulai mengering, bau darah yang pekat tercium oleh hidungnya. Tapi tak diperdulikan olehnya, saat ini yang dia pikirkan adalah pria yang sudah membuatnya menjadi seperti ini. Dia menginginkan Carl, dia ingin minta maaf karena sudah membuatnya marah.

Telinga Randy mendengar pintu yang dibuka oleh seseorang. Dia langsung mendongkan kepalanya berharap Carl kembali untuknya, tapi sepertinya takdir tengah mempermainkannya. Orang itu bukan Carl, melainkan Sawamura. Randy menenggelamkan kembali wajahnya di kedua lututnya.

Kepala pelayan itu menutup pintu lalu mendekati pemilik kamar itu dengan sebaskom air hangat dan kotak P3K di tangannya. Sebenarnya dia merasa kasihan pada Randy, melihat anak itu dengan wajah yang dipebuh air mata dan darah membuatnya merasa tak tega.

Dia seorang ayah, mempunyai beberapa anak, melihat Randy yang mengenaskan membuat jiwa ayah yang ada di dalam dirinya tersentil. Tapi dia harus menjalankan tugasnya secara profesional. Dia tak boleh mengusik privasi tuannya. Namun Sawamura sangat menyayangkan apa yang tuan mudanya lakukan hingga membuat Randy seperti itu.

"Tuan, biar saya obati luka tuan," Sawamura berjongkok di depan Randy, mencoba meraih wajah Randy agar dia dapat mengobatinya. Tapi Randy bersiteguh tak mau diobati. Sawamura tak habis akal, dia mulai mencoba membujuk Randy. "Tuan, nanti luka Tuan semakin parah kalau dibiarkan begitu saja."

Randy mengabaikan Sawamura di dekatnya, dan masih memanggil nama Carl dalam isakkannya. "Ca..rl..hiks.. Car..l..hiks..hiks.." Sawamura yang mendengar itu merasa prihatin.

"Tuan Muda menyuruh saya untuk mengobati luka Tuan tadi. Kalau Tuan tak mau, nanti bisa dimarahi Tuna Muda," Randy kepancing perkataan Sawamura. Dia mulai mengangkat kepalanya menatap Sawamura. "Ca..rrl.. di...mana?" tanya Randy.

Sawamura yang melihat Randy sudah mau diobati mengangkat dan mendudukan anak itu di kasurnya yang berantakan. Mata Randy masih manatap lekat Sawamura, menunggu jawaban atas pertanyaannya barusan.

"Tuan Muda pergi setelah menyuruh saya mengobati Anda, Tuan," Sawamura mulai mempersiapkan peralatannya. Dia menyadari jika Randy kecewa mendengar pertanyaannya, terlihat sangat jelas dari matanya, tapi memang begitulah yang terjadi. Setelah menyuruhnya menemui Randy dengan kotak P3K dan sebaskom air dia pergi sendirian entah ke mana menggunakan mobilnya.

Sawamura menarik wajah Randy agar menatapnya lalu mulai membersihkan darah yang keluar dengan kain yang dibasuh air dari baskom. Randy tak menolak, dia membiarkan Sawamura melakukannya karena dia tak mau menambahkan pekerjaan pria tua itu. Lagipula jika nanti Carl kembali dan melihatnya menolak pertolongan Sawamura pasti pria itu akan marah lagi.

Tangan Sawamura bergerak lembut di wajah Randy, membersihkan darah di wajahnya mulai dari dagu, pipi, mata, hingga ke pelipisnya. Randy meringis kecil saat kain itu manyapu lukanya. Setelah membersihkan luka Randy, Sawamura mengambi beberapa lembar kapas dan perban.

"Aww!" Randy kesakitan saat Sawamura membaluri lukanya dengan obat merah. Dia juga menuangkan obar merah di kapas sebelum menempelkan kapas itu di pelipis kepala Randy yang terluka lalu direkatkan dengan perban.

Setelah mengobati luka Randy, Sawamura membereskan tempat tidur Randy yang berantakkan lalu membereskan peralatannya lagi sebelum meninggalkan Randy.

"Saya akan membawakan makan malam ke kamar Anda," ujar Sawamura meminta persetujuan Randy. Setelah melihat anak itu mengangguk Sawamura pamit sembari membawa barang-barang yang sebelumnya dia bawa.

The Puppet DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang