Part 5

12.4K 607 12
                                    



Mobil Carl berjalan perlahan mengikuti kemana langkah kaki Randy. Dia terpaksa menjaga jarak cukup jauh agar Randy tidak mengetahui jika dirinya sedang dibuntuti. Jalanan masih tampak sepi, hanya ada beberapa kendaraan yang berlalu-lalang. Tidak heran memang, mengingat jam masih menunjukkan pukul tiga pagi.

Carl tidak habis pikir dengan apa yang Randy lakukan. Dirinya bertanya-tanya, bagaimana bisa dirinya bekerja hingga menjelang pagi? Apa dia tidak lelah, terlebih dia hanya memiliki waktu beberapa jam untuk mengistirahatkan tubuhnya sebelum beranjak pergi ke sekolah.

Sangat miris. Seorang anak kecil harus bekerja keras hingga melupakan bahwa dirinya adalah manusia, bukan robot yang tidak memiliki rasa lelah.

Beberapa hari ini Carl Mengestalk Randy. Ingat!! Mengestalk, bukan menguntit. Sebab bagi dirinya mengestalk dan menguntit itu dua hal yang berbeda. Carl tidak suka jika dipanggil penguntit, karena sebutan itu akan langsung membuat seseorang berpikiran negatif. Carl hanya mencaritahu informasi tentang Randy seperti stalker lainnya, padahal tindakannya itu sudah menyerempet pada tindakan kriminal.

Bagaimana tidak, sudah lebih dari tiga hari Carl membuntuti Randy. Mengikuti kemana pun Randy pergi, Carl sudah hafal diluar kepala jadwal Randy sehari-hari. Tiga hari pula Carl mengabaikan pekerjaannya di perusahaan dan menyuruh Adrian untuk mengurus semuanya. Saat ini Carl tengah memfokuskan diri pada Randy.

Berbanding terbalik dengan usahanya yang setiap hari berkembang pesat di tangannya, kisah cintanya tidak mendapatkan perkembangan yang memuaskan dan terkesan berjalan di tempat. Sejauh ini Carl masih belum berani mengambil langkah maju untuk mendekati Randy, dia hanya bisa memperhatikannya dari kejauhan. Carl tidak mengerti akan dirinya sendiri.

Setiap kali Carl mencoba untuk mendekati Randy setiap kali pula dirinya merasa kebimbangan yang luar biasa. Entah karena gugup atau apa, itu sama sekali bukan seperti dirinya yang sesungguhnya. Padahal Carl tidak pernah bimbang apalagi gugup jika berhadapan dengan rekan bisnisnya.

Seperti tadi sore saat tiba-tiba Randy menatap Carl yang sedang memperhatikannya. Carl langsung membuang muka dan berpura-pura menyesap minumannya dengan gaya sok cool-nya untuk menutupi kegugupannya karena ditatap Randy.

Carl terus mengikuti Randy sebelum akhirnya memutuskan memberhentikan mobilnya saat melihat Randy yang berjalan lunglai seperti orang mabuk dengan sebelah tangan memegangi kepalanya. Perasaan Carl sudah tidak enak, dia segera keluar dari dalam mobilnya dan menghampiri Randy dengan sedikit berlari.

Benar saja. Beberapa detik kemudian Randy terjatuh begitu saja. Dengan sigap Carl meraih tubuh Randy dan menariknya ke dalam pelukannya sebelum menyentuh tanah. Untuk sekilas Carl menatap Randy, wajah anak itu terlihat pucat. Bibir merah mudanya mengkerut, entah karena kekurangan cairan atau apa.

Carl lantas menggendong Randy dan memasukkannya kedalam mobilnya. Dia membaringkan tubuh Randy di bangku penumpang dan bergegas melajukan mobilnya menuju apartemennya. Dari kaca spion, Carl menatap Randy cemas.

Mobil Carl melaju dengan cepat di tengah sunyinya malam. Beruntung kondisi jalan pada saat itu lengang, karena jika tidak Carl sudah pasti mendapatkan sederet umpatan dari pengemudi lain karena melajukan mobilnya seperti orang kerasukan.

"Halo!!!" seru Carl saat sambungan telepon telah tersambung. Carl tahu jika menelepon dalam keadaan menyetir itu berbahaya, tapi keadaan Randy adalah prioritas utamanya saat ini.

"Ada apa Carl," ujar lawan bicaranya. Suaranya serak, khas orang yang baru bangun tidur.

"Cepat ke apartemenku," ujar Carl tegas dan setengah berteriak.

The Puppet DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang