Epilog

5.9K 340 82
                                    



Carl menatap pemandangan kota pada malam hari dari jendela di dekat mejanya. Sebelah tangannya memegang segelas wine yang tengah digoyang-goyangkan. Mata pria itu menatap orang-orang yang masih sibuk di bawah sana dengan kosong. Hidupnya kembali hampa saat Randy tak lagi di sisinya. Padahal, selama beberapa bulan waktu itu dia selalu mempunyai alasan untuk segera pulang ke rumah. Namun kali ini jam telah menunjukan pukul sepuluh malam tapi pria itu tak kunjung pulang. Alasannya sederhana, karena bocahnya tak lagi menunggunya pulang di sana.

Mata Carl beralih menatap foto yang berbingkai di mejanya. Di dalam foto itu terdapat Randy dan dirinya. Foto itu diambil di Paris, kota tempat dia dan Randy pertama kali bertemu. Tempat yang dipenuhi dengan kenangan antara dirinya dan anak itu. Tapi kenangan hanya tinggal kenangan. Dia tak bisa lagi melihat senyum Randy lagi seperti di foto, karena anak itu tengah pulas tertidur.

Sudah lima tahun berlalu sejak penabrakan itu, tapi seakan kejadian itu baru kemarin. Selama beberapa tahun terakhir, Carl hidup di bawah bayang-bayang Randy. Dia terus saja menyalahkan dirinya dengan apa yang terjadi pada Randy.

Satu tahun pertama adalah masa-masa sulit bagi Carl. Dia bahkan enggan untuk pergi ke kantor. Semua pekerjaannya akan dibawakan oleh Adrian ke rumahnya. Penyesalan memang terjadi di belakang dan rasanya tak pernah enak.

Carl menyesal karena telah menyianyiakan Randy. Dia menyesal karena telat untuk mencintai anak itu. Dan dia menyesal karena tak bisa lagi melihat wajah Randy yang tengah tersenyum. Carl hidup di bawah penyesalan saat ini.

Waktu memang kejam, karena kita tidak tau apa yang akan terjadi ke depannya. Kita tidak tau berapa lama lagi waktu kita bersama seseorang yang kita sayangi. Dan ketika kita sadar waktu yang dimiliki tak banyak lagi, kita akan menyesalinya karena telah menyianyiakan kesempatan yang ada. Lalu sang waktu pun seakan mengejek kita, melaju dengan pasti tanpa bisa berhenti.

Carl menghela nafas lalu menenggak habis wine di gelasnya. Dia baru ingat, dia harus mengunjungi istri Adrian di rumah sakit. Wanita itu baru saja melahirkan anak pertama mereka tadi pagi. Anaknya perempuan, manis sekali. Tadi Carl sudah melihatnya melalui foto yang dikirimkan Adrian. Karena itu Carl jadi harus menyopir dirinya sendiri, sebab Adrian meminta cuti untuk menjaga istrinya beberapa hari terakhir. Tapi walau sudah melihatnya, dia masih harus mengunjunginya, bukan?

Dia segera melangkah menuju tempat parkir. Kantor telah sepi dan gelap karena memang jam pulang sudah beberapa jam berlalu. Carl hanya mendapati beberapa satpam yang tengah berkeliling memastikan keadaan. Pria itu hanya menganggukkan kepala saat beberapa satpam menyapanya.

Sesampainya di tempat parkir Carl bergegas masuk ke dalam mobil lalu menjalankannya. Sebelum ke rumah sakit, Carl menyempatkan diri mampir ke toko bunga. Dia membeli sebuket bunga aster dan setangkai mawar merah lalu menuja toko buah-buahan untuk membeli parsel ukuran besar yang isinya beranekaragam buah-buahan. Carl sengaja membeli bunga aster, karena itu buka kesukaan Amanda, istri Adrian.

Setelah sampai di rumah sakit, Carl langsung melangkah ke kamar Amanda lalu masuk ke dalam. Di sana Adrian langsung menyambutnya, Amanda dan bayinya tengah tertidur berdampingan. "Tuan Carl," sapanya lalu menghampiri Carl dan memberi hormat. Sebenarnya Adrian sedikit heran karena Carl datang malam-malam seperti ini.

Carl menyerahkan parsel dan buket bunga itu pada Adrian. "Bagaimana keadaan Amanda dan bayinya?" Adrian menaruh parsei dan bunga itu di meja samping tempat tidur sebelum menjawab. "Mereka berdua baik-baik saja," jawab Adrian tersenyum. Carl bisa melihat kebahagian yang terpancar dari matanya. Tentu saja dia bahagia, dia telah menjadi seorang ayah saat ini.

"Tunggu sebentar, aku akan membangunkan Amandanya," baru saja Adrian hendak membangunkan istrinya tapi langsung dilarang oleh Carl. "Tak perlu. Aku tidak mau mengganggunya. Lagipula aku sudah ingin pergi. Sampaikan saja salamku padanya," ujar Carl lalu berlalu pergi setelah melihat Adrian mengangguk. Sebelum pulang, dia ingin mengunjungi seseorang.

The Puppet DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang