Part 2

17.5K 758 18
                                    



Carl menghela nafas lelah, matanya menatap beberapa dokumen yang tersisa di atas meja kerjanya dengan malas. Sudah sedari tadi Carl duduk di kursinya sembari membaca dokumen dari berbagai macam lembaga dan perusahaan lain yang ingin menjalin kerja sama atau meminta bantuannya.

Namun tidak banyak dokumen yang mendapatkan tanda tangannya. Hanya beberapa, yang dirasa akan mendatangkan keuntungan besar saja yang Carl tanda tangani sisanya terbang entah kemana.

Sebenarnya Carl malas bergulat dengan semua dokumen itu. Dia lebih memilih bersantai membaca koran dengan secangkir kopi sebagai teman bacanya, bukan mengurusi berbagai macam permintaan kerja sama dari orang-orang yang kebanyakan hanya memanfatkan dirinya.

Tapi Carl tidak memiliki banyak pilihan. Selain karena Carl adalah satu-satunya pewaris perusahaan keluarganya dia juga tidak mau menelantarkan apa yang sudah menjadi tanggung jawabnya.

"Ku pikir dengan kepergian ku ke Paris akan meringankan pekerjaanku, tapi ternyata sama saja," gumam Carl lelah. Dia benar-benar lelah saat ini. Padahal belum lewat tengah hari, tapi Carl sudah tampak kelelahan.

Tangannya kembali meraih sebuah dokumen dari meja kerjanya. Matanya mulai menatap tulisan yang tertera di sana, lalu membacanya. Dan tidak butuh satu menit bagi Carl untuk membaca kertas itu, sebelum melemparkannya entah kemana.

"Dasar penjilat. Dia pikir bisa mengelabui ku dengan cara memberikan keterangan palsu seperti itu? Aku tidak akan mengeluarkan uang sepeser pun untuknya," umpat Carl marah karena ada yang berusaha menipunya.

Ruangan yang Carl tempati sudah sangat berantakan. Kertas-kertas dokumen hasil lemparannya tersebar dimana-mana. Hal terebut membuat suasana hatinya menjadi semakin buruk.

Carl menenangkan pikirannya dengan cara menundukan kepala. Tidak hanya tubuhnya saja yang lelah saat ini, pikirannya juga sedang kacau. Sepertinya Carl harus memulai istirahat lebih dahulu dari yang lainnya sebelum kondisinya semakin memburuk.

Diliatnya jam tangan yang bertengger indah di tangan kirinya, kurang dari satu jam sebelum istirahat makan siang. Walaupun perusahaan yang berada di Paris ini juga miliknya, tapi dia tidak mau seenaknya sendiri. Carl sudah berpegang teguh untuk memberikan yang terbaik agar para karyawannya hormat padanya. Tapi kali ini dia harus menyerah pada keadaan. Carl benar-benar butuh istirahat.

"Adrian!! Kau ke ruanganku sekarang," ujar Carl kepada Adrian melalui telepon yang berada di meja kerjanya. Tanpa menunggu balasan dari Adrian, Carl menutuskan sambungan teleponnya begitu saja.

Tidak lama setelah Carl memutuskan sambungan teleponnya, Adrian muncul dari balik pintu yang terletak tepat menghadap meja kerja Carl. Mata Adrian langsung disuguhi oleh keadaan ruangan yang kacau.

Adrian sudah tidak terkejut lagi, ini biasa baginya. Carl memang seperti itu, jika ada sesuatu yang tidak berjalan sesuai dengan apa yang dia mau pasti akan langsung dilenyapkan. Tidak terkecuali dengan karyawannya.

Bahkan waktu pertama kali Carl mengambil alih perusahaan, banyak dari para karyawannya itu diberhentikan karena cara kerjanya tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Carl.

Tapi jiwa kepemimpinan yang Carl punya tidak dapat diragukan lagi. Karena itu 'lah Adrian sangat menghormati Carl sebagai bosnya sekaligus kakak angkatnya.

"Apa saja jadwalku hari ini?" tanya Carl.

"Jadwal Anda hari ini hanya memeriksa dokumen-dokumen itu saja, tuan," jawab Adrian yang sedang berdiri di depan meja kerja Carl.

"Gantikan aku untuk memeriksanya, pilihkan saja mana yang akan mendatangkan keuntungan besar untuk kita. Biar nanti aku yang tanda tangani. Aku ingin beristirahat di apartemenku. Keadaanku sedang dalam kondisi yang buruk," ujar Carl beranjak berdiri dari kursinya dan berlalu begitu saja meninggalkan Adirian.

The Puppet DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang