Extra 2

4.9K 277 22
                                    


Nafas Randy tersengal. Tubuhnya basah oleh keringat. Kedua tangannya yang memegang besi penyangga di kedua sisi tubuhnya bergetar. Dengan tenaga yang tersisa, dia mencoba untuk melangkah kembali. Randy tak menyangka belajar berjalan menguras banyak tenaga seperti saat ini.

Randy tengah berada di ruang rehabilitasi untuk melatih kembali kakinya agar dapat berjalan seperti semula. Tak mudah memang, dia sempat terjatuh berkali-kali karena kakinya tak dapat menahan beban tubuhnya. Tapi Randy tak menyerah, dia selalu bangkit kembali.

Semangatnya yang besar itu bukan tanpa sebab. Randy ingin cepat-cepat pulang agar dapat tinggal bersama Carl kembali. Terlebih, berada di rumah sakit itu tak mengenakkan. Bau obat yang menyengat, makanan yang tak berasa, tak ada tv sebagai sarana hiburan, serta pemberlakuan jam tidur membuatnya merindukkan rumah.

Sudah satu minggu Randy sadar. Dia pernah meminta Carl untuk memulangkannya, namun Carl dengan tegas menolak. Katanya, Randy harus dirawat sampai kondisi kakinya membaik dan dapat digunakan berjalan kembali. What the hell!! Itu akan menghabiskan waktu beberapa minggu lagi.

Untuk yang kesekian kalinya, Randy terjatuh karena tumpuan pada tangannya terpeleset karena keringat yang keluar. Randy meringis kesakitan. Banyak sekali luka gores pada lutut dan sikunya. Sakit memang, tapi tiap kali matanya menatap cincin di jari manis kirinya membuatnya tetap bersemangat untuk bisa kembali berjalan.

Cincin itu pemberian Carl tiga hari yang lalu. Cincin yang terbuat dari emas putih dengan ukiran nama mereka berdua di dalamnya. Carl juga mengenakan cincin yang sama, karena itu adalah bukti bahwa mereka berdua telah terikat. Kini mereka sudah resmi menjadi sepasang, hmm.... suami-suami mungkin?

Tak ada yang istimewa saat dimana mereka menjadi sepasang suami-suami. Carl hanya mengundang seorang pastur dan ketiga temannya. Resepsi pernikahan pun dilakukan di kamar rumah sakit. Carl berjanji akan mengulangi acara pernikahan mereka jika Randy sudah bisa berjalan lagi nanti. Yang kemarin hanya sebagai bukti bahwa Carl serius dengan apa yang dikatakannya.

Tapi bagi Randy, hal itu lebih dari cukup. Dia menolak pesta mewah yang Carl rencanakan. Semua ini sudah lebih dari cukup. Yang Randy inginkan saat ini adalah terus bersama Carl. Dan Carl sudah memberikannya.

Berbicara soal Carl, pria itu selalu menyempatkan diri menemi Randy tiap hari. Carl akan mengajak Randy jalan-jalan sekitar taman, menyuapinya makan, dan masih banyak lagi hal-hal yang akan mereka berdua lakukan saat tengah bersama.

Setelah beberapa saat beristirahat, Randy kembali berdiri dengan susah payah. Tangannya menggapai besi penyangga di sisi kiri dan kanannya. Dan dengan sekali tarikan, tubuhnya berhasil berdiri dengan pegangan kedua tangannya pada besi tersebut sebagai tumpuan.

Dokter yang mengawasi Randy hanya berdiri tak jauh dari Randy, memperhatikan perkembangan kaki anak itu.

Baru saja Randy mencoba bertumpu pada kakinya dan melepaskan pegangannya pada besi penyangga, tubuhnya terhuyung. Tangannya langsung mencoba meraih besi itu lagi tapi sayang, Randy tak berhasil. Kepalanya terantuk besi sebelum jatuh ke lantai.

"Aduh...." Randy mengaduh, tangannya mengusap pelan bagian kepalanya yang membentur besi tadi. Sakit dan sedikit ngilu saat tangannya memegang luka itu.

"Butuh bantuan?" tanya seseorang. Sebelah tangan entah milik siapa terulur di depannya. "Carl!!" seru Randy senang saat mendongak dan mendapati bahwa Carl lah yang mengulurkan tangan padanya.

Dengan semangat, Randy meraih tangan Carl. Dia kira Carl akan membantunya berdiri, namun dia salah. Carl malah menggendongnya dengan gaya bridal menuju kursi rodanya yang terletak tak jauh dari sana. Carl mendudukkan Randy dengan hati-hati di kursi rodanya. Mendorongnya hingga sampai di dekat dokter yang sedari tadi mengawasi Randy.

The Puppet DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang