Part 13

7.1K 422 3
                                    


Musim dingin telah tiba. Tidak ada lagi daun-daun maple yang berjatuhan seperti beberapa bulan yang lalu. Hanya tinggal batang dan dahannya yang membeku karena salju saja yang tersisa. Saat ini suhu udara sudah mencapai kurang dari nol derajat celcius. Sangat dingin, sampai membuat orang-orang enggan untuk meninggalkan rumah mereka yang hangat kecuali dalam keadaan terdesak.

Malam ini adalah malam natal. Malam dimana orang-orang berkumpul dengan keluarga mereka untuk memadu kasih. Bercanda tawa bersama sebagai satu keluarga yang utuh.

Kebahagian natal mungkin saat ini tengah dirasakan oleh kebanyakan orang, tapi tidak untuk Randy.

Randy sangat tidak menyukai natal. Karena setiap kali natal tiba pasti dia akan merasa sendirian di kontrakannya selagi yang lainnya bersenang-senang bersama dengan keluarga mereka. Randy hanya bisa menggigit jari melihat kebersamaan yang mereka tunjukan.

"Terimakasih atas kunjungannya," ujar Randy saat menyalami pengunjung terakhir itu.

"Ah!! Akhirnya!!" ujar Mai bernafas lega.

"Kau terlihat senang sekali Mai," ujar Randy menghampiri.

"Tentu saja, apa kau tidak senang kita bisa tutup lebih awal dari biasanya?"

"Biasa saja."

"Kau aneh!! Kau seharusnya senang bukan? Apalagi malam ini malam natal. Aku sama sekali tidak bisa membayangkan bagaimana jika aku menghabiskan malam natalku dengan bekerja. Dimana makna dari natalnya? Bukankah makna natal yang sesungguhnya adalah disaat kau bisa berkumpul dengan yang lain?" tanya Mai.

"Entahlah. Aku sendiri tidak tahu arti dari natal itu sendiri," jawab Randy pelan. Tersirat guratan kesedihan di dalam kedua bola matanya itu.

Mai tampak salah tingkah, tidak bermaksud untuk membuat bocah yang sudah dia anggap seperti adiknya itu sedih. Mai tahu betul akan Randy dan salahkan 'lah mulutnya yang tidak tahu diri menyinggung tentang kebersamaan di malam natal pada Randy.

"Heiii kalian berdua!! Cepat bantu kami membersihkan ini semua!!" seru Elen yang tengah memegang batang sapu di sebelah tangannya. Randy dan Mai langsung bergegas membantu yang lainnya yang tengah membersihkan bar itu sebelum pulang.

Randy mengambil lap kain untuk mengelap meja dan kursi sedangkan Mai bagian mengepel lantai. Mai sesekali memperhatikan Randy yang sedang mengelap meja yang kotor bekas pengunjung tadi. Rasa bersalah masih menghinggap di hatinya.

"Hey, Randy!!" panggil Mai. Randy menoleh ke arah Mai yang sedang menghampirinya.

"Mau ikut dengan ku?" tanya Mai.

"Ikut dengan mu?" beo Randy.

"Rencananya setelah ini aku ingin pergi untuk merayakan natal dengan teman sekampusku. Ku pikir, aku bisa mengajak mu untuk bergabung. Lebih banyak orang semakin seru bukan?" ajak Mai untuk menebus rasa bersalahnya tadi. Lagipula natal ada untuk dirayakan bersama-sama bukan? Mai tidak ingin Randy kesepian di malam natal ini.

Randy berikir sejenak sebelum memberikan jawabannya.

"Ku rasa aku tidak akan ikut. Itu acara teman sekampus mu bukan? Akan lebih baik jika kau tidak mengundang orang luar seperti ku untuk datang."

"Tapi..."

"Jangan khawatir. Aku baik-baik saja. Aku senang kau mencemaskan ku," ujar Randy meyakinkan dengan senyuman. Meskipun begitu Mai tetap saja tidak yakin dan terus mengkhawatirkan Randy.

Setelah selesai membersihkan seluruh bar Randy segera bersiap untuk pulang. Matanya menatap jam tangan mahal yang diberikan Carl dulu. Sudah pukul sembilan malam. Randy menghela nafas lelah sebelum melangkahkan kakinya untuk pulang ke kontrakannya. Randy jadi ingat dengan Carl saat ini. Andaikan Carl ada bersamanya mungkin natal tidak akan seburuk ini.

The Puppet DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang