Part 19

5.2K 339 8
                                    



Randy menjatuhkan dirinya di atas kasurnya. Dia menghela nafas lelah. Carl masih belum pulang dari perjalanan bisninya, katanya masih harus beberapa hari lagi di sana. Meskipun terbentang jarak di antara mereka, Carl selalu menghubungi Randy. Tapi tetap saja Randy kangen dengan kehadiran Carl di dekatnya. Dia merindukannya.

Jujur saja Randy masih ragu dengan perasan Carl terhadapnya. Pria itu tidak pernah mengatakan mencintainya, bahkan saat Carl meminta Randy agar tinggal bersamanya pun tidak. Dia hanya meminta Randy untuk menjadi miliknya. Apakah itu termasuk pernyataan cinta? Randy rasa tidak.

Hal itu lah yang membuat Randy menjadi ragu pada Carl meskipun mereka sudah sering berhubungan intim. Randy benar-benar akan hancur jika Carl mempermainkan dirinya karena dia mencintai Carl.

Randy terdiam, memikirkan kejadian di kolam renang tadi. Cinta? Jika dia mencintai Carl, bagaimana mungkin dia terpikat oleh seseorang yang bahkan tak dikenalnya. Kalau cinta matanya tak mungkin melihat orang lain selain Carl. Kalau cinta jantungnya tak mungkin berdegub kencang selain di dekat Carl. Kalau cinta hatinya akan setia pada Carl.

Tapi dia bisa melakukan pembelaan karena dia memang mencintai Carl. Itu terbukti saat dia menerima ajakkan Carl untuk tinggal bersama di sebuah kota asing bagi dirinya. Dia sudah menyerahkan semua yang dia punya mulai dari tubuh, harga diri bahkan hidupnya pada Carl. Bahkan saat Carl bersikap egois dan suka sekali menyakiti tubuhnya pun Randy tak marah, bahkan itu yang membuat Randy semakin mencintai Carl. Panggil dia masochist, Randy tak peduli. Dia menerima Carl apa adany sebab dia mencintai Carl.

Lalu perasaan yang menyerangnya di kolam renang tadi apa? Cinta kah? Randy rasa bukan, itu hanya rasa kagumnya saja. Iya, rasa kagum. Mungkin.

Sekarang pertanyaannya adalah, apakah Carl juga mencintainya? Tidak tahu, hanya itu jawaban yang akan Randy berikan.

Saat tengah menyelami perasaannya tiba-tiba ponselnya berbunyi. Nama Kevin tertera di layar ponselnya. Randy segera mengangkat telpon dari Kevin itu,

"Randy!" panggil Kevin dari sebrang telpon.

"Ada apa, Kevin?" tanya Randy yang masih berbaring di atas kasurnya.

"Aku ingin mengajakmu ke pesta ulang tahun Andine," jawab Kevin.

"Andine?"

"Oii... jangan bilang kau tidak tahu Andine??" tanya Kevin memastikan.

"Aku tidak tahu," jawab Randy.

"Kita sekelas di kelas Matematika. Yang benar saja, kau melupakan temanmu sendiri?" tanya Kevin tak percaya.

"Aku belum mengenal mereka semua, bukannya lupa," Randy membela sambil berdecak kesal.

"Baiklah, kumaklumi itu. Jadi kau mau ikut tidak?" tanya Kevin lagi.

"Hmm.... aku tidak tahu. Aku baru saja masuk ke sekolah, bahkan aku tidak tahu siapa dia. Apa aku boleh ikut..."

"Bodoh, tentu saja boleh. Dia sendiri yang mengundang teman satu sekolah."

"Baiklah aku akan ikut, apa yang lainnya ikut?" tanya Randy. Yang dimaksud Randy itu adalah Ana, Nike, dan Christ.

"Iya, mereka semua ikut. Aku bertanya padamu hanya untuk memastikan. Lagipula itu ajang yang bagus untukmu mengakrabkan diri dengan yang lainnya."

"Jadi kapan acaranya diadakan?" tanya Randy lagi.

"Besok lusa, malam minggu, di rumahnya," jawab Kevin.

"Lalu kenapa kau memberitahuku sekarang. Besok kan juga bisa," ujar Randy kesal karena acara melamunnya diganggu tadi.

The Puppet DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang