Prolog

198 6 3
                                    

Ini adalah karya perdana saya. Saya mohon maaf jika masih belepotan di sana-sini. Jika ada kesalahan dalam hal menulis, mohon beritahu saya. Selamat Membaca.

***

Namaku Rio Pamungkas, murid kelas 12 SMA Kusuma. Seorang pendiam yang masih misteri bagi semua orang di sekolahku. Aku tinggal bersama ayahku di sebuah rumah yang cukup sederhana dan tak jauh dari sekolah.

Ayahku juga masih menjadi misteri untukku, aku tak pernah tau apa pekerjaannya. Setiap kali kutanyakan hal tersebut, dia selalu menghindar seolah tak ingin anaknya sendiri mengetahui apa pekerjaannya. Cukup membuatku kesal, tapi dia selalu memberiku apa yang kuminta walau aku tak pernah minta apapun darinya.

Orangtuaku bercerai ketika aku masih kecil, aku tak bisa mengigatnya. Yang bisa kuingat adalah, ibuku pergi ke luar negri untuk mencari kerja membawa saudaraku. Aku tak ingat jelas wajah mereka, aku hanya bisa mengingat bahwa aku punya ibu dan seorang saudara di luar sana. Sampai sekarang aku masih tak mengerti mengapa mereka bercerai, yang jelas itu adalah urusan orang dewasa.

Bagiku sekolah adalah suatu hal yang membosankan. Di kelas aku lebih suka diam dan tak berbicara satu kata pun. Tak ada yang mau berteman denganku, karena aku selalu menolak dengan ketus orang yang mengajakku berbicara. Yang kupikirkan hanyalah mereka semua tak bisa diandalkan. Baik itu guru, murid atau siapapun yang ada hubungannya dengan sekolah, membosankan.

The Silent Monster, sebuah julukan yang mereka berikan padaku. Berawal dari sebuah ujian ketika kelas 10 SMA, kelasku dikejutkan dengan nilaiku yang sempurna. Padahal, aku tak terlihat seperti orang yang pandai. Kemudian, julukan tersebut semakin populer ketika wakil kepala sekolah memujiku dengan sebutan tersebut. cukup mengganggu tapi setidaknya aku juga menyukai julukan tersebut.

Yang paling kubenci di sekolah adalah, Koran sekolah. Para jurnalis yang selalu menanyaiku dengan beribu pertanyaan. Padahal, mereka sendiri mengetahui kalau aku tak akan menjawab pertanyaan tersebut. Kalau sudah seperti itu, mereka akan memuat hoax tentang diriku di koran sekolah.

Berbeda dengan murid yang duduk di sebelahku, murid paling populer di sekolah. Seorang murid yang mempunyai banyak fans baik laki-laki atau perempuan. Karena selain cerdas dan baik, dia juga memiliki paras cantik yang dapat menyihir semua orang. Hanya saja, aku tak tertarik sedikit pun dengannya. -bukan berarti aku seorang Gay.

Kesimpulannya, aku adalah seorang yang
cerdas dan pendiam yang masih misteri bagi semua orang di sekolah. -padahal tak ada orang cerdas yang menyebut dirinya cerdas.

***

Hari senin, hari yang membosankan. Semua murid harus mengikuti upacara sebagai sebuah formalitas. Pada awlanya, aku tak ingin ikut. Tetapi setelah pak Agus datang ke kelasku, aku terpaksa ikut upacara karena takut dengan rotan yang dibawanya.

Selesai upacara, pelajaran pertama dimulai. Bu Yanti memulai pejaran IPA-nya yang membosankan setelah mencatat siswa yang tidak masuk. Bu Yanti terkenal dengan pelajarannya yang sangat membosankan. Yah, waktu yang tepat untuk tidur pagi.

Tak ada yang istimewa hari ini, hingga ketika bel istirahat berbunyi. 2 orang murid lelaki dan seornag murid perempuan berjalan menuju mejaku. Aku kenal 2 irang dari mereka, perempuan tersebut adalah teman dekat murid yang duduk di sebelahku. Salah satu dari lelaki tersebut adalah, reporter sekolah yang tak pernah berhenti mewawancaraiku. Sedangkan yang seorang lagi aku tak mengenalnya, mungkin dari kelas lain.

"hey, Rio! Namamu Rio kan? kamu temen sebangkunya Ria kan? Mana dia? Kenapa dia ga masuk hari ini? Pasti ada apa-apanya ini!" seorang yang tak kukenal itu, angkat bicara setengah membentak sambil memukul meja. Aku baru ingat namanya Ria, murid yang duduk di sebelahku.

The Silent MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang