Penculikan

70 3 0
                                    


"hehehe, kalian tenang saja Ria aman di sini." terdengar suara berat seorang pria dari ujung telepon. "500 juta, taruh di loker anak ini nanti malam."

"LEPASKAN DIA SEKARANG JUGA!!" tiba-tiba Aria berteriak cukup keras.

"selow, selow. Dia aman bersamaku kok di sini. 500 juta dulu, Hehehe." tawa pria tersebut. sepertinya, kami berurusan dengan seorang penculik.

"hey, itu terlalu banyak. Bisakah kau kurangi?" tanya Rini panik.

"hm...hm.hm...hmm..." terdengar suara perempuan yang mulutnya ditutup. Sepertinya itu adalah Ria. "ga bisa, harus 500 juta. Itupun jika kalian tak ingin teman kalian menjadi bintang porno. Hehehe. Kutunggu uang kalian nanti malam di loker anak ini."

Tuut! Si penculik menutup telepon secara sepihak. Suasana menjadi sunyi, tak ada yang berani mengatakan sepatah kata pun. Terlihat kekhawatiran yang sangat mendalam di muka setiap orang. Kulihat Aria mengepalkan tangan, mukanya merah karena marah. Mata Rini pun berkaca-kaca, menahan air mata yang akan jatuh. Dani terlihat sangat shock, terdengar detak jantungnya berdetak sangat cepat.

"bu Anita, aku harus ke bu Anita." Rini berdiri dan segera pergi sambil membawa hp Aria. Dani dan Aria mengikutinya dari belakang. Dalam sekejap mereka telah menghilang. Ada yang aneh, batinku.

Aku mengawasi sekitar, mencari sesuatu yang ganjil. Tapi, pandanganku terhenti ketika melihat atap gedung sekolah. Kulihat seseorang bertopi sedang meneropong ke arahku sambil melambai. Sial, aku tak dapat melihatnya dengan jelas.

Aku segera berlari menuju atap sekolah. Gedung sekolah terdiri dari 3 lantai, dan lantai keempat adalah atap. Aku sempat beristirahat sebentar untuk mengatur nafas saat menaiki tangga. Aku harus segera sampai sebelum orang itu pergi. Tapi ternyata usahaku nihil, orang tersebut telah pergi lebih dulu ketika aku sampai di atap. Aku harus segera menemui yang lain, kataku dalam hati.

***

Sementara itu, Rini dan yang lain berlari menuju ruang guru untuk meberitahu bu Anita. Para guru yang melihat kedatangan mereka tampak kebingungan. Bu Anita pun segera mendatangi mereka setelah Rini memanggilnya. Mereka pergi ke ruang BK agar bisa bicara dengan tenang. Bu Anita terlihat telah mengerti maksud kedatangan Rini dan teman-temannya.

Sesampainya di ruang BK, Rini segera menceritakan kejadian di kantin. Bu Anita mangut-mangut mendengar cerita dari Rini. Aria dan Dani hanya terdiam mendengarkan cerita Rini. Keadaan menjadi sunyi, semua orang diam sambil berpikir mencari jalan keluar permasalahan. Tok tok tok! Terdengar suara seseorang mengetuk pintu minta izin masuk. Bu Anita membukakan pintu untuk melihat siapa yang mengetuk. Bu Anita sedikt terkejut ketika melihat siapa yang mengetuk, ya itu aku.

"Rio? Habis ngapain kamu?" tanyanya ketika mengetahui bahwa yang datang adalah aku.

"ngejar penculik bu." jawabku singkat. Semua orang di situ menatap tajam ke arahku.

"kamu jangan ngajak ribut ya." ucap Aria. Sepertinya ia sangat terpukul mengetahui Ria diculik.

"menurut saya, penculiknya orang yang punya hubungan dengan sekolah ini bu." aku mengatakannya dengan mantap.

"sebaiknya kamu jangan main-main ya. Kamu tuh ga tahu apa-apa tentang Ria." Aria berdiri dari tempat duduknya. Tangannya terkepal kuat, seperti ingin menghajar seseorang.

"Aria, tenang dulu! Dengarkan dulu apa yang ia katakan." bu Anita menyuruh Aria kembali duduk. Aria hanya menurut, ia kembali duduk dengan wajah kesal. Bu Anita kembali menatapku sambil berkata, "lanjutkan."

The Silent MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang