Lisa Kirana

92 3 0
                                    

"maaf ya, semuanya. Tapi Rio tak bisa ikut kalo habis pulang sekolah." seorang perempuan datang entah darimana. Itu adalah Melia, ketua club memanah. Aku baru ingat kalau nanti ada latihan tambahan dari club. Parahnya, aku sudah janji akan ikut.

"HAA??!!" Aria, Rini dan Dani teriak serempak. Murid-murid di sekitar kami segera menengok ke arah kami.

"Rio ada kegiatan club nanti sepulang sekolah. Ya kan Rio?" Melia melirik ke arahku. Aku hanya melanjutkan makanku tanpa mengatakan sepatah kata pun.

"Ga ikut bisa kan?" tanya Rini.

"Sayangnya, dia udah janji bakal ikut." Melia tersenyum puas.

"Terus gimana dong?" Rini bertanya lagi. Aku hanya terdiam, begitu juga Aria dan Dani. Sedangkan Melia, dia tersenyum penuh kemenangan.

Krriinngg! Bel masuk tanda istirahat berkahir berbunyi. Aku segera kembali ke kelas, begitu juga dengan Dani dan Melia. Sedangakan Aria dan Rini masih mematung di meja kantin. Sebenarnya, aku bisa saja tak menepati janjiku. Tapi jika aku melakukannya, entah nanti apa yang akan Melia lakukan. Terakhir kali aku melanggar janjiku, aku harus memegangi tiang sasaran untuk latihan.

Sedikit tentang Melia. Dia adalah seorang pemanah yang handal. Dia adalah yang terbaik di antara kami. Tapi entah mengapa ketika dia dipuji sebagai pemanah yang handal, dia selalu mengatakan 'Rio lebih jago kok'. Ketika memanah, dia hampir tak pernah meleset. Karena itu, kemarin, dia berani memanah ke samping kepalaku.

Pelajaran pun dimulai kembali, sama seperti sebelumnya membosankan. Pada akhirnya, aku kembali tidur pada saat pelajaran. Aku masih penasaran dengan kode tersebut. Seharusnya tadi pagi aku menanyakannya pada ayah, batinku.

***

Akhirnya, sekolah berakhir juga. Aku harus segera ke ruangan club untuk bertemu dengan Melia. Bisa gawat kalau aku telat. Ruangan club tak terlalu jauh dari gedung sekolah, jadi aku bisa sampai ke sana tepat waktu.

Di tengah jalan, aku bertemu perempuan yang mengajakku untuk pergi ke rumahnya. Rini, Aria dan Dani juga sudah bersamanya. Aku tak menghiraukan mereka, aku harus segera ke ruangan club agar tidak terlambat.

Di ruangan club, sudah ada beberapa murid satu angkatanku. Beberapa murid kelas 10 dan 11 juga sudah berada di sana. Melia masih belum datang juga, tampaknya dia terlamabat. Tak lama kemudian, dia datang dengan tergesa-gesa. Sepertinya, dia habis dari toilet.

"Ketua kok terlambat." sindirku ketika Melia datang.

"Maaf, tadi ada urusan mendadak." Melia mengatur nafas.

"Urusan mendadak apa beol?" tanyaku. Melia hanya tersenyum kesal mendengar perkataanku. Tapi, dari raut mukanya dia seperti mengatakan, ya.

"Yaudah, kita mulai aja latihannya. Seperti biasa ya." Melia memberi komando.

Selanjutnya adalah latihan yang membosankan. Aku sudah sangat ahli dalam hal memanah. Sebenarnya yang kami lakukan bukanlah latihan, melainkan melatih adik kelas yang masih pemula.

***

Jam sudah menunjukkan pukul 18.00 sore. Latihan sudah selesai. Aku segera membereskan barang-barang yang telah digunakan. Hari ini, aku sudah sangat lelah untuk beraktivitas. Setelah itu, aku segera menuju pintu gerbang untuk pulang.

Betapa kagetnya aku ketika melihat sebuah mobil yang cukup keren terparkir di dekat gerbang sekolah. Di samping mobil tersebut ada sebuah motor yang tak kalah keren. Tapi, bukan itu yang membuatku kaget. Yang membuatku kaget adalah, empat orang yang berdiri di dekat mobil tersebut. Tampaknya mereka sedang menungguku.

The Silent MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang