Sebuah Trik

68 2 0
                                    

"hahaha, kalian kira aku bodoh untuk masuk jebakan kalian ha?" terdengar suara pria yang menelpon tadi, dari speaker yang dipasang di tiap kelas.

"hahaha, kalian kira aku bodoh untuk masuk jebakan kalian ha?" terdengar suara pria yang menelpon tadi, dari speaker yang dipasang di tiap kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sial, sepertinya dia membajak ruang guru. Speaker tersebut, kendalinya ada di ruang guru. Kelas dan ruang guru berada di gedung yang berbeda. Di setiap kelas dipasang speker untuk mempermudah dalam menyampaikan pengumuman. Tak hanya di kelas, bahkan di setiap tempat di sekolah dipasang speaker tersebut. Si penculik mungkin ada di ruang guru sekarang, aku harus bergegas.

"kalian tetap di sini! Aku akan ke ruang guru bersama bu Anita. Jangan bergerak sebelum ada komando dariku. Kalaupun itu mendesak harus ada 1 orang yang tetap menjaga kelas ini. Karena, bisa saja yang di ruang guru tadi cuma rekaman untuk mengecoh kita." Aku segera berlari menuju ruang guru. Bu Anita mengikutiku dari belakang.

10 meter lagi sampai di ruang guru, aku mempercepat langkahku. Bu Anita tertinggal cukup jauh karena lariku yang begitu cepat. Tapi, aku cukup terkejut ketika mendengar suaraku sendiri dari speaker.

"Aria, Rini! Ke sini segera! Aku menemukan si penculik sedang bersama Ria. Pak satpam juga kemarilah! Segera! Si penculik membawa pisau, akkhh!." Terdengar suaraku dari speaker. Penculik sialan, dia menggunakan suaraku agar Aria dan Rini pergi ke ruang guru.

Aku terkejut menyadari ruang guru terkunci. Rini, Aria dan bu Anita segera sampai di ruang guru begitu juga dengan pak satpam. Sial, dia mengunci ruang guru dengan gembok lalu menyuruh kami berkumpul di ruang guru dengan meniru suaraku. Teknologi memang bisa menjadi dua mata pisau.

"pak, dobrak pintunya pak! Cepetan!" sahutku ketika pak satpam datang. Mereka tampak kebingungan melihatku.

"lho, tadi yang ngomong siapa?" tanya Aria.

"tadi si penculik. Dia mengunakan alat untuk menirukan suaraku. Dani masih di kelas kan?" aku bertanya balik.

"ya dia masih di kelas, menjaga tas yang berisi kertas tersebut." jawab Rini.

Tak lama, pintu pun terbuka setelah didobrak oleh pak satpam. Tak ada siapapun di sana. Yang ada hanya alat pemutar suara yang ditaruh dekat mikrofon yang menyala. Aku segera mengambilnya dan memutarnya. Ada jeda 10 menit sebelum suara pria tak dikenal muncul. Kemudian ada jeda 5 menit lagi sebelum suaraku muncul. 5 menit, waktu yang cukup untuk perjalanan dari kelas ke ruang guru.

'......10 menit....... hahaha, kalian kira aku bodoh untuk masuk jebakan kalian ha?.....5 menit..... Aria, Rini! Ke sini segera! Aku menemukan si penculik sedang bersama Ria. Pak satpam juga kemarilah! Segera! Si penculik membawa pisau, akkhh!.' Aku memutar kembali rekaman tersebut. Sial, si penculik memang orang yang cerdas seperti dugaanku, tapi mengapa dia melakukan ini.

Aku segera teringat Dani yang berada di kelas sendiri. Aku segera berlari menuju kelas untuk melihat keadaan Dani. Aria, Rini dan bu Anita mengikuti lariku di belakang. Sementara pak satpam hanya terbengong melihat tingkah kami.

The Silent MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang