"pantas orang-orang menjulukimu, The Silent Monster." ucap seseorang yang daritadi menguping pembicaraan kami. Tubuhnya tegap, cukup tinggi bagi seorang lelaki dewasa. Seragam guru yang ia pakai membuatnya lebih berwibawa. Rambutnya, banyak yang sudah beruban. Seorang lelaki berumur sekitar 40 tahun itu mendekati kami.
Kami seolah tak percaya melihat siapa yang datang. Semua terbengong seolah tak menduga hal itu akan terjadi. Bu Anita terlihat salah tingkah karena kedatangan lelaki tersebut. lelaki yang dikenal semua orang di sekolah ini, pak Harto, wakil kepala sekolah.
"maaf pak, saya membuat anak-anak membolos pelajaran." bu Anita meminta maaf sambil menunduk.
"saya yang harusnya minta maaf, karena menguping pembicaraan kalian tanpa izin." ucap pak Harto. Dia kemudian masuk ruangan karena pintu ruangan memang tak ditutup. "yah karena saya telah mendengar semuanya, saya hanya bisa berharap pada kalian. Saya mengandalkan kalian, info ini akan saya kabarkan ke kepala sekolah nanti."
"terima kasih pak, tapi kami tak akan bisa melakukan ini semua tanpa bantuan dari Rio." Rini tersenyum sambil melirik ke arahku. Muka Aria semakin kesal mendengar perkataan Rini tersebut.
"saya sudah tahu, kamu memang seorang Silent Monster. Monster yang menyembunyikan taringnya dari siapapun. Saya sangat bangga padamu nak." pak Harto menatapku hangat. Aku hanya membalas tatapannya dengan senyum. Pak Harto pun melanjutkan, "yaudah, sebentar lagi kalian kan harus menghadapi UN. Sebaiknya sekarang, kalian kembali ke kelas masing-masing untuk kembali belajar."
Kami pun segera meninggalkan ruang BK menuju kelas setelah berpamitan dengan pak Harto. Entah mengapa aku sangat bersemangat hari ini. Dani yang melihat perubahan sikapku pun tidak tinggal diam.
"kenapa kamu jadi sangat bersemangat?" tegur Dani di perjalanan menuju kelas.
"entah, tapi kurasa dia punya selera yang bagus." jawabku.
"dia siapa?" tanya Dani lagi.
"si penculik." jawabku singkat.
Yah tetap saja, pelajaran membuatku sangat bosan. Jika pelajaran tidak kosong, mungkin aku sudah tertidur pulas. Tapi karena gurunya tidak masuk, kelasku menjadi sangat berisik. Banyak murid yang ngerumpi di sudut kelas. Kelas menjadi seperti pasar tumpah. Aku pun tak bisa tidur dengan nyenyak seperti biasanya.
Tak lama kemudian, seorang guru masuk ke kelas. Semua murid segera kembali ke tempatnya masing-masing. Sepertinya sudah masuk jam pelajaran selanjutnya. Sang guru mulai menerangkan pelajaran. Kelas pun menjadi tenang, waktu yang bagus untuk tidur.
Ketika aku terbangun, kelas sudah sepi. Hanya beberapa murid yang masih tinggal di kelas, entah apa yang mereka lakukan. Sepertinya sekolah sudah selesai, aku pun segera pergi meninggalkan kelas untuk pulang.
***
Aku sampai di depan rumah, seperti biasa tak ada orang di rumah. Ayah sedang pergi entah kemana. Kuangkat keset di depan pintu masuk rumah, terlihat sebuah kunci tergeletak di bawah keset. Kuambil kunci tersebut dan kugunakan untuk membuka pintu rumah yang terkunci.
Aku segera menuju kamar untuk menaruh tas sekolah dan berganti baju. Aku bingung apa yang harus kulakukan. Biasanya aku akan segera ke kasur untuk tidur siang. Tapi hari ini aku sedang tak ingin tidur siang.
Tok tok tok! Suara pintu diketuk dari luar. Kalau ayah seharusnya dia langsung masuk. Mungkin tukang pos yang mengantar paket. Aku segera pergi menuju pintu untuk melihat siapa yang datang. Aku terkejut ketika melihat tak ada siapapun di luar rumah.
Aku kembali ke kamar setelah menutup pintu. Mungkin hanya perasaanku, batinku. Tok tok tok! Pintu kembali diketuk. Aku segera berlari menuju pintu untuk melihat siapa yang mengetuk. Sama seperti sebelumnya, tak ada siapapun di luar. kututup pintu dan kembali ke kamar. Mungkin orang iseng, kataku dalam hati.
Tok tok tok! Belum sampai aku ke kamar suara tersebut terdengar lagi. Hanya saja, kali ini suara tersebut lebih kencang dari sebelumnya. Aku segera membuka pintu untuk melhat siapa yang melakukan hal tersebut. Tak ada seorang pun di luar. Aku mengawasi sekitar untuk mencari orang yang sembunyi. Tapi aku tak menemukan seorang pun yang sedang bersembunyi.
Hihihi, tiba-tiba terdengar suara tersebut dari balik dinding tetangga. Aku segera bergegas menuju asal suara. Kutemukan seorang siswa yang wajahnya kukenal tengah bersembunyi di sana. Ia hanya tersenyum sambil minta maaf. Aku hanya menghela nafas mengetahui siswa tersebut adalah Dani.
Aku segera mengajaknya masuk ke dalam rumah. Dani pun mengikutiku dari belakang, baju seragamnya masih menempel di tubuhnya tanda bahwa ia belum pulang ke rumah. Dia hanya mangut-mangut ketika melihat isi rumahku yang sederhana. Ia segera mengeluarkan buku dan pensil untuk mencatat sesuatu yang kurasa tidak penting. Aku hanya berpikir, yah begnilah jika dua orang yang tak punya kerjaan bertemu.
"rumahmu bagus juga." ujar Dani setelah kuberikan segelas air minum..
"biasa aja kali. Lagian kamu juga ngapain ke sini?" tanyaku.
"berkunjuglah, masa ga boleh?" tanyanya balik.
Aku hanya menghela nafas panjang. Selanjutnya, kami ngobrol cukup lama. Tapi seperti sebelumnya, aku lebih banyak diam dan mendegarkan daripada berbicara. Dani terlihat sangat ahli dalam hal bercerita. Dia seperti punya sejuta cerita yang tak habis-habis untuk diceritakan.
Jam menunjukkan pukul 15.00 sore. Dani yang sadar hari sudah sore, segera berpamitan pulang. Aku hanya mengantarnya sampai di depan rumah. Rumah kembali sepi, aku kembali bingung apa yang harus aku lakukan. Tak lama setelah itu, ayah pulang entah darimana dengan mobilnya.
Aku pun memutuskan untuk tidur-tiduran sebentar di sofa sebentar. Beberapa menit kemudian aku sudah terlelap dalam tidurku. Entah berapa lama aku tertidur di sofa, tapi ketika aku terbangun jam sudah menunjukkan pukul 16.30. Aku segera mandi untuk menyegarkan badan. Selesai mandi, aku segera bersiap menuju sekolah untuk mengahadapi si penculik.
***
Kami berkumpul sesuai janji, Aku, Aria, Dani, bu Anita dan Rini. Kami membicarakan rencana yang akan kami lakukan untuk mengahadapi si penculik. Setelah rencana matang, kami segera makan makanan yang sudah disiapkan Rini dan bu Anita sampai kenyang. Setelah itu kami mulai menunggu di tempat kami masing-masing sampai si penculik datang.
***
Jam menunjukkan pukul 20.17. Sudah lama kami menunggu tapi si penculik tak kunjung datang. Cukup membuat kami kesal dan putus asa. Dani berada di dekat pintu sambil menyiapkan kameranya jika terjadi apa-apa. Aria duduk di belakang kursi Ria untuk mengawasi jika ada yang datang. Ria dan bu Anita berada di pojok kelas sambil bersembunyi. Aku sendiri duduk di meja guru sehingga bisa melihat langsung jika ada yang masuk lewat pintu.
2 orang satpam masih berjaga di posnya untuk mengawasi keadaan sekolah. Sekolahku menyewa satpam 24 jam untuk menjaga keamanan sekolah. Lampu kelas sengaja dimatikan seperti kelas yang lain agar tak mencurigakan. Kami sudah meminta izin dari pak Harto selaku wakil kepala sekolah untuk melakukan operasi kecil-kecilan ini.
"hahaha, kalian kira aku bodoh untuk masuk jebakan kalian ha?" terdengar suara pria yang menelpon tadi, dari speaker yang dipasang di tiap kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Silent Monster
Misteri / ThrillerKisah yang terinspirasi dari kehidupan keseharian saya ini, mengisahkan kehidupan seorang anak sma yang dijuluki Silent Monster. Mengapa? Karena dia sangat cerdas dan tak pernah berinteraksi dengan murid lain di sekolah itu. Tapi kemudian kehidupann...