Aku segera berlari menuju tempat mobil pak Ari berada. Aria, dan yang lainnya, tentu saja mereka memasang wajah kebingungan. Mereka ikut berlari mengejarku, aku tetap terus berlari menuju mobil pak Ari.
Aku mengerti maksud kode itu. Walau aku sendiri tidak sebegitu yakin dengan jawabanku sendiri. Aku teringat dengan kata-kata Rini dan Dani. Jalan Cepat dan Jualan Coklat.
Maksud dari kode tersebut adalah, rumah yang akan dijual yang ada di jalan menuju sekolah dekat dengan rumah yang kebakaran (Part, Suara Tembakan). Tertulis iklan di depan rumah tersebut, 'Rumah dan Lahan Dijual Cepat'. Jika disingkat, maka akan tertulis, RL diJC. Sebenarnya bisa saja maksudnya adalah, toko 'Raja Lampu di Jalan Cermai'. Toko tersebut tepat berada di samping rumah yang akan dijual itu. Tapi ketika ingat si penculik mengatakan akan pindah, aku menjadi semakin yakin dengan rumah itu.
"Pak! Cepet jalanin mobilnya ke arah sekolah!" ujarku setengah menyuruh.
"WOOIII!!! Tungguuuu!!" tiga orang berlari ke arah mobil dengan wajah kesal ketika melihat mobil yang kunaiki mulai bergerak.
"Kamu mau ninggalin kita ya?" tanya Aria dan Rini. Mereka terlihat sangat kesal.
"Kurang lebih, seperti itu." Aku memasang wajah tek bersalah. Aria segera mengangkat tangannya dan ingin mengarahkannya padaku.
"Udah, udah. Naik dulu, nanti keburu sore." Dani menahan tangan Aria sambil menyuruhnya masuk ke mobil.
Kami semua kembali naik ke mobil dengan tatanan awal. Aria segera bertanya maskud dari kode tersebut padaku. Mau tak mau aku harus menceritakannya padanya.
"Oh gitu, masksudnya. Pantes aja, ga ada di monas." Aria mangut-mangut tanda mengerti.
Perjalanan kali ini cukup lama, ya karena banyak orang kantor yang sudah pulang kerja. Terpaksa, kami harus terjebak macet di ibukota ini.
***
Sementara itu, di sebuah rumah yang tak jauh dari sekolah keluarlah seseorang dengan tergesa-gesa. Napasnya tak beraturan, keringatnya bercucuran. Dia berhenti sebentar untuk mengatur napas, kemudian ia memanjat pagar dan pergi.
Baru saja ia turun dari pagar, seorang lelaki keluar dari mobil yang diparkir di pinggir jalan mencegatnya. Lelaki tersebut tersenyum sambil menggelengkan kepala seolah tahu semuanya. Orang yang baru saja keluar itu, cukup lama mematung ketika melihat lelaki tersebut.
"Untuk apa?" tanya si lelaki.
***
Beberapa jam kemudian, kami sudah berada di rumah tersebut. kami segera menerobos masuk dengan memanjat pagar. Pagar rumah tersebut tak terlalu tinggi sehingga bisa kami panjat. Pak Ari tetap di mobil menunggu kami di luar.
Rumah tersebut mempunyai halaman depan yang cukup luas meskipun rumahnya tak terlalu besar. Sebuah pohon mangga menghiasi halaman depan rumah tersebut. Rumah bercat putih yang warnanya mulai memudar itu sudah berada di hadapan kami. Sepertinya rumah tersebut tak bertingkat.
Kami segera berusaha masuk ke rumah tersebut. Pengap, itu kesan pertama kali ketika kami memasukinya. Ruang tamu yang gelap dan dipenuhi sarang laba-laba di sana sini. Aroma debu terasa memenuhi hidung kami. Kami melanjutkan masuk ke ruang selanjutnya.
Alngkah terkejutnya kami, ketika memasuki ruangan selanjutnya. Seketika lampu menyala ketika kami memasukinya. Tak seperti sebelumnya, ruangan tersebut bersih dari debu dan sarang laba-laba. Aria berusaha bersikap santai seolah telah memikirkan kemungkinan tersebut. Dani segera menyapu ruangan dengan sorotan dari kamera yang ia bawa. Sedangkan Rini, dia terlihat ketakutan sambil memegang pundakku. Hei biasa saja, batinku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Silent Monster
Mystery / ThrillerKisah yang terinspirasi dari kehidupan keseharian saya ini, mengisahkan kehidupan seorang anak sma yang dijuluki Silent Monster. Mengapa? Karena dia sangat cerdas dan tak pernah berinteraksi dengan murid lain di sekolah itu. Tapi kemudian kehidupann...