Analisis Aria

81 3 0
                                    

Aria tersenyum lebar, sepertinya dia sudah mengetahui kebenaran dari kasus ini. Aku hanya tersenyum melihat senyuman Aria. Ya, aku juga sudah mengetahui kebenaran kasus ini.

Kami semua pergi ke ruang makan untuk makan malam. Jam sudah menunjukkan pukul 19.27 malam. Makan malam sudah siap menunggu untuk dimakan. Lisa mengatakan kalau ayahnya selalu makan bersama semua pembantunya.

Sesampainya di ruang makan, kami langsung makan bersama. Beberapa kursi ditambahkan agar kami bisa makan bersama. Suara piring dan sendok ikut memeriahkan acara makan bersama kami. Beberapa saat kemudian, kami semua sudah selesai makan. Aria segera bangkit dari tempat duduknya dan memulai pertunjukan analisisnya.

"Sebelumnya, saya minta maaf yang sebesar-besarnya karena mengganggu acara makan bersama kali ini." Aria bicara dengan gaya seorang pembawa acara.

"Silahkan Aria, saya sudah menunggu ini dari tadi." Pak Harto mempersilahkan.

"Saya sudah mengetahui siapa yang memasukkan racun ke makanan bapak," ucap Aria. Pak Harto hanya tersenyum mendengar hal tersebut.

"Mari kita teliti lagi. Kemarin pagi ketika pak Harto ingin berangkat ke sekolah, pak Harto merasa badannya tak bisa digerakkan. Begitu juga tadi pagi. Tapi anehnya saat malam tiba, pak Harto berangsur-angsur sehat, benar begitu pak?" tanya Aria. Pak Harto hanya mengangguk setuju.

"Kemudian menurut bu.., bu siapa namanya?" Aria bertanya pelan ke perempuan yang tadi menyambut kami.

"Bu Eti," ujar perempuan tersebut.

"Ya, menurut bu Eti, ada seorang yang memasukkan sebuah obat yang membuat seseorang tak dapat meggerakkan badannya, ke makanan pak Harto. Tapi setelah saya telusuri, obat tersebut bukan dimasukkan ke makanan pak Harto. Melainkan dimasukkan ke minuman pak Harto. Kemudian setelah di telusuri lagi, ada tiga orang yang pergi ke tempat minum sebelum pak Harto minum. Mereka adalah pak Sugi, pak Ari dan bu Ika." Aria melanjutkan.

"Lalu ketika saya bertanya pada mereka, saya langsung tahu, siapa pelaku yang memasukkan obat tersebut. Pelaku tersebut adalah seseorang di antara mereka bertiga." Aria menarik napas sebelum melanjutkan kata-katanya.

"Pak Ari, andalah pelakunya." Aria menatap tajam pada pak Ari. Pak Ari terlihat sangat tenang mendengar perkataan Aria seperti sudah menduga kalau Aria akan berkata seperti itu.

"Coba kamu jelaskan mengapa saya dituduh sebagai pelaku. Bukankah bu Eti lebih pantas dicurigai daripada saya. Dia kan yang bertugas mengurusi makanan." Pak Ari tetap tenang seperti sebelumnya.

"Dia memang punya banyak kesempatan untuk memasukkan obat tersebut ke makanan pak Harto, tapi dia bukan pelakunya. Karena makanan pak Harto sama dengan makanan yang lain. Jadi jika dia memasukkan obat tersebut sembarangan, bisa-bisa orang lain yang kena imbasnya." Aria menjelaskan.

"Bagaimana jika tujuannya adalah acak?" tanya pak Ari.

"Itu tidak mungkin, karena pak Harto kena dalam dua hari berturut-turut." Aria menjawab santai.

"Bagaimana jika dia tahu kebiasaan tuan. Sehingga dia tahu bagian mana yang akan diambil tuan?" tanya pak Ari lagi.

"Itu juga tidak mungkin. Karena bu Eti tidak tahu kebiasaan pak Harto. Buktinya saat kami bertanya padanya, dia menjawab tidak tahu." Aria menjawab dengan mantap.

"Bagaimana kamu bisa menyimpulkan kalau obat tersebut berada di minuman, bukan di makanan. Padahal, kamu belum tahu secara asti obatnya seperti apa." Pak Ari kembali mengelak.

The Silent MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang