Chapter 18

7.1K 407 1
                                    

Ali menunggu Prilly didepan ruang ICU dengan perasaan yang tak menentu. Antara sedih, khawatir, takut, semua perasaan yang ada serasa bercampur didalam hatinya. Pikirannya sangat kacau bahkan penampilannya terlihat lusuh. Ali sudah memberi kabar pada pihak keluarga Prilly bahwa gadisnya itu mengalami kecelakaan. Ali terlihat makin gusar saat Dokter tak kunjung keluar dari ruangan yang saat ini membuat Ali sangat benci, karena diruangan itu sekarang gadisnya terbujur lemas.

Ali menyandarkan tubuhnya pada tembok sebelah pintu ICU dan memejamkan matanya erat, seolah meyakinkan bahwa yang dialaminya sekarang hanyalah mimpi. Namun nihil! Semua tetap sama saat ia membuka matanya. Ali menundukan kepalanya lemas. Hingga tak lama ada seseorang yang menepuk bahunya pelan. Ali mendongak dan mendapati Ayah Prilly sudah berada dihadapannya dengan wajah yang tak kalah cemasnya dengan Ali.

Om Rizal membawa Ali untuk duduk dikursi yangg ada didepan ruang ICU. Tante Uly pun hanya mampu mengikuti kedua lelaki itu dengan wajah sedihnya, bagaimana tak sedih ataupun menangis. Dia yang mengandung dan melahirkan dengan taruhan nyawa, bahkan membesarkan anak gadis semata wayangnya dengan penuh kasih sayang. Dan sekarang, kenyataan ini seolah membuat setengah jiwanya melemah.

Mengalunlah cerita Ali dengan sangat detail. Om Rizal maupun Tante Uly juga tak dapat menyalahkan Ali karena memang lelaki itu tak bersalah apa-apa, justru dia yang menyelamatkan putrinya dengan membawanya ke rumah sakit.

Dokter dan beberapa perawat keluar dari ruangan itu. Tiga orang yang sedari tadi terduduk lemah langsung bangkit menghampiri Dokter dengan name tag Dr.Risa itu.

"Bagaimana keadaan anak saya Dok?" Om Rizal langsung mengajukan pertanyaan.

"Untuk saat ini saya masih belum bisa memastikan keadaannya, mengingat benturan dikepala yang cukup kuat itu sepertinya mengakibatkan sesuatu yang tidak baik, tapi saya ingin memastikannya dulu lebih lanjut lewat beberapa tes besok pagi. Berdoa saja, saya yakin gadis yang berada didalam ruangan itu cukup kuat," ujarnya diakhiri dengan senyuman.

"Apa boleh dijenguk Dok?" pertanyaan dari Ali hanya dijawab dengan anggukan kecil dari Dr.Risa, "tapi jangan ganggu ketenangannya didalam ruangan, kalau bisa satu persatu yang masuk dan gunakan baju yang sudah disediakan," jelasnya. Ali mengangguk paham.

Ali menatap kedua orang tua Prilly. "Boleh Ali dulu yang masuk?" tanyanya sangat hati-hati.

"Masuklah, jaga Prilly. Om dan Tante juga ingin menanyakan keadaan Prilly dulu lebih detail." Tante Uly menjawab dengan wajah yang tetap sedih, tapi mampu memberikan sedikit senyum pada Ali. Senyum yang terlihat dipaksakan.

Ali tersenyum dan melangkah memasuki ruang ICU itu, tak lupa memakai baju steril yang tadi dikatakan oleh Dr.Risa. Saat membuka pintu ruangan itu Ali sudah melihat seorang gadis yang terbaring lemas di ranjang rumah sakit dengan selang infus yang terpasang rapi ditangan mulusnya, beberapa perban di kepala maupun tangannya, ditambah selang ogsigen yang bertengger dihidung mancungnya. Ali melangkah dengan kekuatan kecil yang dimilikinya. Sungguh, melihat orang yang dicintai dengan keadaan seperti ini begitu menyedihkan bagi Ali. Membuat hatinya terasa nyeri.

Ali mendekati ranjang Prilly. Mulai duduk ditempat yang telah disediakan disamping ranjangnya. Ali mengarahkan tangannya untuk sekedar menggenggam tangan gadisnya itu. Ali memandang keadaan Prilly dengan sangat sedih. Bayangkan jika kalian ada diposisi Ali bagaimana perasaanmu? Dada pasti terasa sangat sesak bukan menghadapi kenyataan pahit seperti itu? Tapi jika sudah takdir siapa yang bisa mengelak? Semua harus dijalani dengan ikhlas meskipun goresan dihati pasti akan selalu ada. Percaya saja jika tuhan tak akan memberi cobaan jika tak ada jalan keluarnya. Mungkin itu lebih baik.

"Kamu harus segera bangun, sayang. Kamu pasti kuat kan? Kamu harus tepatin omongan kamu kalo kamu gak akan pergi dari hatiku maupun kehidupaku. Aku butuh kamu!" Ali mengecup dinding tangan Prilly dan menempelkan tangan itu dipipinya. Dipejamkan matanya saat kulit tangan yang terasa dingin itu mendarat dipipinya.

Tak sanggup untuk lebih lama disana karena akan membuat dadanya terasa lebih sesak, Ali berdiri dari duduknya dan mengecup dahi Prilly sayang lalu membisikan sesuatu pada gadis yang sedari tadi tak merespon apapun yang Ali lakukan ataupun bicarakan.

"Fighting! Kamu pasti akan kembali secepatnya Prill." Setelah membisikan kata-kata penyemangat itu Ali melangkah keluar ruangan dengan sisa tenaga yang terasa tinggal sedikit. Jika diibaratkan dengan handphone mungkin sekarang dia sedang lowbatt.

Diluar ruangan Ali melihat Om Rizal dan Tante Uly yang berjalan beriringan, mungkin habis dari ruang Dokter.

"Gimana Om keadaan Prilly? Parah nggak Om? Maafin Ali karena Ali gak bisa jaga Prilly," ucapnya lirih. Om Rizal hanya menggelang dan menepuk pundak Ali.

"Kamu gak salah kok Li, ini udah takdir. Om percaya kamu bisa jaga Prilly, kamu cinta kan sama Prilly? Sayang kan?" Ali hanya mengangguk mengiyakan, "kalo kamu sayang dan cinta sama putri Om, kamu jangan kaya gini ya. Lihat penampilan kamu." Ali langsung melihat kebawah, melihat seragam sekolah yang sangat lusuh dan terdapat beberapa darah yang sudah mengering, ditambah rambut yang acak-acakan karena merasa sedikit pusing memikirkan gadisnya. "Ali pulang dulu ya, nanti orang tua kamu nyariin loh. Biar Om sama Tante yang jaga Prilly. Kamu tenang aja."

Raut wajah Ali terlihat sedikit sedih. Ia ingin sekali menjaga gadisnya, tapi yang dikatakan Ayah Prilly ada benarnya juga, Ali sudah terlihat sangat kacau. Mungkin jika ia membersihkan diri dan mengistirahatkan pikiran maupun badannya yang terasa sangat lelah akan membuatnya lebih fresh besok.

"Yaudah Ali pulang ya Om, Tante. Besok Ali kesini lagi sepulang sekolah. Assalamualikum." Ali pamit pada kedua orang tua Prilly dan mencium tangan keduanya sopan. Ayah dan Bunda Prilly hanya tersenyum menanggapi sikap Ali.

"Hati-hati Li," pesan Tante Uly sebelum Ali meninggalkan mereka. Ali lagi-lagi hanya mengangguk.

Di koridor rumah sakit, Ali berjalan sangat pelan dan tak jarang orang-orang memperhatikannya. Bagaimana tidak?! Lihatlah penampilan Ali saat ini. Jika kalian melihat itu mungkin kalian juga akan memperhatikannya.

--SWM--

Seperti perkataannya kemarin bahwa pulang sekolah ia akan menjenguk gadisnya kembali. Sekarang Ali sudah berada disalah satu ruangan VVIP. Ya, Prilly sudah dipindahkan diruang rawat. Ali terlebih dahulu memberi senyum pada Tante Uly yang menunggu Prilly, Om Rizal mungkin sedang bekerja. Makannya ruangan itu hanya dihuni oleh dua orang perempuan sebelum Ali datang.

Ali berjalan ke samping ranjang Prilly dan menaruh sebucket bunga yang tadi sempat dibelinya dimeja samping ranjang itu. Ali mulai memfokuskan pandangannya pada Prilly. Gadis yang sudah mengisi hatinya beberapa hari belakangan ini, dan langsung membuatnya merasakan cinta yang sesungguhnya. Gadis yang sekarang membuatnya terlihat lemah.

Saat Ali sedang memperhatikan Prilly lekat tiba-tiba. "Li Tante titip Prilly bentar ya, Tante mau ke kantin dulu. Kamu udah makan siang?"

"Iya Tan. Ali udah makan siang kok." Ali menjawab dengan sopan dan mengalihkan pandangannya sebentar ke Tante Uly. Perempuan itu keluar dari ruang rawat Prilly menuju kantin.

Ali duduk dikursi samping ranjang Prilly. Mungkin pekerjaannya sekarang hanya mampu menunggu, menunggu, dan menunggu. Menunggu gadisnya bangun dan kembali menjadi salah satu alasannya untuk bahagia. Satu hari saja melihat gadis yang dicintainya dengan keadaan seperti ini membuat semangat Ali menurun drastis.

"Aku kangen kamu, Prill," kata Ali lirih sambil menautkan jari tangannya dengan jari tangan Prilly. Ditautkannya erat jari itu, meskipun tak mendapatkan balasan tapi Ali tetap menggenggamnya dengan perasaan yang campur aduk.

Ingat! Tak ada kata lebay atau terlalu berlebihan dalam cinta, karena semua yang digunakan dalam urusan perasaan adalah hati. Jika hati sudah menentukan pilihannya mampukah seseorang menolak pilihan itu? sekalipun dengan logika, tapi jika hatimu memilih dengan tulus maka logikapun tak akan menghalangi pilihannya.

--SWM--

Update-nya cepet kan? biasanya seminggu sekali kadang ampe lebih :v

How with this chapter? gak dapet ya feel-nya yak? kasih comment dong buat chap ini, gue pengen tau BAHAKAAKS maapin dah, ane emang kagak bisa bikin orang baper-baper *apasih*

Tinggalin jejak ye ;) Typo? sorry.



Stay With Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang