Ali yang minta untuk mengantarkan Prilly pulang pun bertemu dengan Bunda Uly. Saat Prilly disuruh masuk ke dalam kamarnya Ali dan Bunda Uly sedikit mengobrol.
"Ali? Lama ya Tante gak liat kamu," kata wanita setengah baya itu sambil memperhatikan Ali.
"Iya, Tan," balas Ali sedikit canggung, entahlah rasanya sedikit aneh saat lama tak bertemu lalu bertatap muka bahkan mengobrol kembali.
"Tante bikinin minum bentar ya, Li."
"Eh, gak usah repot-repot Tante." Bunda Uly yang ingin melangkah pun mengurungkan niatnya. "Ali mau nanya sesuatu deh."
"Pasti soal Prilly ya?" tanyanya balik seolah tahu apa yang ada dipikiran Ali.
"Iya. Boleh Ali tau, Prilly sebenernya kenapa?"
"Prilly kena Traumatic Amnesia, Li," jelasnya.
*) FYI : Traumatic Amnesia adalah amnesia yang terjadi ketika ada kekerasan pada bagian kepala baik karena kecelakaan kendaraan ataupun karena mengalami pukulan benda keras di kepala mereka.
Memori dapat kembali normal namun hal ini tergantung pada seberapa parah kerusakan otak. Dalam beberapa kasus, orang dapat koma dan kehilangan kesadaran secara tiba-tiba."Dan sampai satu tahun ini Prilly belum inget semua memori otaknya, Tan?"
"Belum, Li. Itu juga salah satu alasan kita sedikit bingung sama keadaan dia. Tapi kalo menurut penjelasan dokter sih kerusakan otaknya lumayan parah waktu dia pertama kali bangun dari koma dulu," katanya panjang lebar.
Ali hanya mendesah kecewa mendengar penjelasan Bunda Uly. Ali berjanji akan membatu Prilly mengembalikan seluruh memori otaknya.
Saat Ali melamun, Bunda Uly kembali berkata. "Jangan salahin Prilly ya, Li karena dia lupa sama hubungan kalian." Ali mengangguk patuh.
Dia tak mungkin menyalahkan gadisnya bukan? Ini murni memang takdir yang membuatnya melupakan Ali. Bagi Ali yang terpenting cuma satu, Prilly selalu bersamanya.
Prilly kembali turun kebawah setelah membersihkan badan dan berganti pakainan, tepat saat obrolan Ali dan Bundanya selesai.
Wajahnya terlihat lebih fresh ditambah dengan pakaian rumahan yang sederhana tapi tetap saja tak menghilangkan kecantikannya.
"Bunda ke dapur dulu, temenin Ali, Prill!" suruhnya saat akan melangkah menuju dapur. Prilly pun berjalan ke arah Ali dan duduk disampingnya.
"Satu fakta baru nih yang gue tahu. Lo deket juga sama Bunda," ricaunya semangat.
"Iyaaa." Satu kata yang dapat Ali jadikan sebagai jawaban.
"Li, bisa gak lo ceritain kejadian-kejadian apa gitu yang pernah kita alami." Prilly memandang Ali dalam seolah lelaki itu bisa membantunya mengembalikan memori otaknya.
"Oke! Mulai dari mana dulu nih?"
"Pertama kita ketemu deh," jawab Prilly penasaran.
"Gue dulu murid baru di sekolah lo waktu SMA. Awalnya tuh kita saling gak suka tapi lama kelamaan ada rasa nyaman saat gue bareng sama lo dan kita memutuskan untuk berdamai dengan mulai menjadi sahabat." Ali berusaha meminimkan tingkat kegugupannya. Sebenarnya ada sedikit rasa khawatir bila Prilly coba mengingat dengan keras.
"Terusin lagi dong, Li." Ali hanya menghembuskan napasnya kasar, ia sedikit menunduk hingga matanya baru melihat benda kecil yang menghiasi leher Prilly. Kalung itu masih ada!
"Ehmm... gimana yak jelasinnya, gue bingung, Prill."
"Ngapain bingung sih? Udah ceritain aja," ucapnya memandang Ali dengan tatapan memohon.
"Gak lama kita sahabatan gue punya perasaan aneh ke lo! Perasaan cin--cinta." Lagi-lagi Ali menghembuskan napasnya, "sampe suatu hari gue nyatain perasaan itu, kita ngejalanin komitem sebagai sepasang kekasih," jelasnya lirih memandang Prilly dengan tatapan bingung ketika gadis itu merintih dan memegangi kepalanya.
Ali membawa Prilly kedalam pelukan ternyamannya. Mengelus kepala Prilly dengan khawatir.
"Jangan dipaksain buat inget, sayang!" nada suara Ali melembut.
"Ahww...," rintih Prilly membuat Ali makin khawatir. "Sa-kit." Ali mencium pucuk kepalanya. Kasihan melihat Prilly seperti ini.
"Maafin aku, kalo kamu emang belum inget masa lalu kita gapapa kok. Biarin aja aku usaha buat bikin kisah tentang kita dimemori kamu yang baru. Biarin kita ngukir cerita lagi." Ali berkata dengan suara yang melemah.
Prilly sudah sedikit tenang, sakit yang mendera dikepalanya berangsur menghilang. Entahlah, saat berusaha mengingat dari cerita Ali kepalanya kembali berdenyut. Tanpa obat rasa sakitnya bisa menghilang meskipun tak total, apa karena Ali? Rasa nyaman dalam pelukan ini kembali ia dapatkan.
"Lo bisa bantu gue buat inget itu lebih dalam lagi, Li?"
"Nggak, Prill! Aku gak mau kamu ngerasa sakit," katanya tak terbantahkan.
"Tapi gue pengen balikin memori otak lagi, Li. Dan gue kira banyak tentang lo yang gue lupain."
"Tapi, Prill--" belum sempat ucapan itu selesai, Prilly sudah menyelanya lebih dulu. "Enggak, Li. Gue bener-bener pengen tau tentang lo apalagi tentang kita!" Prilly benar-benar sudah penasaran.
"Kalo itu mau kamu aku coba bantu." Ali kembali memeluk tubuh mungil itu erat.
"Rasa nyaman ini selalu ada saat lo meluk gue. Coba lo bantu gue bukan cuma dengan cerita, coba pake tindakan dan kenangan-kenangan kita dulu." Ali sedikit tersenyum mendengar pernyataan Prilly. Ia mengangguk-anggukan kepalanya sebagai respon.
"Badan lo wangi juga," ujar Prilly yang diakhiri kekehan kecil.
"Iya lah, ntar kalo gak wangi gak ada cewek yang mau sama gue dong." Ali mencoba mencairkan suasana agar Prilly lebih nyaman saat bersamanya.
"Dih, pede lo!" Prilly melepaskan diri dari pelukan Ali saat Bundanya datang dan membawakan minuman serta beberapa camilan.
Bunda Uly yang melihat putrinya lebih ceria itu hanya mampu tersenyum.
Ali dan Prilly kembali bercanda tawa menghilangkan canggung yang digantikan dengan rasa nyaman.
Tuhan, jangan pisahkan dua manusia yang kembali berbahagia ini. Semoga akhir kisah mereka esok lebih membahagiakan dari ini.
--SWM--
Puasa gini kuker bett gue, semoga selalu dapet mood buat nulis biar cepet kelar ceritanya ehehe😄
Votmment buat chapt yang ini manaa? Cusss tekan tanda bintang dipojok kiri bawah lahhh :"v kalo mau comment/saran leh ughaa AHAHAA
See you next chapt!

KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me
Fanfiction[COMPLETED] Kamu yang membuatku berubah dalam sesaat tapi kamu juga yang membuatku kembali saat kamu pergi dariku. (Tulisan pertama, maafin kalo ancur pake banget, ide cerita sangat mainstream) Tinggalin jejak yak❤