Prilly POV
Entah kenapa, pagi ini gue kaya punya perasaan gak enak, ada apa sebenarnya? Gue coba menghilangkan pikiran negatif itu dan berangkat menuju sekolah. Saat keluar dari pintu utama gue lihat Ali yang kayanya mau mengetuk pintu tapi gak jadi setelah lihat gue keluar.
"Loh, kok kamu disini?"
"Aku mau berangkat sama Princess-nya Ali nih, Princess mana ya?" wah mau ngelucu nih anak. Dasar!
"Jayus lo." Gue sentil dahinya pelan, Ali mengelus dahinya.
"Udah ah, ayo berangkat." Dia gandeng tangan gue menuju motornya. Iya, motor. Tumben juga dia pake motor, gak ngerti lah gue.
Sepanjang jalan menuju sekolah gue yang berada diboncengan Ali cuma diem aja pegangan dibahunya. Sampai tiba-tiba Ali mengerem dadak motornya, gue yang refleks langsung peluk pinggangnya. Apa ini sebagian dari cara modus?
"Sorry, tadi ada kucing lewat." Dia ngomong sambil noleh dikit kebelakang.
"Kucing lewat apa modus?" gue ngomong rada keras kerena Ali udah jalanin motornya cukup kencang, jadi suara gue harus beradu sama kencangnya angin ditambah dia pakai helm.
"Modus sama pacar sendiri juga."
"Yeee!" gue pukul bahunya dari belakang, pelan. Kalo keras ntarr jatoh kan gak lucu, "tanpa modus kalo mau juga aku peluk kok." Gue peluk lagi pinggangnya sambil menahan senyum malu. Ali mengelus tangan gue yang ada diperutnya dengan tangan kirinya. Oh god!
"Udah gak usah malu-malu segala. Gini doang juga." Ali yang dulu dingin kemana sih? Kenapa sekarang berubah seratus delapan puluh derajat gini. Pipi gue rasanya makin panas nih. Aduh, gak ada kompor kan ya dipipi gue(?)
"Apasih," jawab gue singkat. Ali mulai jauhin tangannya yang daritadi ngelus tangan gue jadi keposisi awalnya. Gue rasa dia makin ngebut aja bawanya.
Saat udah mendekati wilayah sekolah gue lepasin pelukan itu. Malu kali kalo dilihatin anak-anak, nanti bisa jadi bahan ledekan dong. Turun dari motor. Ali langsung menautkan jarinya dengan jari gue. Di kelas kita berdua dapet beberapa ledekan.
"Eh, couple baru. Dateng-dateng lengket amat." Gritte membuka ledekan.
"Cieee jadian suitt suit," timpal teman lain.
"Apasih lo pada," kata gue. Ali makin meremas tangan gue yang ada digenggamannya.
"Udah guys, sohib gue jangan diledekin terus." Yaelah, kan yang tadi bikin gue diledek dia-_- Gritte menghampiri gue sama Ali, "longlast, jangan sampe lo ngecewain sahabat gue Li." Dia menepuk pundak Ali dan direspon anggukan kepala sama cowok yang dulu sering gue sebut beruang kutub itu.
"Pasti," balas Ali mantap lalu melirik gue. Emang anak-anak baru tahu sekarang kalau gue sama Ali udah taken, entah darimana mereka taunya. Bukan urusan gue juga.
Pelajaran pun dimulai dan kebetulan sekarang waktunya jam olahraga, semua anak murid kelas gue berbondong-bondong ke lapangan. Emang semuanya paling semangat kalau pelajaran olahraga, katanya sih enak gak pake mikir terus di lapangan juga dianggep kaya mainan aja meskipun lagi praktik-.-
Masa-masa SMA gini mah paling beda. Semua lagi dibuat se-happy-happynya. Apalagi kelas 12 yang mau UN terus nanti waktu kuliah kan pasti mikirin tugas ini itu, makannya waktu masih SMA semua gak akan disia-siain, apalagi kalau bisa ngukir suatu moment yang berharga. Kenangan tersendiri kan yang gak tahu masih bisa dirasain apa nggak dibangku perkuliahan.
--SWM--
Sepulang sekolah gue masih bareng sama Ali. Gue ajakin dia ke salah satu kedai ice cream. Sampai disana gue langsung memesan yang gue inginkan. Ali juga memesan.
Kita sama-sama menikmati ice cream kami masing-masing tak jarang juga saling bertukar rasa ice cream. Seperti saat ini, gue menyendokan ice cream gue dan menyuapkannya ke Ali, dia menerima suapan itu sambil tersenyum manis. Bisa-bisa ice cream kalah manisnya sama senyum dia. Duh apa sih gue!
Gue seolah lupa sama perasaan gak enak yang daritadi pagi menghinggap dipikiran gue saat bersama Ali. Ali emang mengalihkan perhatianku!
Setelah menghabiskan itu, tak lupa membayarnya. Kita bergegas pulang, lebih tepatnya Ali ngenterin gue dulu :v
"Bentar aku ambil motor dulu, kamu jangan kemana mana." Dia mengelus pucuk kepala gue sayang.
"Iya." Gue ngasih satu senyuman termanis ke Ali.
Ali mengambil motornya, gue yang berdiri gak jauh dari motor Ali diparkir melihat sekitar, diseberang kadai ini ada beberapa rumah, tiba-tiba pandangan gue jatuh ke anak kecil yang lagi ditengah jalan buat ambil bola yang kelempar disana. Gue senyum kecil lihat tingkah anak kecil kaya gitu, tapi seketika senyum gue hilang saat lihat adek kecil itu masih berjongkok sambil kesusahan mengambil bola itu dengan tangan mungilnya dan dari arah jalanan yang tadi sepi mendadak ada satu truk. Gue yang kaget ngelihat itu tanpa ngomong apa-apa langsung ninggalin Ali yang lagi ngambil motornya.
Gue berlari secepat mungkin.
"Awasss!" gue sempat denger teriakan Ali.
Saat udah disana gue langsung dorong adik kecil yang udah ngambil bolanya tapi masih tetap berdiri disitu tanpa memperhatikan ada truk yang hampir dekat dengan dia. Tapi entah kenapa gue tetap pada posisi itu. hingga...
Cittt! Brakk!!!
Gue lihat Ali mendekat kearah gue yang udah terkapar dengan kesadaran yang minim. Kepala gue rasanya berat banget, kayanya tadi kena benturan sama kepala truk itu cukup keras. Gue sempat tersenyum ke arah Ali. Hingga akhirnya saat wajah Ali udah berada tepat didepan wajah gue. Gue kehilangan kesadaran sepenuhnya. Semuanya gelap seketika.
Ali POV
Saat gue udah ngeluarin motor dari apitan beberapa motor lain yang berjajar, gue menoleh ke arah Prilly tadi berdiri. Gak ada. Gue lihat sekeliling, betapa kagetnya gue saat lihat dia yang udah ditengah jalan sama seorang anak kecil.
"Awasss!" tanpa sadar gue teriak kaya gitu waktu liat Prilly dorong anak kecil itu tapi dirinya sendiri gak sempat minggir sampai akhirnya suara yang cukup nyaring terdengar.
Gue langsung lari ke TKP dengan kaki yang terasa lemas, gue sempat lihat senyum terakhir dari dia sebelum matanya tertutup sempurna. Apalagi ini? Aku baru merasa mandapatkan bahagia yang sesungguhnya tapi kenapa sekarang luka itu mulai menggores hatiku lagi. Prilly, gadis yang telah merubah kehidupanku sekarang, didepan mataku sendiri. Terkapar dengan darah yang tak henti mengalir dari kepalanya bahkan dibeberapa bagian tubuhnya yang tergores karena menyentuh aspal jalanan ini.
Banyak orang ataupun warga sekitar yang mengerubungi Prilly, gue minta tolong ke beberapa orang untuk membantuku mengangkat Prilly yang sudah tak sadarkan diri ke dalam taksi karena gue tadi pakai motor. Untungnya ada taksi yang kebetulan lewat. Gue gak peduli lagi sama baju seragam gue yang kotor karena kena darah yang terus keluar dari kepala Prilly. Gue juga gak peduli kalau kursi taksi ini bakal kotor kena darah Prilly dan gue disuruh bayar buat ganti rugi. Gue gak peduli. Yang gue peduliin sekarang cuma satu, Prilly! meskipun baru beberapa hari ini dia mengisi tempat yang kosong dihati gue, tapi dia spesial buat gue.
Dengan perasaan tak menentu gue memangku kepala Prilly dan menatapnya dengan tatapan... terluka mungkin(?) sopir taksi ini gue suruh buat lebih cepat lagi, gue gak mau kalo sampai gadis yang udah merebut cinta gue ini terlambat dapat pertolongan.
Sampai di rumah sakit gue langsung bayar taksi itu dan gendong Prilly sambil berlarian nyari suster buat bantu gue. Perasaan gue mulai ada ketakutan yang mendalam. Hati gue terasa gak tenang.
'Semoga kamu pegang ucapan kamu bahwa kamu gak akan pergi dari hatiku. Stay With Me, Prill!' batin gue berteriak dengan perasaan tak menentu.
--SWM--
Dapet gak nih feel-nya? nggak? yaudah. AHAHAA gak ahli bikin ginian :v gak ada yang baperr kan? amann dong yak berarti!! wkakaak
Oke, tinggalin jejak ya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me
Hayran Kurgu[COMPLETED] Kamu yang membuatku berubah dalam sesaat tapi kamu juga yang membuatku kembali saat kamu pergi dariku. (Tulisan pertama, maafin kalo ancur pake banget, ide cerita sangat mainstream) Tinggalin jejak yak❤