Ali terkadang sedikit bingung saat mengajak Prilly untuk mengobrol, kadang kala mereka bisa nyaman untuk berbicara berdua tapi kadang pula Prilly selalu gagal paham dengan pembicaraan Ali. Sebenarnya ini sering terjadi pada penderita amnesia. Kerusakan pada otak sedikit mengganggu pemahaman komunikasinya.
Jika diingatkan tentang masa lalu Prilly merasakan de javu meskipun sulit mengingat, tapi jika Ali mengajaknya melakukan hal baru dia juga akan sedikit sulit menghadapinya, Prilly akan meminta penjelasan pada Ali beberapa kali baru dia bisa mencerna hal baru itu.
Beberapa minggu ini Ali mendapat rutinitas baru setiap pagi yaitu menjemput Prilly agar pergi bersamanya menuju kampus.
Prilly yang memasuki mobil Ali terlihat sangat ceria hingga membuat Ali sedikit bingung melihat kelakuannya.
'Ini sifat Prilly sebelum amnesia. Apa Prilly yang dulu udah kembali.' Ali hanya mampu menerka-nerka dalam batinnya.
"Jalan! Kok kamu malah bengong sih?" ucap Prilly saat akan memakai seat beltnya. Diurungkannya niat itu ketika melihat ekspresi bingung Ali.
"Eh? Kamu?" Ali menangkap sebuah perbedaan dari cara bicara Prilly. Gadis disampingnya itu hanya menganggukan kepalanya.
"Kenapa? Ada yang salah kalo pake aku-kamu?" Ali menggeleng cepat.
"Nggak sih, tapi beda aja."
'Gak bisa bo'ong lama-lama nih gue," batin Prilly. Senyum kecil menghiasi wajahnya.
"Prill," tegur Ali saat melihat Prilly melamun.
"Aliiii kangen," pekiknya tiba-tiba yang membuat Ali makin bingung.
Saat Prilly memeluknya erat Ali tak bergeming masih bingung dengan keadaan ini.
"Prillynya kamu udah kembali, Li," jelas Prilly agar Ali tak bingung lagi.
Lelaki itu perlahan melepaskan pelukan diantara mereka. Mengelus pipi chubby Prilly lembut. "Kamu kembali, princess?" Ali bertanya memastikan pendengarannya. Prilly mengangguk senang.
"I'm back, prince!"
"Oh god! I miss you! Kangen banget sama Prilly yang kaya gini." Ali kembali memeluk Prilly dengan perasaan yang amat senang karena gadisnya itu kembali, kembali menjadi pribadinya sendiri.
"Udah nyampe sayang," ujar Ali sambil menepuk pipi Prilly pelan. Lamunan gadis itu tentang kebahagiaan Ali beberapa minggu yang lalu langsung buyar.
"Ah, iya." Prilly melepskan seat beltnya.
"Mikirin apa sih?" tanya Ali mengelus pucuk kepala Prilly sayang.
"Nggak, bukan apa-apa kok. Cuma keinget waktu aku ngasih tau kamu aja kalo aku kembali, di situ kamu seneng banget ya," ucap Prilly menatap mata tajam yang meneduhkan itu.
"Kamu tau gak waktu itu perasaanku gimana?" Prilly menggeleng. "Kalo ada kata yang lebih dari definisi bahagia mungkin kata itu yang aku pake buat ngungkapin perasaanku saat itu," jelas Ali sambil menampilkan senyumnya.
"Sebegitunya?" tanya Prilly yang dibalas anggukan kecil Ali.
"Yaudah masuk yuk, masa di dalem mobil terus sih," kata Ali sambil sedikit terkekeh.
--SWM--
Hari terus berlalu di gantikan dengan minggu, minggu di gantikan bulan hingga bulan di gantikan tahun. Tak terasa sudah dua tahun hubungan Ali dan Prilly. Satu tahunnya dilalui dengan LDR karena keadaan yang memaksa mereka, Prilly di Singapura untuk berobat dan Ali tetap di Indonesia.
Kuliah mereka bertambah dua semester dalam satu tahun ini. Mereka sudah sampai setengah jalan, sedikit lagi kesuksesan akan menjemputnya.
"Prill aku mau ngomong sesuatu deh," seru Ali saat mereka sedang duduk di salah satu kursi cafe.
"Ngomong aja." Prilly masih santai sambil meminum mocha frappucchino-nya.
"Mau gak kalo hubungan kita lebih di seriusin?"
"Maksudnya?" Prilly mengalihkan pandangannya dari wipped cream yang sedang ia makan. Raut wajahnya terlihat sedang serius sama seperti Ali.
"Ya, ehmm--kita melangkah lagi ke jenjang yang lebih serius. Aku mau tunangan sama kamu," ucap Ali sedikit gugup.
"Apa gak kecepetan, prince?"
"Kalo menurut aku sih enggak. Kalo kamu ya gak tau lagi, siap gak?"
"Aku pikirin dulu ya, sehari aja. Aku harap apapun keputusanku gak bikin kamu kecewa."
Ali yang memahami akan itu hanya tersenyum manis. Tangannya menggapai tangan Prilly hingga punggung tangan gadis itu tersentuh bibirnya, Ali mengecupnya lembut membuat perasaan Prilly menghangat.
"Kamu bawa ini dulu deh," suruh Ali saat sudah memperlihatkan kotak kecil yang berisi cincin.
"Oke! Tungguin ya jawabannya hehee jangan deg-degan loh," goda Prilly diiringi tawanya.
"I will be waiting for you, princess!"
--SWM--
Di dalam kamar Prilly masih bingung menikirkan ucapan Ali yang selalu terngiang di benaknya.
Prilly menyandarkan badannya di headboard ranjangnya. Matanya selalu menatap kotak kecil yang ada di genggamannya.
Dia gelisah. Jawaban apa yang tepat? Prilly memutar-mutar sisi dari kotak cincin yang tadi di berikan Ali. Perlahan di bukanya kotak itu. Cincin indah dengan beberapa taburan permata yang membuatnya makin terlihat wow. Diambilnya cincin itu lalu di putar dan di lihatnya dengan bingung.
"Gimana ya?"
Prilly memasukkan cincin itu lagi ke kotaknya lalu dia taruh di atas nakas. Gadis itu menurunkan badannya ke bawah lalu menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.
Sungguh dia bimbang! Bukan karena apa-apa tapi entah pikirannya bercabang kemana-mana. Bukannya Prilly tak mau untuk menaikkan level hubungannya dengan Ali satu tingkat, Prilly sangat ingin itu. Tapi ia masih merasa kurang siap.
Terima.
Enggak.
Terima.
Enggak.
Terima.
Enggak.
--SWM--
Iyaa gue tau ini pendek banget😂 i'm so sorry!
Prilly nerima gak ya? Kalo gak nerima Ali mending tunangannya sama gue ae dah😂
Pendek-pendek gini votmmentnya masih tetep jalan kan! Cuss votmment dah...

KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me
Fanfiction[COMPLETED] Kamu yang membuatku berubah dalam sesaat tapi kamu juga yang membuatku kembali saat kamu pergi dariku. (Tulisan pertama, maafin kalo ancur pake banget, ide cerita sangat mainstream) Tinggalin jejak yak❤