First: Enemy!

2K 107 76
                                    

.
.
.
.
"Ck! Ini kelas gue dimana coba? Yailah, ngeselin banget dah!" decak gadis itu dengan kesal.

Berulang kali rambut pony tailnya bergoyang pelan ke kanan ke kiri saat matanya sibuk menelusuri setiap inchi bangunan itu.

Tampak banyak sekali siswa dan siswi dari berbagai sekolah. Tentu saja mereka ada yang sudah saling mengenal dan ada pula yang belum kenal sama sekali.

Dandanan mereka masih polos-polosnya. Ya iyalah. Ini baru hari pertama mereka menginjakkan kaki di kelas masing-masing dan baru beberapa hari resmi menyandang badge class 'X'.

Tunggu saja beberapa hari lagi, akan ada perubahan drastis dari para penghuni baru bangunan ini. Berlomba-lomba menjadi murid paling hits se-sekolahan.

Sontak, gadis itu terjingkat kaget. Yang benar saja, bel masuk sudah berbunyi!

"Duh! Mampus gue!" Paniknya sembari menepuk dahi dengan keras.

Langsung saja gadis itu berlari berkeliling deretan siswa kelas 10 yang sedang berbaris. Untungnya, dia sempat melihat beberapa temannya waktu SMP yang kebetulan sekelas dengannya.

"Akhirnya, gue sampe juga!" Celetuknya.

Baru beberapa langkah menuju pintu masuk, gadis itu melihat seorang guru alias wali kelasnya sudah berada di depan pintu.

"Hei, kamu!" telunjuk guru itu menunjuk ke arah lawan bicaranya dengan tatapan membunuh pula.

"Saya, bu?" Tanyanya polos.

"Iyaaa, kamuuu. Ya ampun. Ini jam berapa?!" Nadanya mulai meninggi. Tampak guru itu sudah naik darah.

"Jam 7 pagi, bu. Hehe,"

"Kamu ini ya! Saya tanya serius!"

"Lah? Saya juga serius kali, bu. Emang keliatan bercandanya ya, bu?"

"Hhhh.. kamu ini! Cepat masuk kelas! Untung kamu cuma telat 1 menit! Kalau tidak, kamu bakal saya hukum!"

"Hehehe iya iya, bu. Maafin saya ya, bu. Saya khilaf. Tadi saya bingung cari kelas ini. Salah siapa ini sekolah besar banget. Hehe" cerocos anak itu dengan cengengesan.

"Ya sudah. Lain kali, jangan telat lagi." terdengar nada bicara guru itu sudah merendah walaupun wajahnya masih belum mendukung gaya bicaranya.

"Kalau nggak khilaf lagi ya, bu. Kan kata guru agama saya itu manusia sering melakukan salah dan khilaf. Jadi, kita harus bisa saling memaafkan kalau ada salah. Jadiii kalau saya khilaf telat lagi, dimaafin aja bu, hehe."

"Cepat masuk! Ini bukan jam untuk kamu ceramah!"

"Iya bu, iya!" Gadis berambut panjang itu mendengus kesal.

*****

"Gue duduk di mana, ya?" Matanya mulai bergerak menatap semua bangku yang ada di hadapannya.

Kedua bola matanya terhenti ketika dilihatnya ada 2 bangku kosong di bagian tengah. Segeralah, ia berjalan menuju bangku tersebut.

Saat ingin meletakkan tasnya tiba-tiba saja ada sesosok laki-laki yang membentaknya.

"Ini bangku gue!"

"Lah? Gue kan yang duluan!"

"Gue duluan! Lo minggir sana!" Gadis berambut panjang itu hanya nyaris gondokan mendengar pernyataan dari makhluk di hadapannya tersebut.

"Yailah, lagian lo siapa sih belagu banget! Sok nggaya nyuruh gue minggir! Lo aja sana yang minggir!" Semprot gadis itu tanpa henti.

"David! Sella! Berhenti! Ini kelas! Bukan pasar!" terdengar lagi suara halilintar dari singgasana guru di kelas itu.

What Is Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang