Twenty Fifth: I can't

336 29 13
                                    

.
.
.
.

'I want but I can't...'

"Sellaaaaaaa!!!!!!" Suara Karen sudah menggema memenuhi setiap sudut kamar Sella. Gadis yang sedang tidur itu pun menggeliat dan meracau tak jelas karena teriakan Karen yang kelewat batas itu.

"Apaan sih! Toa banget dah!"

"Dasar kebo! Ayo bangun! Lo gak sekolah apa!" Teriak Karen lagi sambil menarik selimut tebal yang membungkus tubuh Sella.

"Gue masih ngantuk Rennn arghh udah ah gue gak mau sekolah Karen... gak mauuu" racau Sella dengan mata yang masih tertutup.

"Gue tau tadi malem lo nangisin David sampai mata lo bengkak" celetuk gadis bule itu.

Kedua kelopak bola mata Sella secara otomatis langsung terbuka lebar-lebar. Tubuhnya menegang. Menangis? David? Astaga! Jadi, tadi malam ia menangis sampai ketiduran? Gadis itu mendadak terbangun secara tiba-tiba. Selimut tebal yang membungkus tubuhnya melorot hingga memperlihatkan sebuah bingkai foto yang ada di dalam dekapannya. Karen yang melihat foto tersebut hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Kok lo tau sih Ren" ucap Sella dengan nada setengah malu.

"Gue ini sahabat lo udah dari kecil. Gue tau semua tentang lo Sella. Jadi, sehebat apapun lo nutupin sesuatu itu percuma. Karena pada akhirnya gue juga tau" balas Karen yang membuat Sella semakin menggerutu dalam hati. Sella merutuki dirinya sendiri. Betapa bodohnya ia. Karen itu kan seperti cenayang. Bisa tau apa saja yang ada dalam otak Sella dan apa saja yang telah terjadi pada dirinya. Ya ampun.

"Udaahhh gak usah sok ngambek lo. Cepetan mandi! Kita sekolah sekarang!" Seru Karen sembari menyeret Sella beranjak dari tempat tidurnya.

"Aaargghh gak mau! Mata gue masih bengkak ini! Kan gue malu kalo diliatin anak-anak Lentera nanti" gerutu Sella yang merengek sambil menutupi wajahnya.

"Lha? Salah sendiri lo tadi malem nangis-nangis sampe segitunya. Harusnya lo kan seneng David hari ini ulang tahun. Setidaknya lo seneng walaupun lo gak bisa ngucapin secara langsung. Bukannya mewek-mewek kayak gini Nona Anggita Marsella"

"Gue juga pengen kayak gitu. Gue pengen jadi orang yang pertama kali ngucapin selamat ulang tahun buat dia secara langsung. Bukan lewat cara menyedihkan kayak gini. Gue pengen ngasih surprise party buat dia. Gue pengen jadi orang yang bawa kue tar buat dia. Gue pengen ngasih ucapan sambil meluk dia. Kayak yang dia lakuin ke gue waktu gue sweet seventeen kemarin. Gue pengen Ren..." Ucap Sella dengan nada setengah emosi. Air matanya meleleh kembali. Entah atas dasar apa ia menangis lagi.

"Gue tau... lo pengen tapi lo gak bisa. Lo takut kan kalo David semakin benci sama lo" balas Karen sambil memeluk sahabatnya itu. Lagi-lagi ucapan Karen benar. Tapi saat ini, ia harus bisa menenangkan Sella secepat mungkin karena sebentar lagi mereka harus sekolah dan tidak boleh terlambat.

"Udah udah.. jangan nangis lagi. Cepetan siap-siap. Mewek mulu lo ah. Padahal dulu lo gak pernah nangis sampe gini. Hebat banget sih si David bisa ngerubah lo sampe kayak gini" Sella langsung mengangguk patuh dan berusaha menghapus air matanya.

'Gue harus kuat. Gue gak boleh cengeng. Gak boleh. David gak suka liat gue nangis. Jadi gue harus kuat' batin Sella menyemangati dirinya.

*******

"Woy thanks ya tadi malem kalian semua udah ngasih surprise party buat gue haha" ucap David saat berkumpul dengan kelima sahabatnya di kantin.

Ya inilah sahabat. Tak peduli jarak dan waktu memisahkan, mereka tetap bisa bersama. Walaupun berbeda kelas, mereka tetap bersama. Setidaknya masih ada waktu untuk bercanda dan membully satu sama lain. Kebersamaan memang segalanya. Kelima sahabatnya itu juga menjadi salah satu tameng yang melindungi David. Menguatkannya saat terluka. Menjadi cahaya penunjuk jalan untuknya. Tak peduli apapun yang terjadi, yang namanya sahabat pasti akan selalu ada. Gila-gilaan bersama. Suka duka bersama. Selalu apa adanya, bukan ada apanya. Tak kenal peribahasa bermuka dua. Lebih baik buruk di depan dan terlihat jauh dari kata waras tetapi saling peduli dan selalu ada setiap saat. Daripada baik di depan tapi diam-diam menusuk dari belakang dan lebih bejat dari seorang pengkhianat.

What Is Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang