Ninteenth: Valuable

355 31 11
                                    

.
.
.
.
Seperti biasanya. Hampir setiap hari Karen pergi ke rumah Sella. Mendengarkan seluruh cerita sahabatnya itu. Karen tahu apa yang dirasakan Sella. Namun sulit. Sulit untuk dia membantu Sella keluar dari lubang penyesalannya.

"Hai Sel" sapa Karen yang sudah memasuki kamar pribadi milik Sella.

Gadis itu tidak menjawab sapaan dari Karen. Hanya diam termenung menatap ke luar jendelanya. Sebentar-sebentar mata hitamnya menatap lekat gelang yang selalu dipakainya. Pemberian David.

"Sella... udah... lo jangan galau-galau gini terus dong. Lo harus bisa move on baby" ujar Karen dengan tersenyum ke arah Sella.

"Caranya?" Sahut Sella tiba-tiba. Karen tampak berpikir keras. Jujur saja, dia juga bingung atas jawaban apa yang akan ia lontarkan kepada Sella.

"Hmm.. ya lo cari yang baru lagi dong" jawab Karen dengan cepat.

"Jadi menurut lo cinta itu kayak jual beli barang gitu? Yang kalau lo udah gak srek atau udah rusak lo tinggalin terus ganti baru?" celoteh Sella panjang lebar.

"Ya nggak gitu juga. Maksud gue lo coba deh dekat sama cowok lain. Kali aja lo bisa cepet move on nya. Lentera kan punya banyak cowok hitz. Gak cuma David Sena doang. Ada Titan Abimana, Zidan, Devano, Candra trus.. banyak deh pokoknya. Itu yang sepantaran kita sih. Soalnya yang lainnya gue belum begitu hapal hehe" cerocos Karen tanpa henti. Sella hanya bisa menghela napas dalam-dalam.

"Btw, gue denger-denger lo deket ya sama Titan?" Celetuk Sella mengalihkan pembicaraan.

"Nggak. Cuma temen doang" balas Karen dengan cepat. "Gue tau Titan minta nomer hp lo Ren" ucap Sella yang wajahnya sudah berubah dengan dihiasi senyum miringnya.

"Lo tau darimana?" Jawab Karen yang setengah gugup. "Tau lah. Gue kan juga cewek hits di Lentera. Info gitu mah gampang gue dapetin. Dan gue kenal Titan udah dari dulu" balas Sella dengan bangganya.

Karen hanya terdiam. Sebenarnya Karen juga tak jauh beda dengan Sella. Ia juga cuek. Tapi lebih peka dibanding Sella. Sedingin-dinginnya Karen, ia tidak sedingin Sella.

"Beneran. Gue gak ada apa-apa sama Titan" celetuk Karen membela diri.

"Udaahhh lo gak usah trauma terus dong sama si Darren. Dia kan udah jauh sama lo. Lagian gak baik lo mikiran tuh orang terus" ujar Sella yang sudah mulai bisa tersenyum kecil.

Darren- Orang london yang merupakan mantan Karen. Tapi sayang, dia brengsek. Tega mengkhianati Karen dengan cara mengencani seorang gadis lain secara diam-diam.

"Aduh neng.. kamu ini nyuruh saya buat move on. Tapi kamu sendiri nggak mau move on. Lagian siapa juga sih yang mikirin Darren. Gue nggak mikirin dia." oceh Karen yang membuat gadis di hadapannya itu meringis malu.

"Ya kan gue baru setengah tahun" jawab Sella dengan cepat.

"Setengah tahun apanya. Lo udah mau 1 tahun kayak gini terus. Tiap ke kantin ketemu David baper. Eyecontact dikit baper. Gak sengaja tabrakan baper. Makan tidur kepikiran David baper. Ngerjain tes ujian liat bangku samping langsung baper. Mau sholat juga baper. Tiap malem galau-galauan mulu. Tiap malem nangis-nangis histeris kayak orang kesurupan. Dasar baperan" omel Karen yang mendengus kesal dengan sifat Sella.

"Setengah tahun. Belum setahun Ren"

"Hmm.. ya... serah lo. Udah lah Sel. Pokoknya lo harus lupain David. Kalau gue liat-liat lo kan juga deket tuh sama si Candra, Devan, terus si Sean anak XI MIA 6 yang gans parah itu. Kenapa lo gak pilih salah satu dari mereka?" Celoteh Karen melanjutkan pidatonya.

"Hmm" jawab Sella dengan singkat.

Memang benar kata Karen. Sella bisa saja memilih salah satu dari mereka. Lagi-lagi Karen juga benar. Sella memang sedang dekat dengan ketiga temannya itu. Bahkan, akhir-akhir ini Sean selalu bersama dengan Sella. Mungkin sekadar mengajaknya makan bersama di kantin atau jalan-jalan. Namun, tidak semua ajakan Sean diterima oleh Sella.

What Is Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang