Fourth: Date?

491 64 12
                                    

.
.
.
.
Sella berjalan dengan wajah gembira. Tentu saja. Hari ini dia berhasil memenangkan olimpiade sains itu. Dia berhasil mendapatkan medali emasnya. Semua pasang mata menatapnya dengan kagum ketika ia mengangkat tinggi-tinggi pialanya dan berfoto bersama gurunya.

Tak sabar sekali ia memberitahukan kepada sekolahnya kalau ia berhasil menang. Tentu ia akan membuat seluruh gurunya bangga.

"Sella. Selamat ya nak. Kamu memang cerdas!" Puji Bu Rani dan Pak Helmi yang bersamanya.

"Iya dong bu. Sella gitu hahaha" balasnya dengan percaya diri tingkat dewanya dewa.

"Tapi tetap saja kamu sama menjengkelkannya dengan David" ucap Pak Helmi yang mendengus kesal.

'Astaga! David' sontak saja Sella kaget mendengar nama David. Ia teringat akan ucapan David kemarin. Ia tak tahu bagaimana menanggapi David besok pagi.

'Bodo amatlah. Jalan ya tinggal jalan aja. Kenapa mesti gugup juga sih!' Gerutu Sella dalam hati.

*****

"Eh Dav! Lo kenapa? Jangan bilang lo kesambet setan pohon belakang sekolah," Wendi merasa ngeri karena David dari tadi melamun dan senyam-senyum terus.

"Tuh beneran kan. Nih anak bener-bener kesambet setan belakang sekolah De" ucap Wendi kepada Dewa yang ikut kaget melihat tingkah David.

"Haduh. Lo semua bego atau gimana? Ya jelaslah tuh anak jadi gila. Orang dia ditinggal Sella pergi 3 hari buat lomba" celetuk Ari sambil menenggak soft drinknya.

"Brisik lo semua! Liat tuh si Zio sama Putra aja gak berisik." sahut David tanpa melihat bagaimana kondisi dan situasi kedua temannya itu.

"Ya jelaslah mereka gak ikut gangguin lo, orang mereka sibuk ngegodain banci penjual kaset yang sok seksi itu" jawab Ari dengan entengnya.

David seketika itu langsung menganga lebar mendengar ucapan Ari."Ha? Dasar gila ya tuh anak. Banci digodain. Ckckck" decaknya sebal.

David memang sering menghabiskan malamnya bersama kelima temannya itu. Hanya mereka yang bisa membuatnya merasa senang walau hanya sementara saja. Kematian mamanya membuat David sangat terpuruk.

Elena Rista Wijaya. Mama David. Meninggal 1 tahun lalu karena penyakit liver yang sudah lama dideritanya. Di luar memang David terlihat biasa saja. Tapi, dalam hatinya ia sangat hancur. Bahkan, mungkin sudah tak berbentuk lagi.

Ditambah lagi papanya yang sudah hampir gila karena kematian mamanya. Rudi Wijaya. Papa David yang kini sudah menelantarkan kehidupan putra semata wayangnya itu. Ia sengaja menyibukkan diri dengan perusahaan agar bisa cepat lupa dengan kematian istrinya.

Tapi apa boleh buat. Itu termasuk salah satu kenangan kelam masa lalunya. Suka duka akan selalu terpatri dalam lubuk hatinya. Tidaklah mudah bagi seseorang untuk menghapus kenangannya bersama orang yang dicintai walau hanya sedetik saja.

*****

"Pagi Sella! Ciye menang. Congratulation ya Sel. Gue bangga banget sama lo" ucap David dengan senyum manisnya.

"Hmm ya" Sella sengaja tidak menatap wajah David. Ia tahu, jantungnya pasti akan berdegup kencang lagi jika melihat David tersenyum.

"Cuek amat. Jangan cuek-cuek Sella. Entar kalo gue capek gimana" ucap David dengan muka cengengesannya.

'Maksudnya capek?' Sella bingung mendengar kata-kata David tadi. Ia berusaha berulang kali mencerna apa maksud David mengatakan itu.

"Serah dah serah" balas Sella yang masih saja sok dingin. Ia tak tahu apa yang terjadi dengannya. Sudah hampir setengah tahun ia dekat dengan David. Tapi kian hari perasaannya semakin tak menentu. Ia sungguh bingung dengan perasaannya.

What Is Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang