Sixth: Just a feeling

484 57 22
                                    

.
.
.
.
"Eh Dav. Sella sama Dennis tuh!" Wendi menyenggol lengan David ketika Sella duduk bersama Dennis berdua di meja paling depan.

"Mati lo Dav! Itu Sella Dav! Sella! Cewek yang lo perjuangin mati-matian sekarang sama Dennis! Itu Sella Dappp!!!" Teriak Dewa yang mengompori David yang sudah hampir terbakar.

"Yang bilang itu bi Imah juga siapa kebo" balas David sekenanya.

"Tuh anak emang bener-bener gak ngerti kata menyerah ya. Salut gue. Dikasarin, dibentak-bentak, dan gak pernah direspon sama Sella juga dia bisa tahan banting." ucap Ari dengan senyum penuh kebanggaan ketika melihat David menghampiri bangku Dennis dan Sella.

Walaupun cuek-cuek gitu ternyata dia cuma bisa manis sama 1 cewek. Selain mamanya. Padahal yang namanya David Sena sudah terkenal seantero sekolah. Mungkin hanya dengan jentikan jari ia bisa dengan mudah mendapatkan cewek.

Namun kali ini beda. Ia lebih memilih mengejar daripada dikejar dan ia menargetkan Sella. David merasa Sella berbeda dari lainnya. Saat semua perempuan memuja ketampanannya, hanya Sella yang terlihat biasa. Oh bukan. Malahan sama sekali tidak peduli dengan David.

"Woy! Lagi ngapain?" Teriak David tiba-tiba dengan mengageti Dennis.

"Eh kamu Dav" ucap Dennis dengan polos.

"Gak usah pake ngagetin Dennis bisa kali Dav. Kasihan dia." sahut Sella yang melemparkan tatapan tajam ke arah David.

David semakin merasa panas mendengar perhatian yang diberikan oleh Sella kepada Dennis. Ia pun segera mengambil kursi dan duduk di antara Dennis dan Sella. David membuat jarak di antara mereka berdua.

"Eh eh ngapain lo duduk di sini sih! Ganggu aja!" Ujar Sella dengan kagetnya. Dia merasa amat sangat terusik dengan David. Padahal ia sedang serius mengerjakan tugas kimia dari Pak Darno bersama Dennis.

"Nggak. Gue cuma mau deket lo Sel." Balas David dengan senyum semanis mungkin.

"Dih geli Dav. Geli" sahut Zio dari bangku belakang.

"David cemburu Sel!" Teriak Ari dari yang sama.

"Iya tuh. Peka dong Sel. Ntar David lepas lo baru nyesel!" Tandas Dewa dengan penuh pemantapan.

"Ini apa-apaan coba. Diem! Gue lagi belajar!" Sella marah dan seluruh kelaspun terdiam seketika.

Selama kegiatan belajar bersama itu, David selalu menghalang-halangi Dennis dari Sella. Tentu saja Sella marah. Tapi namanya juga David. Makhluk yang entah terbuat dari apa hatinya. Tetap tahan banting walau beribu-ribu ucapan menusuk dilontarkan Sella untuknya. Ia tetap saja masih bisa tersenyum manis.

*****

David sudah terlihat bersiap-siap dengan seragam tim basketnya. Begitu pula dengan keempat temannya lain: Dewa, Putra, Ari dan Zio. Kecuali Wendi pastinya.

"Lo nonton gue main ya Sel" ucap David penuh harap.

"Nggak" Sella hanya menjawab dengan cuek.

"Yailah. Please Sella. Ya? Ya? Gue mohonnn" David bertingkah seperti itu di dekat lapangan yang sudah banyak suporternya.

Tatapan tajam, iri, dan lain-lain tersuguh indah untuk Sella. Mereka juga merasa greget dengan tingkah laku Sella yang selalu tidak mempedulikan David. Padahal David bersikap manis hanya kepadanya.

"Hmm.. okelah" Sella memutar kedua bola matanya dengan kesal melihat tingkah temannya itu layaknya seorang anak TK. Percuma jika dia menolak. David akan terus membujuknya dan melakukan apa saja sampai Sella tak dapat berkutik lagi.

What Is Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang