Twelfth: Her smile

356 35 23
                                    

.
.
.
.
Kelas X MIA 3 gempar lagi karena Pak Darno tiba-tiba datang membawa hasil tes kimia mid semesteran kemarin. Guru berjenggot tebal itupun langsung memanggil setiap nama anak X MIA 3 dengan tatapan yang mencurigakan. Membuat seluruh murid di kelas itu saling bertatapan dengan muka tegang. Gugup dan penasaran akan hasil tes mereka. Jangan sampai remidi. Jika remidi bisa-bisa sampai rumah digorok oleh orang tua mereka. Ditambah lagi ceramah 3 jam dari Pak Darno.

"David Sena Wijaya" ucap Pak Darno dengan tatapan tajamnya.

David segera maju dan mengambil lembaran yang diberikan oleh Pak Darno. Merah. Tercetak jelas dalam lembaran itu ia mendapatkan nilai 50. Lagi-lagi ia mendapat nilai 50.
Tapi kali ini wajah David tidak seperti biasanya. Wajahnya berubah menjadi kusut. Sella yang melihat perubahan pada raut muka teman sebangkunya itu segera bertanya tentang apa yang terjadi.

"Kenapa?" David yang mendengarkan pertanyaan Sella segera menoleh dan melempar senyum manis pada gadis itu. Di tangannya masih ada lembaran yang membuat raut wajahnya berubah. Sella meraih kertas yang ada pada genggaman David.

"Gara-gara ini?" Tanya Sella sambil menunjukkan kertas itu pada David. Lelaki itu hanya mengangguk pelan. Sella semakin bingung dengan perubahan dalam diri David. Tak seperti biasa. Karena David adalah tipe-tipe siswa yang tidak pernah peduli dengan nilai. Mau dapat jelek seperti apapun ia tak peduli. Karena memang David jarang sekali belajar.

"Lo kenapa jadi sedih? Gak biasanya lo sedih cuma gara-gara nilai" sambung Sella.

"Dia udah belajar mati-matian itu Sel. Dan itu semua karena lo. David mau nunjukin ke lo kalo dia juga gak bego-bego amat dalam pelajaran. Ya walaupun aslinya emang bego sih" sahut Dewa secara tiba-tiba yang membuat seluruh teman-temannya tertawa ngakak dan berhasil membuat telinga David mengeluarkan asap kemarahan.

"Ember banget sih lo De!" Celetuk David yang langsung menjitak kepala Dewa dengan ganasnya.

"Ampun boss ampunnn... lagian gue juga sebel sama lo Sel. Lo gak pernah peduli sama semua yang udah dilakuin David buat lo. Bahkan sampai sekarang juga lo masih dingin" ucap Dewa yang benar-benar terlalu jujur. David menatap Dewa dengan tatapan ingin mencincang orang itu sekarang juga.

"Lo gak diem gue bacok sekarang juga De!" Ancam David dengan tatapan yang masih sama. Membuat Dewa langsung diam tak berkutik. Dewa baru sadar ia sudah membangunkan beruang kutub yang sedang tertidur pulas.

Sella yang mendengar semua ucapan Dewa dengan amat sangat jelas itu menjadi mati kutu. Membeku di tempat. Ia tak menyangka David berusaha untuk dia. Secara tidak langsung, Dewa juga sudah mengutarakan isi hati David yang tidak main-main dengannya. Namun entah mengapa Sella masih saja kukuh dengan pendapatnya. Sella masih saja tak mengakui bahwa ia juga merasakan hal yang sama kepada David.

"Udah Sel. Gak usah dengerin omongannya si Dewa. Tuh anak emang brisik banget mulutnya" celetuk David dengan tersenyum pada Sella. David pun mengajak Sella dan yang lainnya ke kantin untuk mengalihkan pembicaraan "Ayo ke kantin Sel"

Namun, gadis itu masih diam di tempat. Tidak bergerak sama sekali. Ia masih memikirkan ucapan Dewa tadi. Sebegitu jahatkah dia? Apakah dia sudah bersikap sekejam itu pada David? Perasaan? Apa ia punya perasaan yang sama pada David? Sella juga tidak tahu. Sella tidak yakin akan perasaannya sendiri. Jujur saja Sella tak pernah mengerti tentang cinta. Jadi wajar saja jika ia masih ragu-ragu dengan perasaannya.

"Kenapa?" Tanya David yang lagi-lagi masih tersenyum kepada Sella.

"Lo beneran belajar cuma buat gue?" Ucap Sella sambil menatap David. Menatap mata hitam lelaki itu. Berusaha mengontrol detak jantungnya agar tidak berdegup semakin kencang.

What Is Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang