PERUNDINGAN HATI

1K 28 0
                                    

Hari2 kulalui tanpa dirimu,
Kau pergi di saat ku membutuhkanmu,
Hai kekasih....
Apa kabarmu hari ini?
Apa yang sedang kau lakukan?
Apakah kau merindukanku?
Seperti aku merindukanmu?....

Pagi ini semua terasa membisu, anginpun tak bersuara, hatiku lelah menahan beban ini, keadan tidak berpihak padaku, bahkan hatiku pun melawan diriku, dia seolah berkata aku tak boleh lagi mencinta, aku tak boleh lagi merasakan kebahagiaan, keikhlasan pun rasanya tak pernah menghampiriku.

Kubiarkan kedua orang yang ada di kamarku berkutat dengan wajah dan rambutku, mereka berkali-kali berucap betapa cantiknya diriku, hahaha... aku tak perduli, aku membenci muka itu, muka yang sekarang berhadapan denganku, seakan menatapku tajam, tatapannya dingin tak ada kehidupan di situ, ingin rasanya melempar cermin itu hingga pecah berantakan, sehingga aku tak perlu melihat wajah yang sedang di poles oleh kedua wanita di sampingku.

Aku mengutuki hari ini, aku membenci hari ini, aku berharap aku mati atau lenyap seketika di hari ini, hari dimana penyatuan hubungan yang kata mereka sakral ini, 'HARI PERNIKAHANKU'.

"Nuruuuuulll.... yaaa.. ampun cantik banget loe" ci Retha dan sahabat-sahabatku menghampiriku yang sedang dirias di kamarku, yah hari ini hari pernikahanku dengan Bams, laki2 yang sampai saat ini tidak ku cintai, aku sudah berusaha, aku sudah melakukan berbagai cara agar dapat menerimanya, mencoba mengasihinya, tapi tidak bisa, yang muncul hanya rasa kasihan dan rasa hutang budi. Entahlah kurasa semua itu cukup untuk saat ini.

Aku hanya tersenyum kepada mereka "cièee... cieee... yang mau kawin... hahaha... akhirnya...." mba Irna dan teman2ku meledekku saat ini, aku tahu mereka sedang menghiburku saat ini, yah mereka tahu, mereka semua tahu aku ceritaku, mereka tahu hatiku saat ini, tapi mereka tidak dapat berbuat apa2, mereka tahu ini yang terbaik buatku.

"Nak... sudah siap?... yaaaa.. ampuunn nak, kamu cantik sekali" mama datang menghampiriku, matanya berkaca2 menatapku, tampak raut kebahagiaan di wajahnya, aku pun tersenyum, kuakui saat ini aku pun merasa cantik dengan balutan gaun putih panjang berenda yang dihiasi dengan payet2 mutiara dan batu swarovski di sekitar leher,pinggang dan turun hingga kebawah gaunnya, hijabku pun bernuansa sama dengan mahkota bunga melati menghiasi hijabku, wajahku pun dipoles dengan makeup natural tetapi terlihat anggun dan cantik. Tapi semua itu hanya hiasan diluar tubuhku untuk menutupi hatiku yang kelam.

Mama memelukku dan akhirnya air matanya pun keluar, "maafkan mama yah nak, dan terimakasih buat semua ini, mama harap kamu akan bahagia setelah semua ini" mama berkata pelan saat memelukku, aku hanya menggeleng pelan, "ini bukan salah mama, dan aku yang harusnya berterimakasih sama mama, mama yang sudah merawat dan memebesarkan ku selama ini, aku tidak dapat membalas jasamu walau bagaimanapun aku berusaha, dan aku bahagia kok ma..." air mataku pun akhirnya meluncur, sakit saat mengucapkan itu semua ke mama, tapi cukup melihat mama bahagia seperti sekarang ini aku sudah merasa puas, aku rela melakukan apapun agar wanita ini bahagia.

Kami melepaskan pelukan kami saat om ku muncul di depan pintu kamarku, "sudah siap semua? Kita harus berangkat sekarang, Bams dan keluarganya sudah sampai di mesjid" kata om ku mengajak kami semua berangkat ke tempat Bams dan aku meresmikan semua ini.

Aku mengangguk, kami semua berjalan mengikuti om ku menuju mobil yang sudah bersiap di depan rumahku, sahabat2ku pun ikut mengantarku, tapiii... saat aku hendak naik ke dalam mobil, aku menoleh ke arah sahabatku, dan aku melihat wajah ci Retha, wajahnya terlihat sedih dan seperti ada yang ingin di ungkapkan, dan tampaknya dia menyadari aku menatapnya, anehnya saat tatapan kami bertemu dia seperti menghindar, dia memalingkan wajahnya dan berjalan menuju mobilnya, ada apa dengannya? Ah.. mungkin dia sedang ada masalah.

Akhirnya mobil kami pun berangkat, di dalam mobil aku di temani mamaku, mama memegang erat tanganku seperti sedang menguatkanku. Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang akhirnya kami sampai di gedung itu.

Menikah Tanpa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang