SELAMAT TINGGAL

1.3K 39 2
                                    

Retha telah sampai di UGD, dia melihat teman2nya sedang duduk berdampingan dan saling berpelukan, di wajah mereka tergambar kesedihan yang sangat terlihat, Retha pun menghampiri mereka "hah...hah... hah... gimana keadaan Nurul? dia baik2 aja kan? gw baca bbm loe Fit, kata loe bayi dah lahir dengan selamat kan? terus Nurul kenapa?" mereka mendongak saat Retha menanyai mereka, tetapi mereka hanya diam, wajah mereka penuh dengan air mata, Irna pun berdiri dan berhambur dalam pelukan Retha
"Nurul... Reth... hiks... Nuruuuulll...." Retha yang dalam pelukan Irna bingung dengan kata2 Irna,
"Iya... Nurul kenapa? loe kasih tahu gw lah, jangan nangis2an gini, udah kayak ada yang meninggal aja"
'Huuuuuuwaaaa...... hiks...hiks' mendengar ucapan Retha kelima temannya malah semakin menangis kencang, Retha mulai gemetar melihat reaksi teman2nya 'ada apa dengan Nurul... gak mungkin kan dia..... peergi...'
karena kesal dia pun melepas pelukan Irna dengan kasar dan berteriak pada Irna "Heiii..!!!!! gw tanya Nurul kenapa?.... loe jangan jawab gw pake nangis, gw kan gak ngerti... kenapaaa sama Nurul?" tapi yang terdengar hanyalah suara tangisan yang semakin menjadi...

Tiba2 terdengar suara laki2 yang bertanya pada kami "Maaf, keluarga Nurul ada?" Retha pun membalikkan badannya cepat "saya, saya kakaknyan gimana keadaan adik saya dok?"
"Mohon maaf bu, kami sudah berusaha sekuat tenaga kami, tapi adik ibu..."

"maksudnya dokter apa sih? kalau ngomong yang bener Dok...!!! jangan setengah-setengah" ucap Retha kesal,

"Adik ibu mengalami komplikasi saat kami mengeluarkan bayinya, akibat hal itu Ibu Nurul mengalami pendarahan hebat yang mengakibatkan dia kekurangan banyak darah" dokter itu diam menunggu respon dari Retha

"Terus? kalau darahnya hilang tinggal di cari donor aja kan? kenapa ribet? pake masang muka sedih?" Retha semakin gak sabar sama dokter yang menangani Nurul.

"Huffft... iya buuu..., kami juga sudah melakukan transfer darah ketubuhnya, karena golongan darah ibu Nurul tergolong banyak, nah akibat dari itu sekarang ibu Nurul Koma bu....." akhirnya si dokter menerangkan apa yang dari tadi ingin disampaikannya dengan sedikit kesal akibat kelakuan Retha yang gak sabaran.

"Ooooohhhh.... koma..." jawab Retha dengan santai dan berbalik ke sahabat2nya, tapi dengan gerakan cepat dia membalikkan tubuhnya lagi menatap dokter yang masih diam terpaku karena kaget mendengar jawaban Retha yang santai "Eh.... KOMA???? yaaa.... ampun dok, kok gak ngasih tau dari tadi sih, itu kan bahaya.... dokter kok malah santai2 aja ngasih tahunya, halah... dokter nih, mana buruan saya mau lihat kondisinya" Si Dokter menyuruh suster yang mengikutinya untuk membawa Retha dan sahabat2nya melihat Nurul, Bams dan mamanya Nurul belum sampai ke rumah sakit saat itu, mereka masih dalam perjalanan.

"Satu2 yah mba" ucap suster yang mengantar Retha dan teman2nya ke ruangan UGD tempat Nurul saat ini di rawat, akhirnya Retha masuk pertama untuk melihat keadaan Nurul, sedangkan di balik tembok pintu rumah sakit ada seorang laki2 yang ikut mendengarkan pembicaraan mereka dari jauh, di pipinya kini telah menetes sebulir air mata saat mendengar Nurul koma, dia merasakan sakit yang luar biasa saat mendengar wanita yang baru di kenalnya itu kini dalam keadaan koma, dia tak mengerti mengapa perasaannya seperti itu, ingin sekali dia menarik tangan Retha dan meminta penjelasan padanya, tapi itu tidak bisa dia lakukan, karena ada seorang wanita di sebelahnya menatap mukanya dengan pandangan bertanya2, dan wanita itu sedang menggendong anaknya, akhirnya diapun hanya bisa diam dan mengajak wanita itu untuk pergi dari tempat itu.

Lima menit berlalu Retha pun akhirnya keluar dari ruangan UGD, wajahnya kini penuh dengan air mata, melihat hal itu teman2nya langsung berdiri dan memeluk Retha, mereka memeluk Retha yang menangis sesegukan "ini salah gw, mustinya gw gak ngajak dia jalan, mustinya gw gak maksa dia pergi, dan mustinya gw kasih tau soal Rio dari awal..." Teman2nya yang masih memeluk Retha tampak kaget mendengar ucapan Retha, mereka melepas pelan pelukannya dan bertanya pada Retha "maksud loe apa Reth? kok ada Rio?" Irna membuka mulut terlebih dahulu bertanya kepada Retha, Dhea yang masih memeluk pundak Retha yang bergetar karena menangis, menarik Retha duduk, "iya... mba, ini salah gw, harusnya gw kasih tahu Nurul waktu itu, waktu dia menikah dengan Bams" teman2nya semakin bingung dengan apa yang diucapkan Retha, "Reth...., ada apa? loe jangan nyalahin diri loe sendiri, dan jangan loe bawa2 Rio, kasihan dia, Rio dah tenang di atas sana Reth" Retha mengangkat kepalanya menatap Irna yang tengah berjongkok di hadapannya, sedangkan teman2nya yang lain mengelilingi Retha, Retha menggelengkan kepalanya "Gak mba...., Rio masih hidup" Irna menutup mulutnya dengan kedua tangannya saat Retha berbicara seperti itu, teman2nya pun ikut tersentak, dan Retha pun menceritakan semuanya kepada mereka.

Saat Retha selesai berbicara, di depan mereka ternyata sudah ada Bams dan mamanya Nurul, mereka mendengar semua yang diceritakan Retha, keduanya tampak membeku, dan sanagat kaget dengan berita yang mereka dengar. "Ci...." Bams memanggil cici lemah, mendengar suara berat laki2 mereka semua menoleh ke arah suara itu, mereka kaget melihat orang yang ada di depan mereka, Retha bangkit dari duduknya dan menghampiri Bams, "Bams.... sorry.. gw..."
"Apa yang kamu lakukan sudah benar Retha, itu yang terbaik buat Nurul ataupun Rio, mereka memang tidak berjodoh" mamanya Nurul pun berbicara memotong perkataan Retha.

Retha menoleh ke arah mamanya "Tapi tante...."
"Sudah.... jangan bicarakan masa lalu lagi, lebih baik kita pikirkan keadaan Nurul dan bayinya saja" ucap mamanya Nurul tegas.
"I...iya... tante.." Retha akhirnya menyerah dan memandang Bams, Bams hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum lirih.

BAMS POV

"Ayo ma, kita sudah sampai" aku membukakan pintu untuk mertuaku, saat ini aku sangat resah dan sangat takut, aku takut kehilangan wanita yang sangat aku cintai, sepanjang perjalanan aku selalu memikirkannya, terlintas di wajahku wajahnya yang tersenyum saat menatapku, "Yaaa... Tuhan, jangan ambil dia, lindungilah istri dan anakku, berikan aku kesempatan untuk membahagiakan mereka" hanya doa itu yang kuucapkan berkali2 di dalam hatiku, kulihat mertuaku pun tampak memanjatkan doa sambil memegang tasbih di tangannya, dia pasti sangat khawatir dengan keadaan anaknya itu.

Kami berjalan menyusuri lorong rumah sakit itu, setelah sebelumnya bertanya kepada satpam dimana ruangan Nurul dirawat, aku memegangi lengan mertuaku, dapat kurasakan tubuhnya lemah dan bergetar, mertuku ini pasti sangat khawatir, tapi dia menahan tangisannya, dia berusaha tegar, dapat kulihat dia tidak ingin membuatku tambah khawatir, dia seperti ingin menguatkanku, setelah kami berjalan cukup lama aku melihat sekumpulan wanita berdiri di depan pintu yang diatasnya ada tulisan UGD, mereka pasti ci Retha dan yang lain, aku pun mengajak mertuaku untuk menghampiri mereka, saat aku ingin memanggilnya sayup2 aku mendengar ci Retha sedang berbicara sambil menangis, dan dia menyebut nama seseorang, nama laki2 yang pernah menjadi cinta sejati istriku, "gw nyesel gak kasih tahu waktu itu, waktu Bams sama Nurul nikah, mustinya gw kasih tahu dia kalau Rio masih hidup"

Tubuhku terasa kaku, mulutku pun membisu, aku tak dapat berkata apa2 "Rio masih hidup?", bagaimana ini? apakah Nurul mengetahuinya? tampaknya tidak, karena tadi ci Retha bilang dia menyesal tidak memberitahu istriku, lalu jika nanti Nurul tahu apa yang akan terjadi? apakah dia akan meninggalkanku? apakah dia akan kembali kepada cinta sejatinya? cinta yang tak pernah mati dalam hati istriku. Kepalaku penuh dengan pertanyaan2 yang membuat aku semakin takut akan kehilangan istriku, aku menggelengkan kepalaku, aku tak perduli, saat ini cukup hanya melihat dia baik2 saja sudah cukup bagiku, melihat dia tersenyum walaupun hatiku sakit pun aku rela, aku mengumpulkan seluruh tenagaku dan memanggil ci Retha
"Ci...." mereka berbalik saat menyadari ada orang yang memanggil ci Retha, wajah mereka tampak terkejut karena kehadiran aku dan mertuaku, ci Retha pun berdiri menghampiriku,
"Bams.... sorry.. gw..."
"Apa yang kamu lakukan sudah benar Retha, itu yang terbaik buat Nurul ataupun Rio, mereka memang tidak berjodoh" tiba2 mertuaku membuka suaranya dan memotong perkataan ci Retha

"Tapi tante...."

"Sudah.... jangan bicarakan masa lalu lagi, lebih baik kita pikirkan keadaan Nurul dan bayinya saja" ucap mertuaku tegas, ci Retha hanya menjawab iya dan menatapku, tatapan matanya seperti berkata "maafin gw Bams" aku pun tersenyum dan hanya menganggukkan kepalaku kepadanya.

Menikah Tanpa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang