DIANTARA PILIHAN

823 33 0
                                    

Akhirnya aku masuk kedalam kafe itu, masih dengan menggandeng lengan cici, kami menghampiri teman2 kami yang sudah duduk di meja yang disediakan Bams, tapi ada yang aneh, tatapam Bams agak marah dan sedikit kecewa, kenapa dengannya?
"Hai Bams, sorry yah nunggu lama" aku menyalami nya dan ikut duduk di sebelah Doni karena cici sudah duduk di sebelah Bams, "iya gak apa2" dia menjawabnya cepat tanpa melihatku, aku pun mengerutkan dahiku, kenapa dia?

Gak lama cici menegur Bams, "Hei Bams, tumben loe ke sini, knapa kangen yah ma gua? Hahaha..."
"Hahaha... bisa aja loe ci, sebenernya gua kesini mau ketemu sama seseorang, tapi sayangnya dia dah ketemu sama orang lain"

"Maksud loe? Mang siapa? Gw kenal?" Cici melanjutkan pertanyaannya
"Kenal banget ci, deket banget malah" cici mengerutkan dahinya kemudian melirikku kemudian menatap Bams lagi "Nurul maksud loe? Wuuuuaaahhh..... ciyeeee..." sontak semua teman2ku tertawa dan ber ciyeee ria mengikuti cici, kecuali orang yang disampingku, Doni dan Bams, mereka saling bertatapan dingin seperti ingin saling membunuh, tiba2 Doni mengangkat tangannya dan melingkarkan tangannya di bahu kursi yang aku duduki, tiba2 Bams langsung berdiri dan menatap tajam ke arah Doni. Aku yang agak risih dengan prilaku mereka berdua memegang tangan cici yang duduk di sebelahku, cici pun mengerti dan langsung memegang tangan Bams dan menyuruh dia duduk kembali.

"Udah deh ah... kalian ke sini mau ngobrol apa mau berantem?" Akhirnya Bams duduk lagi dan meminta maaf sama cici. "Sorry ci" dia pun mengambil minumannya sambil tetap menatap kebawah, cici menyuruhku pindah ke tempat duduk sebelah Bams, aku menurutinya tetapi Doni tiba2 menahan tanganku dan menyuruhku tetap duduk di sampingnya, cici yang melihat hal itu langsung memukul lengan Doni "kenapa loe? Emang loe siapanya Nurul?" Doni pun melepaskan tangannya dan mendesah kesal. Bams yang melihat aku pindah ke sebelahnya mengangkat kepalanya lalu tersenyum padaku, sebenarnya aku masih bingung ada apa sam mereka berdua? Haaahhh... mau berteman aja pake rebutan ucapku dalam hati.

Akhirnya kami pun terlibat dalam pembicaraan yang cukup seru, tanpa ada tatapan sinis lagi dari kedua laki2 itu, cici dan teman2ku selalu berusaha mencairkan suasana, sampai akhirnya tak terasa sudah jam 9 malam, Icha dan Jayu pamit terlebih dahulu, tak lama disusul Dhea, tinggal mba Irna, kak Fitri, ci Retha yang masih menunggu suami mereka menjemput, Aku dan kedua laki2 itu.

Saat aku bilang ke cici aku hendak pulang juga, cici langsung berkedip ke arah Bams seperti menyuruhnya sesuatu, lalu tiba2 kedua laki2 itu berucap bersamaan
"Gw anterin aja yah" Bams dan Doni berkata bersamaan kepadaku, meja itupun kembali ramai karena cici dan teman2ku tertawa melihat tingkah laku Bams dan Doni.
"Eh... gak usah, gak apa2 gw pulang naik taksi aja" ucapku menolak ajakan kedua laki2 itu. Tapi cici langsung menjawab
"Loe pulang dianterin Bams aja Rul"

"Eh..... kenapa kudu sama tuh cowok, gw juga bisa nganterin Nurul ci" Doni menjawab cici
"Gw tanya sama loe, loe kenal Nurul dari kapan?" Cici bertanya pada laki2 itu lalu melanjutkan ucapannya "Baru hari ini kan? Loe pikir gw bakalan percayain adik gw dianter sama laki2 yang baru dia kenal? Off course not Doniii....."
"Loh emang kenapa kalau baru kenal, gw kan cowok baik2" katanya menjawab cici
"Itu kan kata loe, gw kan gak tau,udah sana Bams loe anter si Nurul balik" kata cici cepat.

Bams pun mengangguk dan mengajakku "yuk Rul" aku hanya diam dan ikut berdiri mengikuti nya

"Yah...elaahhh... cici mah... ilang deh kesempatan gw pedekate" Doni merajuk pada cici, "Yah udah sebagai gantinya loe kasih gw pin BB nya Nurul" katanya sambil manyun ke cici, cici melirikku bertanya apakah boleh, aku menggeleng pelan.

"Enak amat loe, suka sama cewe tapi gak mau usaha" cici menjawab si Doni setelah mendapat jawaban dariku.

"Ini lagi mau usaha loe halangin mulu ci" kata Doni sambil merenggut
"Hahaha.... udahlah Don... next yah kesempatan loe" mba Irna menengahi perdebatan antara cici dan Doni.

Menikah Tanpa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang