White Horse

7.7K 369 3
                                    

Paman memelukku dengan erat. Kepalanya berada dipundak kiriku. Sembari menatap foto kami berdua waktu itu.

"Paman sangat menyayangimu nak. Meskipun, kau pernah memukul paman" ujar paman bercanda.

Didepanku ada sebuah surat. Aku tidak asing dengn tulisannya.

Dier Zyan Saudaraku.

Menyambung suratmun yang terakhir. Aku baik baik saja, evelyna pun demikian. Kami sedang berbahagia.

Tentang teka teki yang kuberikan kepadamu. Aku akan menjawabnya ketika kau sampai di Vienna. Aku mengundangmu 2 minggu lagi.

Baiklah aku tidak akan bermain teka teki lagi. Begini, dua minggu lagi istriku Evelyna akan melahirkan malaikat kami. Aku harap kau bisa menjadi bapak baptisnya. Kami berdua sangat mengharapkan kau mengatakan ya. Kami memaksamu.

Sahabatku. Teringat akan beberapa tahun kemarin. Terimakasih, telah memberikan Avelyna untukku. Aku mendapatkan kebahagiaan yang tiada taranya. Aku benar benar bahagia. Kuharap kau juga bahagia, mengingat perluasan ladangmu yang kabarnya sudah sampai di Vienna.

Kau adalah sahabat terbaikku.

Salam hangat
Saudara lelakimu
JOSHUA.

"Jadi kau yang membaptisku paman?" Tanyaku. Melihat kesebuah foto yang lainnya. Paman memnawa bayi didepan seorang pendeta.

"Akupun yang memberimu nama" ujarnya. Aku tersenyum. "Orang tuamu menyiapkan nama untuk lelaki. Tapi yang lahir adalah malaikat cantik" ujar paman mengecup pipiku.

"Kau memberikan ibu untuk ayahku?" Tanyaku. Paman mengendurkan pelikannya.

"Lain kali paman akan menceritakan kepadamu" ujarnya.

"Zyan" panggil seseorang membuka pintu. Itu adalah ibu, dia menatap kami aneh.

"Paman aku pergi." Ujarku berlari. "Jangan mencariku bu" ujarku berlari kepintu mengambil kantung yang ada di sebelah vas bunga.

Aku berlari kekandang. Melihat tidak ada Sam Disana. Aku masuk kekandang ketika melihat orang orang berkumpul. Sam sedang melahirkan anak kuda.

Aku ikut membantu Sam. Ini adalah pekerjaan kami didesa. Tidak sulit melahirkan anak kuda meskupun sungsang sekalipun. Kami pernah menanganinya.

Sehabis melahirkan anak kuda dan merasa letih. Kami keluar kandang. Sam mengambil air sumur yang langsung kuteguk. Rasanya luar biasa mengegarkan. Kami duduk disebelah sumur. Menikmati makanan yang kuselundupkan saat makan malam tadi. Selama makan banyak candaan yang dilontarkan Sam, mengingatkanku saat masih di Vienna.

Malam telah larut. Sam mengantarku sampai depan rumah. Ketika paman Zyan sudah duduk di atas tangga teras.

"Baiklah aku pulang Van" ujar Sam masih menyunggingkan senyuman.

Aku menarik tangan Sam. Dan melakukan hal yang selama ini inginku lakukan adanya. Yaitu

Menciumnya.

Aku mencium pipinya.

Sam menatapku. Aku menunduk, aku yakin pipiku merah sekarang. Tak tahan dengan lirikan Sam. Aku menyuruh Sam untuk pergi.

"Paman Zyan" panggilku menutupi wajahku yang merah.

"Kau dari mana saja?" Tanya Paman. Nadanya memang seperti marah.

"Mengeluarkan anak kuda di kandang. Paman, apakah kau memiliki kuda yang tidak dipakai?" Tanyaku.

"Kenapa memang?" Tanya Paman.

A Perfect Sin (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang