Aku tidak pernah mengerti bagaimana duniaku ini berjalan. Hidup sebagai seorang anak yatim karena ayah yang menyerah dan ibu seoeang jalang. Aku jatuh cinta dengan seorang yang telah membunuh ayahku dan yang telah menghancurkan kehidupanku dan ibu.
Kereta kuda berjalan pelan. Menerjang badai dan dingin hujan yang keras. Aku menatap kekaca jendela. Menatap langit yang pucat dan jalanan yang berkabut.
Disini aku duduk dalam diam bersama pria itu. Pria yang umurnya hampir separuh lebih tua daripada umurku. Pria yang aku akui aku mengaguminya, matanya yang beku dalam parasnya yang rupawan. Aku menatapnya dalam duka.
Matanya mendelik kearahku. Mungkin ia sadar kalau aku terus menatapnya. Tanpa rasa tanpa ekspresi.
"Paman zyan" panggilku. Posisi kami duduk memanglah bersebrangan membuat kaki kami berpautan.
Dia menatapku. "Apa ayahku adalah orang baik?" Tanyaku padanya.
Paman Zyan membuka mantelnya, dia menutupi pakaianku yang baru kusadari. Belahan dadaku terliat dengan sangat jelas. Aku menutupnya. Paman zyan tidak menjawab. Membuat suasana canggung diantara kami.
Merasa jijik dengan keheninhan ini Aku tertidur dengan kepala bersandar di jendela. Paman membangunkanku dengan menepik pahaku. Dan mengelus elus kepalaku.
"Bangunlah kita sudah tiba" ujarnya halus. Aku terbangun ketika hujan masih bergemericik. Kupikir kita telah sampai di station. Betapa kagetnya aku ketika kita sudah berada di depan rumah yang sangat megah.
Aku menelan ludahku dalam-dalam. Tentu saja aku bingun dengan kelakuan paman. Aku tidak tau apa rencananya, bahkan dari kilat matanya aku sama sekali tidak bisa membaca pikirannya. Wajahnya terlalu dingin dan membuatku merasa ketakutan. Ada apa denganku.
Mengapa aku merasa takut. Mengapa aku merasa akan ada hal buruk yang akan terjadi.
"Ini bukan stasiun paman" ujarku.
"Memang. Ayo cepat turun" ujar paman santai. Mengulurkan tangannya dan membuatku bertanya tanya. Aku keluar dari kereta kuda.
Seketika kereta kuda itu pergi. Meninggalkan aku dan paman tanpa menurunkan barang barang kami.
"Hyaaa" teriakku berusaha mengejar. Sebelum tanganku di tarik.oleh paman. Membuatku jatuh kepelukannya.
"Ini adalah hari yang kutunggu anakku" ujar Paman.
"Paman Zyan" panggilku melepaskan pelukan lelaki mesum itu. Tapi apa daya pelukan paman memberdayakanku. Aku menunduk ketika pelukan paman terlepas halus.
"Paman ayo kita pulang" pintaku gemetar.
Paman mendongakkan kepalaku membuat wajahku hanya beberapa senti dari wajahnya. "Bukankah aku yang kau pinta Vanessa?" Tanya paman Zyan.
Aku menggenggam tangan Zyan. Lalu mengecup tangannya. "Ayo kita pergi. Kumohon" pintaku.
"Tidak" paman Zyan menggertak. Membuat langkahku mundur menjauhinya seketika.
Paman Zyan mendekatiku lagi. "Aku mencintaimu" ujar Paman Zyan. Aku mendongak.
"Kau tidak bisa paman" ujarku.
"Aku mencintaimu Vanessa. Bukan sebagai anak sahabatku. Aku mencintaimu karena kau seorang wanita" ujar paman. Membuatku menelan ludah dalam dalam.
Aku gemetar dihadapan orang ini. Entah mengapa. "Aku ingin kau menjadi yang pertama dan terakhir bagiku Vanessa".
"Kau adalah seorang hyper. Aku... Aku bahkan masih perawan" ujarku berusaha menolaknya. Dan menolak perasaan ini.
Paman Zyan melangkah mundur. "Jadi maksudmu kita tak bisa bersama?" TanyAnya.
Aku menggeleng. Menggenggam tangannya. "Kita bisa bersama. Kau adalah pengganti......"
Sejurus kemudian. Paman Zyan menyergapku. Dia menempelkan bibirnya ke bibirku. "Jadikan aku priamu Vanessa maka akan kuberikan dunia ini untukmu apapun yang kau minta meski itu adalah seluruh darah di nadiku" ujar paman cepat. Lalu kembali menciumku.
Aku juga mencintaimu paman...
KAMU SEDANG MEMBACA
A Perfect Sin (complete)
Исторические романы"Aku menyayangimu tapi diluar yang kuketahui. Kau adalah pengganti ayahku, apakah perasaanku ini berdosa?" Vanessa bukan gadis yang mudah ditakhlukan. Tapi, bersama pamannya Ziyan. Vanessa memilih menunggu. Akankah Ziyan tahu persaan kemenakannya i...