Dibalik Kematian Ayah

7.9K 330 5
                                    

Paman melepas pelukannya. Ketika tanganku menggam tangannya.

Apa yang kau lakukan Vannesa?

Mengapa kau sangat longor melakukan itu?

Aku menarik napas panjang. Mencoba menyatukan kembali akal sehat dan hatiku. Aku menatap mata paman Zyan yang menyiratkan sesuatu yang tak bisa kumengerti. Aku takut, jujur saja badanku menggigil saat ini. Jantungku serasa berhenti.

"Ada ibumu dibalik pintu" ujar paman. Aku segera menengok, melihat sepatu merah ibu terlihat meski dia sedang bersembunyi.

"Aku sudah tumbuh paman" ujarku. "Aku bahkan tumbuh diluar penalaranku sendiri".

Apa yang kau bicarakan Vanessa. Berhenti mengatakan hal-hal omong kosong.

Paman menatapku. Tatapannya seolah akan mengerangku. Meskipun wajahnya sangat dingin. Tidak lagi terlihat kehangatannya seperti kemarin.

Aku memeluk Paman. Bahkan tanganku tidak mengikuti perintah otakku. "Kau adalah pengganti ayahku Paman. Kau sudah kuanggap sebagai ayahku. Dan selamanya akan seperti itu" ujarku kemudian mengendalikan kebodohanku.

"Bisakah aku titip ibuku. Dan kumohon padamu untuk tidak menyakitinya" pintaku. "Maksudku aku tahu kau penggila Sex yang kasar. Tapi kumohon sayangi ibuku. Jangan melakukan hal itu lagi kepada ibuku. Dia sudah lama terluka. Kehilangan ayahku adalah duka terbesar...."

"Kau pikir aku tidak terluka?" Tanya Paman memotong penjelasanku. "Aku memberikannya hukuman. Kau pikir aku tidak terluka?" Bentaknya lagi. Kini diujung matanya terdapat binar air mata.

"Apa maksud Paman?" Tanyaku tidak mengerti.

"Masuklah Evellyna" panggil Paman berteriak. Nadanya benar benar sangat kasar.

Ibuku masuk keruangan itu. Wajahnya telah sembab air mata. "Ada apa sebenarnya?" Tanyaku hampir menyerah. Mereka tetap bungkam membuatku semakin murka.

"Ayahmu tidak mati di kapal" ujar ibu dengan gemetaran.

"Apa?" Aku kaget. "Jadi selama ini ibu membohongiku?".

"Vannesa" ibu mendekat kearahku menggenggam tanganku berusaha meredakan amarahku.

"Ada apa sebenarnya?" Tanyaku berteriak.

Ibu bersimpuh dihadapanku. Sembari kedua tangannya menggenggam tanganku. "Kau adalah harta yang kupunya. Kau adalah satu satunya dihidupku....maafkan ibu" ibu menangis dalam simpuhnya.

"Ada apa?" Tanyaku.

"Ini adalah hal yang paling ibu takutkan nak. Ketika kau dewasa dan kau mengerti semuanya" ujar ibu semakin membuatku kecewa.

"Lalu kenapa ayah meninggal?" Tanyaku.

***************************

Flashback

Author P.O.V

Zyan mendapatkan surat dari sahabatnya. Didalam hatinya masih tersimpan luka pada sahabatnya yang berhasil mendapatkan hati wanita tercantik di Praha. Zyan memiliki perasaan pada Evellyna, dan mengenalkan pada Joshua. Naasnya, Joshua malah menikahi Evellyna bahkan sebelum Zyan mengatakan perasaannya. Itu menyebabkan Zyan pindah ke Vienna untuk menyendiri dan membenahi lukanya.

Tapi dalam sumpahnya, dia bersumpah akan membuat Evellyna merangkak ke rumah ini. Gadis matrealistik yang hanya menyukai Harta. Dia menyukai Joshua karena dia pelayar kata pemilik banyak kapal. Saat itu Joshua baru memulai bisnisnya.

Hari ini seorang bayi lahir dari rahim Evellyna dan merupakan anak dari Joshua.
Untuk menjalankan sumpahnya Zyan datang ke Vienna. Mengunjungi seseorang yang dikatakan penghianat.

"Terimakasih sahabtku kau sudah mau datang" Joshua menyapa Zyan didepan pintu rumahnya ketika Zyan sampai. Terlihat seringai bahagia yang sama seklai tidak disukai Zyan.

Zyan dan Joshua berjalan masuk ke kamar Evellyna dan bayi perempuan cantik yang masih menutup matanya dengan erat. "Lalu siapa namanya?" Tanya Zyan.

"Aku belum memikirkannya. Kupikir aku akan mendapatkan bayi laki laki. Tapi ternyata bayinya perempuan dan berbadan gemuk" canda Joshua.

"Bolehkan aku memberinya nama?" Tanya Zyan.

Evellyna mengangguk sumringah begitu pula dengan Joshua. Zyan mengangkat bayi mungil itu. Dikecupnya pipi yang sebesar bakpao"Vanessa Angeline Shappiere".

"Dan aku akan sangat bahagia kau akan menjadi bapak baptisnya" ujar Joshua.

"Dengan senang hati" jawab Zyan.

Malam itu adalah pesta kelahiran pertama keluarga kecil Shappiere yang mengundang tetangga dan keluarga. Sbelum pesta mereka datang ke gereja untuk pembastisan Vannesa. Dan malam itu adalah hari naasnya Joshua. Ketika melihat istrinya bergumul dengan sahabatnya Zyan.

Joshua berlari keluar. Berusaha tidak mengeluarkan suara apapun. Dia berlari sejauh mungkin dengan tangis, amarah, dan kecewa.

Tak sengaja dia tergelincir pada derasnya sungai Danube yang terlihat tenang. Joshua tidak berusaha untuk bertahan. Baginya percuma, hatinya sudah patah. Bahagianya telah sirna. Ini adalah keputusan baik, mati dalam diam.

*************************

Come back now

Vanessa P.O.V

Air mataku tak mampu lagi keluar. Aku kecewa. Bagaimana aku bisa percaya dengan kebohongan.

"Pengecut" ujarku menghempas tangan ibu.

"Itu adalah kenyataannya. Terimalah" ujar paman Zyan.

Aku berjalan mendekati kursi. Berusaha mengeluarkan amarah dari dalam tubuhku.

PRANKKK

kaca figora lukisan aku dan paman itu pecah karena kursi yang kubuang. Kursi ini hampir merusak perapian paman.

Paman Zyan menatapku murka. "Ayahku telah mati. Dia tidak akan pernah kembali kan?. Hiduplah dengan bahagia, aku tidak akan merusak kebahagiaan kalian seperti yang dilakukan ayahku" cerocosku.

Aku patah hati untuk yang pertama kalinya. Aku mengemasi barangku. Bagiamana jika aku menangis bukan karena penghianatan paman Zyan ataupun kenyataan akan kematian ayahku. Aku menangis karena aku patah hati pada paman Zyan, cintaku yang telah remuk. Aku menangis dengan merana.

"Kumohon jangan pergi" pinta ibu menangis. Berusaha menghalangiku mengemasi barangku.

"Sudah cukup ibu kehilangan ayahmu. Ibu tidak ingin kehilangan yang kedua kalinya" ujar ibu.

"Baiklah kau ikut aku atau paman?" Tanyaku.

"Ibu tidak bisa memilih. Kalian adalah milik ibu yang paling berharga"

"Kau benar-benar jalang. Aku malu memilikimu" ibu menghentikan langkahnya. Lalu menampar pipiku. Meski habis itu dia menangis lagi. Aku melewati tubuhnya. Lalu segera turun kebawah.

Paman Zyan sudah siap dengan koper kopernya. Beberapa pelayan membawakan ke kereta kuda. "Aku akan mengangarkannya pulang. Aku tidak mau dia berakhir naas" ujar Paman. Menyuruh pelayan membawa koperku.

"Aku bisa melakukannya sendiri" judasku mengambil alih koperku.

"Aku bertanggung jawab penuh sebagai pengganti ayahmu dan bapak baptismu" ujarnya angkuh.

Cih, ayah.

A Perfect Sin (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang