Paman Zyan menghempasku tiba-tiba.
"Apa yang kau lakukan disini Vanessa" bentaknya.
Aku menunduk. Aku menggandeng Bella. "Kau belum berkenalan dengan cucumu paman" ujarku menggandeng Bella. Bella ketakutan, dia bersembunyi dibalik rokku.
"Aku tidak mau tau tentang anakmu, kau maupun hidupmu. Pergilah" ujar paman. Dia mengeluarkan uang dari dompetnya.
Aku menarik napas panjang. Mengapa terasa sakit ketika dia menolakku seperti ini. Aku melepaskan genggamanku pada bella.
"Duduklah disini bella. Tunggu mama" ujarku menyuruh Bella duduk.
"Iya mama" suaranya yang lucu menuruti kata kataku. Dengan patuh dia kembali duduk di kursi dengan manisnya.
Aku bangkit lagi. Melihat ketiga orang wanita jalang yang tiba-tiba membuatku merasa cemburu. Aku segera menarik paman zyan untuk pergi dari ruang tamu. Berjalan sesuai dengan keinginanku mencari tempat yang sepi. Paman Zyan menolak berkali2. Tapi aku tidak peduli, aku tetap menariknya dengan sekuat tenaga.
"Apa yang kau lakukan" tanyanya menghempas tanganku didepan sebuah ruangan. Aku masuk kedalam ruangan yang aku yakin adalah ruang kerjanya. Tentu saja aku menariknya juga.
"Kau sangat lancang Vannesa" ujarnya menamparku.
Aku menatap mata violet itu. Mengamati ruang kerja yang langsung menghadap hutan. Dinding berwarna biru saphire yang dipadu padankan dengan klasiknya rak buku dan buku2 yang ditata rapi.
"Ini ruang kerjamu?" Tanyaku mencari-cari sesuatu yang hilang dan terasa kosong dari ruangan ini.
"Ya. Ini ruang kerjaku" jawabmya.
"Dimana foto2 ayahku. Fotoku sejak kecil yang kau gendong?" Tanyaku.
Paman Zyan terdiam. "Kau benar-benar ingin membunuhku sekarang Vannesa" ujarnya lirih dengan tatapan yang sangat tajam kearahku.
"Aku hanya merindukanmu paman" ujarku berusaha meraih tangannya.
Dia mundur dua langkah. "Pergilah, kembali pada suamimu. Aku merestui kalian, sebagai pengganti ayahmu" ujarnya meninggalkan ruangan.
Entah menapa dari kalimat yang bergetar yang keluar dari bibirnya. Aku merasa ada sebuah kesakitan didalamnya. Apakah aku menyakitinya setelah kedatanganku?.
Aku keluar ruanagn ketika seoranh gundik menghadangku. "Mr. Zyan ingin kau makan siang" ujar wanita itu. Aku mengangguk, kulalui makan siang tanpanya. Hanya ditemani dua orang gundik dan anakku seorang. Aku tengah bersedih dan merasa bersalah ketika seoranh gundik bertanya kepadaku.
"Apa kau yang bernama Vannesa?" Tanyanya. Aku mengangguk.
Dia menatapku berkali-kali. "Kau adalah gadis baik?" Tanya wanita itu
Aku mengangguk. "Ah pantas saja Zyan hampir gila karenamu" ujarnya memakan hidangannya.
"Maksudmu" tanyaku tak tahu.
"Lima tahun lalu dia masuk rumah sakit jiwa karena depresi. Dua tahun yang lalu dia baru keluar dan kembali menata hidup. Dia membuang semua hal tentangmu, melakukan pesta seks tiap malam. Meskipun terkadang dia masih memanggilmu dalam desahannya" ujar wanita itu.
Mendengar cerita itu membuat hatiku miris. Aku selalu tidak mau tahu akan kehidupannya, diluar yang kutahu dia menderita karena aku. Dosa besar apa yang tengah kubuat ini, jujur saja aku merasa amat sangat bersalah.
Aku telah menyiksa orang yang kucinta.
Hujan badai menerpa saat wanita itu mengantarku kedepan. "Zyan ingin kau pulang" ujar wanita itu ketika aku memaksa untuk tinggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Perfect Sin (complete)
Fiksi Sejarah"Aku menyayangimu tapi diluar yang kuketahui. Kau adalah pengganti ayahku, apakah perasaanku ini berdosa?" Vanessa bukan gadis yang mudah ditakhlukan. Tapi, bersama pamannya Ziyan. Vanessa memilih menunggu. Akankah Ziyan tahu persaan kemenakannya i...